Mohammad Husni Thamrin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 31:
Ia dikenal sebagai salah satu tokoh [[Betawi]] (dari organisasi ''[[Kaoem Betawi]]'') yang pertama kali menjadi anggota ''[[Volksraad]]'' ("Dewan Rakyat") di Hindia Belanda, mewakili kelompok ''[[Inlanders]]'' ("pribumi"). Thamrin juga salah satu tokoh penting dalam dunia [[sepakbola]] Hindia Belanda (sekarang Indonesia), karena pernah menyumbangkan dana sebesar 2000 Gulden pada tahun [[1932]] untuk mendirikan lapangan sepakbola khusus untuk rakyat Hindia Belanda pribumi yang pertama kali di daerah [[Petojo]], Batavia (sekarang Jakarta).
 
Pada tanggal 11 Januari 1941 Muhammad Husni Thamrin wafat, setelah sakit beberapa waktu lamanya. Akan tetapi beberapa saat sebelum kewafatannya, pemerintah kolonial telah melakukan  tindakan "sangat kasar" terhadap dirinya. Dalam keadaan sakit, ia harus menghadapi perlakuan kasar itu, yaitu rumahnya digeledah oleh polisi-polisi rahasia Belanda (PID). Ia memprotesnya, akan tetapi tidak diindahkan. Sejak itu rumahnya dijaga ketat oleh PID dan tak seorangpun
Kematiannya penuh dengan intrik politik yang kontroversial. Tiga hari sebelum kematiannya, ia ditahan tanpa alasan jelas. Menurut laporan resmi, ia dinyatakan [[bunuh diri]] namun ada dugaan ia dibunuh oleh petugas penjara. Jenazahnya dimakamkan di TPU [[Karet]], [[Jakarta]]. Di saat pemakamannya, lebih dari 10000 pelayat mengantarnya yang kemudian berdemonstrasi menuntuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan dari Belanda.<ref>Anwar, R. [http://sejarahindonesia.lefora.com/2008/09/05/tjarda-dibebaskan/page1/ Tjarda dibebaskan]. Salinan dalam bentuk blog dari artikel di Suara Pembaruan daring.</ref>
dari rumahnya yang diperbolehkan meninggalkan rumah tanpa seizin polisi, juga termasuk anak  perempuannya yang masih juga tidak diperkenankan meninggalkan rumahnya, sekalipun utntuk pergi ke sekolah. Tindakan  polisi Belanda itu tentulah sangat menekan perasaannya dan menambah parah sakitnya. Wafatnya Muhammad Husni Thamrin tentulah sangat besar artinya bagi bangsa Indonesia. Bangsa  Indonesia telah kehilangan salah seorang pemimpinnya yang cerdas dan berwibawa
 
Kematiannya penuh dengan intrik politik yang kontroversial. Tiga hari sebelum kematiannya, ia ditahan tanpa alasan jelas. Menurut laporan resmi, ia dinyatakan [[bunuh diri]] namun ada dugaan ia dibunuh oleh petugas penjara. Jenazahnya dimakamkan di TPU [[Karet]], [[Jakarta]]. Di saat pemakamannya, lebih dari 10000 pelayat mengantarnya yang kemudian berdemonstrasi menuntuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan dari Belanda.<ref>Anwar, R. [http://sejarahindonesia.lefora.com/2008/09/05/tjarda-dibebaskan/page1/ Tjarda dibebaskan]. Salinan dalam bentuk blog dari artikel di Suara Pembaruan daring.</ref>
 
Namanya diabadikan sebagai salah satu [[Jalan MH Thamrin (Jakarta)|jalan protokol di Jakarta]] dan proyek perbaikan kampung besar-besaran di Jakarta ("[[Proyek MHT]]") pada tahun 1970-an .