Kesultanan Asahan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aday (bicara | kontrib)
edit
Aday (bicara | kontrib)
tambah kehidupan sosial budaya
Baris 22:
{{artikel|Sultan Asahan}}
Sampai sekarang Kesultanan Asahan sudah memiliki 13 orang [[Sultan]] yang berkuasa, walaupun Sultan terakhir lebih merupakan Kepala Keluarga dari kerabat kerajaan yang masih ada. Sultan Asahan I, [[Sultan Abdul Jalil]] adalah putera [[Sultan Iskandar Muda]] dari [[Kesultanan Aceh]] yang menikah dengan ''Siti Ungu Putri Berinai'' [Siti Unai], puteri Raja Halib [al-Marhum Mankat di-Jambu], dari Pinangawan.<ref name="royal 2">[http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/asahan2.htm Genealogi Kesultanan Asahan di Royal Ark]</ref>
 
==Kehidupan Sosial Budaya==
Sebagai kesultanan yang berada dalam pengaruh kebuadayaan [[Islam]], maka di Asahan juga berkembang kehidupan keagamaan yang cukup baik. Bahkan, ada seorang ulama terkenal yang lahir dari Asahan, yaitu [[Syeikh Abdul Hamid]]. Ia lahir tahun [[1880]] (1298 H), dan wafat pada [[18 Februari]] [[1951]] (10 Rabiul Awal 1370 H). Datuk, nenek dan ayahnya berasal dari Talu, [[Minangkabau]]. Syekh Abdul hamid belajar agama di [[Mekkah]], karena itu, ia sangat disegani oleh para ulama zaman itu.<ref name="simargolang"/>
 
Dalam perkembangannya, murid-murid Syekh Abdul Hamid inilah yang kelak mendirikan organisasi Jamiyyatul Washliyyah. Sebuah organisasi yang berbasis pada aliran sunni dan [[mazhab Syafi'i]]. Dalam banyak hal, organisasi ini memiliki persamaan dengan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) yang didirikan oleh para ulama Minangkabau. Adanya banyak persamaan ini, karena memang para ulama tersebut saling bersahabat baik sejak mereka menuntut ilmu di Mekkah. Pandangan para tokoh agama ini sangat berbeda dengan paham reformis yang dibawa oleh para ulama muda Minangkabau, seperti Dr. Haji Abdul Karim Amrullah. Oleh sebab itu, sering terjadi polemik di antara para pengikut kedua paham yang berbeda ini.<ref name="simargolang"/>
 
Di paruh pertama abad ke-20, sekitar tahun [[1916]], di Asahan telah berdiri sebuah sekolah yang disebut Madrasah Ulumul Arabiyyah. Sebagai direktur pertama, ditunjuk Syekh Abdul Hamid. Dalam perjalanannya, madrasah Ulumul Arabiyah ini kemudian berkembang menjadi salah satu pusat pendidikan Islam yang penting di Asahan, bahkan termasuk di antara madrasah yang terkenal di Sumatera Utara, sebanding dengan Madrasah Islam Stabat, Langkat, Madrasah Islam Binjai dan Madrasah al-Hasaniyah Medan. Di antara [[ulama]] terkenal lulusan sekolah Asahan ini adalah [[Syeikh Muhammad Arsyad Thalib Lubis]] ([[1908]]-[[1972]]).<ref name="simargolang"/>
 
Peninggalan tertulis warisan Kerajaan Asahan hanya berkaitan dengan buku-buku di bidang keagamaan yang dikarang oleh para ulama untuk kepentingan pengajaran. Berikut ini beberapa buah buku yang dikarang oleh Syeikh Abdul Hamid di Asahan, yaitu:
#Ad-Durusul Khulasiyah
#Al-Mathalibul Jamaliyah
#Al-Mamlakul `Arabiyah.
#Nujumul Ittiba.
#Tamyizut Taqlidi Minal Ittiba.
#Al-Ittiba.
#Al-Mufradat.
#Mi`rajun Nabi.
 
==Referensi==