Masjid Baiturrahman Banda Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alfahri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alfahri (bicara | kontrib)
Baris 55:
 
Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman itu terbakar, pada pertengahan shafar 1294 H/Maret 1877 M, dengan mengulangi janji jenderal Van Sweiten dan sebagai permintaan maaf juga untuk meredam kemarahan rakyat Aceh maka Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman yang telah terbakar itu.
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Baiturrahman moskee in Koetaradja TMnr 60023556.jpg|thumb|Masjid Raya Baiturrahman di bangun kembali oleh [[https://wiki-indonesia.club/w/Kerajaan Belanda|Kerajaan Belanda]] pada saat Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat masih bertahta sebagai [[https://wiki-indonesia.club/w/Sultan Aceh|Sultan Aceh]] yang terakhir.]]
 
Pernyataan ini diumumkan setelah diadakan permusyawaratan dengan kepala-kepala negeri disekitar Kota Banda Aceh. Dimana disimpulkan bahwa pengaruh Masjid sangat besar kesannya bagi rakyat Aceh yang 100% beragama [[Islam]]. Janji tersebut dilaksanakan oleh Jenderal Mayor Jenderal Karel Van Der Heijden selaku gubernur militer Aceh pada waktu itu dan
tepat pada hari Kamis 13 Syawal 1296 H/9 Oktober 1879 M, diletakan batu pertamanya yang diwakili oleh Tengku Qadhi Malikul Adil. Masjid Raya
Baris 64:
 
<nowiki> </nowiki>Usaha perluasan dilanjutkan oleh sebuah panitia bersama yaitu Panitia Perluasan Masjid Raya Kutaraja. Dengan keputusan menteri tanggal 31 Oktober 1975 disetujui pula perluasannya yang kedua dan pelaksanaannya diserahkan pada pemborong NV. Zein dari Jakarta. Perluasan ini bertambah dua kubah lagi dan dua buah menara sebelah utara dan selatan. Dengan perluasan kedua ini Masjid Raya Baiturrahman mempunyai lima kubah dan selesai dekerjakan dalam tahun 1967 M.
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Atjehse vrouwen in feestgewaad voor moskee Koetaradja TMnr 60039334.jpg|thumb|Rakyat Aceh berkumpul di pelataran Masjid Raya Baiturrahman]]
 
<nowiki> </nowiki>Dalam rangka menyambut Musabaqah Tilawatil Qur’an Tingkat Nasional
ke-XII pada tanggal 7 s/d 14 Juni 1981 di Banda Aceh, Masjid Raya
Baris 104:
berdiri kokoh sebagai simbol agama, budaya, semangat, kekuatan,
perjuangan dan nasionalisme Suku Aceh.
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Baiturrahman moskee in Koetaradja TMnr 60023556.jpg|thumb|Masjid Raya Baiturrahman di bangun kembali oleh [[https://wiki-indonesia.club/w/Kerajaan Belanda|Kerajaan Belanda]] pada saat Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat masih bertahta sebagai [[https://wiki-indonesia.club/w/Sultan Aceh|Sultan Aceh]] yang terakhir.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Baiturrahman moskee in Koetaradja TMnr 60023672.jpg|thumb|Foto Masjid Raya Baiturrahman pada tahun [[1910]] - [[1930]] dari arsip Tropen Museum]]
 
[[File:Banda Aceh's Grand Mosque, Indonesia.jpg|jmpl|ki|Setelah sekitar 600 tahun lebih melewati peristiwa-peristiwa bersejarah, Sampai saat ini Masjid Raya Baiturrahman masih berdiri kokoh sebagai simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme Suku Aceh]]