Nafsul Mutmainnah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP47Dhorifah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP47Dhorifah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 1:
{{inuseBP|BP47Dhorifah|27 Juni 2014|15 Mei 2014}}
 
'''Nafsul Mutmainnah''' adalah [[jiwa]] yang telah mendapat ketenangan; telah sanggup untuk menerima [[cahaya]] [[kebenaran]] [[sang]] [[Ilahi]].<ref name=a>Shadily, Hassan (1980).Ensiklopedia Indonesia.Jakarta:Ichtiar Baru van Hoeve. Hal 2325</ref> Juga jiwa yang telah mampu menolak menikmati [[kemewahan]] [[dunia]] dan tidak bisa dipengaruhi oleh hal tersebut.<ref name=a/> [[Nafsu]] ini memuat pemiliknya merasa ber[[puas]] diri dalam pengabdiannya kepada Tuhan.<ref name=a/> Dia juga akan selalu berbuat [[amal saleh]] ([[kebajikan]] kepada sesama [[makhluk]]).<ref name=a/>
 
Nafsu Mutmainnah dapat di[[arti]]kan sebagai [[nafsu]] yang disinari [[cahaya]], sehingga dapat mengosongkan [[hati]] dari [[sikap tercela]] dan terhiasi dengan [[sifat]] terpuji. Nafsu ini dapat menciptakan [[ketenangan]] [[jiwa]] bagi sese[[orang]]. Orang yeang berada di [[tingkatan]] ini adalah orang yang sedang menuju ke [[taman]] [[Ilahi]]. Dapat ditemukan [[sifat]]-sifat yang terpuji dalam nafsu mutmainnah seperti [[dermawan]], [[tawakal]], [[ibadah]], [[syukur]], [[ridho]], dan takut kepada [[Tuhan]]. Dalam [[agama]] [[Islam]], hal ini teah disebutkan dalam [[AlQur'an]] surat [[Al-Fajr]] [[ayat]] [[27]] sebagaimana ber[[bunyi]]:''Hai jiwa yang tenang.''
 
==Referensi==