Konten dihapus Konten ditambahkan
BP21Danang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP21Danang (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 7:
 
==Riwayat Hidup Ringkas==
Cicero lahir pada [[3 Januari]] [[106 SM]] di Arpinum (sekarang bernama [[Arpino]]), sebuah kota ± 70 mil sebelah tenggara [[Roma]], [[Italia]].<ref name="Rowe et al"> Christoper Rowe, Malcolm Schofield, Simon Harrison, and Melissa Lane., Sejarah Pemikiran Politik Yunani Romawi, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001, Hal. 562-608</ref> dan mati pada [[7 Desember]] [[43 SM]]) karena dibunuh.<ref>{{en}} {{cite web|url=http://answers.com/topic/cicero|title=Cicero|format=html|accessdate=2012-09-9}}</ref> Ayah Cicero adalah seorang tuan tanah dan pejabat [[publik]] Romawi.<ref name="Rowe et al"/> Oleh karena itu, Cicero dapat mengakses pendidikan di [[Roma]], yaitu di bawah bimbingan Marcus Licinius Crassus ([[|Konsul Romawi|Konsul]] 95 SM), salah satu orator terbaik kala itu.<ref name="Rowe et al"></ref> Ia juga belajar [[hukum]] dan [[politik]].
 
Sebagai orang muda, Cicero langsung mendekatkan diri dengan aliran filsafat besar, Stoikisme, [[Epikuros]], dan para filsuf dari [[Akademi]].<ref name="Long">{{en}}A.A Long., Hellenistic Philosophy,Los Angeles: University of California Press, 1974, Hal. 109, Hal, 229-231</ref> Cicero mampu mengkombinasikan ambisi filsafat retorika gaya Romawi kepada gaya [[Yunani]].<ref name="Long"></ref> Cicero kemudian belajar sembari melakukan banyak sekali aktivitas politik, hingga pada tahun 45BC pada usianya 60 tahun, filsafatnya benar-benar mencapai keluasan.<ref name="Long"></ref><ref name="Audi">{{en}} Robert Audi., The Cambridge Dictionary of Philosophy, Edinburg: Cambridge University Press, 1995, Hal. 123-124</ref> Dalam kondisi politik yang karut marut dan membuat setiap orang menderita, yaitu ketika [[perang sipil]] terjadi, bahkan Cicero kehilangan saudari tercintanya, Tullia, Cicero mencurahkan seluruh energinya demi penghiburan atas duka dalam aktivitas menulis secara radikal (ledakan besar).<ref name="Long"></ref> Banyak karya yang ia rampungkan selama dua tahun saja.<ref name="Long"> Hal. 229</ref>
Baris 36:
{{Cquote|Karena, Africanus, jalan masuk ke surga terbuka bagi orang yang berjasa kepada negaranya, meskipun sejak anak-anak aku mengikuti jejak ayah dan engkau, dan tidak jauh dari kemasyuranmu, kini ketika ganjaran besar terungkap padaku, akan terus berjuang dengan keras |4=[[Cicero]] dari [[Arpinum]]}}
 
Di sini, Cicero mengeksploitasi doktrin [[Plato]] tentang imortalitaskeabadian jiwa untuk memperkuat cita-citanya akan pengabdian patriotis, tidak perlu risau jika seseorang mati demi kepentingan negara, sebab yang mati hanya tubuh, sedangkan jiwanya tetap abadi.<ref name="Rowe et al"></ref>
 
 
 
[[Berkas:Marcus Tullius Cicero.jpg|thumb|240px|'''Marcus Tullius Cicero''']]
Baris 45 ⟶ 43:
{{Cquote|Jika ada yang terheran-heran mengapa aku mempercayakan setiap refleksi menjadi tulisan pada tahap hidup saya ini, aku dapat menjawabnya sederhana.<ref name="Long"></ref> Tanpa aktivitas publik yang aku tanggung (jabatan atau tugas resmi kemasyarakatan), dan dalam situasi politik diktator tak terelakkan, aku berpikir bahwa tindakan patriotisme, menjelaskan secara rinci filsafat kepada para sesama warga negara, mengevaluasinya dengan sungguh-sungguh kepada negara terhormat dan suci demi sebuah ekspresi subjek yang luhur dalam literatur Latin.|4=[[Cicero]]}}
 
Di akhir hidupnya, Cicero dalam bidang etika mengkritik tradisi doktrin [[Epikuros]], [[Stoikisme]], dan Peripatetik (pengikut [[PeripatetikAritoteles]]) dalam karya ''On Ends'', yang bicara tentang pandangan mereka terhadap kematian, penderitaan, dan emosi yang tidak masuk akal.<ref name="Audi"></ref> Kemudian dalam pandangan tentang kebahagiaan, Cicero menulisnya dalam karya ''Tusculan Disputations''.<ref name="Audi"></ref> Pada masa akhir hidupnya dalam karya ''On Duties'', Cicero berpijak pada prinsip Stoa.<ref name="Audi"></ref>
 
==Cicero dan [[Stoikisme|Stoa]]==
Karya Cicero dengan pengaruh terlama dan terpenting adalah ''de Officiis'', yaitu tulisan dengan semangat [[Stoikisme]], yang banyak membahas tentang perhatiannya sepanjang periode krisis personal manusia dan krisis politik,.<ref diname="Rowe antaranyaet mengenaial"></ref> Menurut Cicero, bahaya bagi masyarakat darijika [[ambisi]] pribadi dan individu yang sangat berkuasa;mendominasi tugaskehidupan mereka.<ref name="Rowe et al"></ref> Dalam hal ini, manusia perlu menyadari bahwa sebuah pelayanan publik dibandingkanakan terlaksana dengan dayabaik tarikjika pengundurankepentingan diripribadi filosofis;ditekan pengunaan<!--perhatikansedemikian ketelitianrupa penulisan-->sehingga yangkepentingan tepatpublik darimenjadi saranayang publikutama.<!--kalimat terlalu panjang dan bertingkat--><ref name="Rowe et al"></ref> JudulTulisan terkenal Cicero berjudul ''de Officiis'' terkait denganmemuat semangat Stoikisme tentang etika [[''katekontik]]'', yaitu tindakan yang tepat dan terbaik, terkaitdidasari dengankesadaran terdalam manusia akan tugas kebaikan sebagaiyang melekat padanya dalam menunaikan tanggung jawab diri demi kebaikan masyarakat.<ref name="Rowe et al"></ref> Terdapat tugas sosial yang melekat dalam setiap warga negara.<ref name="Rowe et al"></ref> Dalam peristiwa konflik, Cicero menetapkan sebuah prosedur,
{{Cquote|Orang yang mengambil sesuatu dari orang lain dan meningkatkan keuntungannya sendiri dengan mengorbankan keuntungan orang lain lebih buruk ketimbangdaripada kematian, ketimbangdaripada kemiskinan, ketimbangdaripada penderitaan yang mungkin menimpa tubuh atau hak milik eksternal lainnya.<ref name="Rowe et al"></ref>... Alam dengan hukumnya menetapkan bahwa seorang manusia harus mau mempertimbangkan kepentingan orang lain, siapapun dia, dengan alasan mendasar yakni karena dia adalah manusia.<ref name="Rowe et al"></ref> |4=[[Cicero]] dalam [[de Officiis]]}}
 
Selanjutnya, menyikapi warisan dari keberanian tradisi Romawi dalam kemiliteran, dan warisan Yunani yang mengatakan bahwa ''doxa'' (kejayaan dan opini) adalah berbahaya dan tidak berharga, Cicero mengakomodasi keduanya dengan berkata<ref name="Rowe et al"></ref>,
 
{{Cquote|Jiwa besar tampak dalam dua hal sikap: tidak memperdulikan hal-hal eksternal (kekayaan, nama baik, prestise jabatan), dalam keyakinan bahwa orang seharusnya tidak memuji, memilih, dan mengejar apa pun kecuali kehormatan dan seharusnya tidak tunduk kepada manusia, hasutan jiwa atau kekayaan |4=[[Cicero]] dalam [[de Officiis I.66-7]]}}
 
Di dalam diri manusia terdapat emosi yang baik, yang disebut ''eupatheia'' (bebas dari hasrat personal), Cicero menyebut ''constatiae'' (bahasa lain dari konstitusi) yang mengatakan bahwa negara yang kokoh tidak boleh dikendalikan perilaku manusia yang berhasrat berlebih-lebihan.<ref name="Sandbach">{{en}} F. H. Sandbach., The Stoics, London: Bristol Classical Press, 1989, Hal. 67-68</ref> Sepanjang ada [[nafsu]], selalu ada keinginan yang berlebihan; sejauh ada [[ketakutan]] selalu ada alasan untuk menghindar; dan sejauh ada kesenangan, selalu ada kegembiraan.<ref name="Sandbach"></ref>
 
DiNamun dalamkumpulan diriperasaan manusiaitu terdapathanya emosidapat yangdimengerti baik,oleh yangpara disebut[[Sofis|sophis]] ''eupatheia''<!--apa(orang yang artinyaberlaku ini?-->bijaksana), Cicero menyebut ''constatiae''<!--apa artinya ini?--> atau negara yang kokohhanya tidakpunya boleh dikendalikan perilaku manusianalar yang berhasrat berlebih-lebihanlurus.<ref name="Sandbach">{{en}} F. H. Sandbach., The Stoics, London: Bristol Classical Press, 1989, Hal. 67-68</ref> SepanjangMenurut adaorang [[nafsu]]bijasana, selalutidak ada keinginandorongan menginginkan,yang sejauhdapat adadibenarkan [[ketakutan]],benar selaludari adapenderitaan alasan untuk menghindarmental, dan sejauh ada kesenangan, selalu ada kegembiraan.<ref name="Sandbach"></ref> Namun kumpulan perasaan itu hanya terbatas bagimisalnya orang bijak, yang hanyamenderita punya nalar tepat.<ref name="Sandbach"></ref> Oleh karena itusekalipun tidak adadibenarkan dorongan yang benar dari penderitaan mentalmencuri.<ref name="Sandbach"></ref> Seorang bijak harus menerima segala peristiwa tak terelakkan pada dirinya, dan tidak ada yang buruk secara moral dalam menyediakan sebuah sebab bagi tekanan yang ada dalam diri manusia.<ref name="Sandbach"></ref> Jadi persoalan manusia terhadap segala dorongan atau [[impuls]] bukan pada hal di luar diri, melainkan dalam dirinya sendiri.<ref name="Sandbach"></ref> Itu mengapa, ajaran tentang moral dalam StoaStoikisme yang dianut oleh Cicero menduduki posisi paling penting terkaitdan merupakan tindakan yang luhur.<ref name="Sandbach"></ref>
 
== Referensi ==