Nafsul Radhiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP47Dhorifah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP47Dhorifah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 2:
[[File:Carnegie-1903.jpg|thumb|Kedermawanan adalah salah satu karakter yang dimiliki oleh orang yang bernafsu Radhiyah]]
 
'''Nafsul Radhiyah''' adalah [[jiwa]] yang telah menyerahkan [[diri]] kepada [[Tuhan]] Yang [[Maha Esa]].<ref name=a>Shadily, Hassan (1980).''Ensiklopedia Indonesia''.Jakarta:Ichtiar Baru van Hoeve. Hal 2325</ref> Rasa ke[[ikhlas]]an akan mampu meliputi dirinya dalam segala [[hal]].<ref name=a/> Sang pemilik [[nafsu]] inipun akan melakukan sesuatu tanpa [[pamrih]].<ref name=a/> Nafsu Radhiyah berada setelah [[tingkatan]] [[nafsul Mutmainnah]], yakni dapat di[[arti]]kan sebagai nafsu yang [[ridho]] atau [[senang]] ketika berada di dekat [[Tuhan]], termasuk men[[cinta]]i, atau merapa puas jika bersama-Nya.<ref name=d> Mujieb, Abdul (2009).''Enseklopedi Tasawuf Imam al-Ghazali''.Jakarta:Mizan.Hal 327</ref> Nafsu ini hanya dimiliki oleh orang-[[orang]] tertentu atau khusus ([[Arab]]: ''khawasul khawas'').<ref name=d/> Biasanya mereka adalah [[hamba]]-hamba Tuhan yang telah mencapai [[derajat]] [[wali]]yullah ( yang berarti [[kekasih]] Tuhan), hal ini disebabkan karena mereka mncintai Tuhannya.<ref name=d/>
 
Semua hal diserahkan pada [[kekuasaan]] dan [[keagungan]] Tuhan semata. Dalam [[agama]] [[Islam]], nafsu ini telah disebutkan dalam [[AlQur'an]] [[surat]] [[Yunus]] [[ayat]] [[62]]-[[63]], sebagai berikut:''Ingatlah sesungguhnya wali-wali [[Allah]] itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka ber[[sedih]] [[hati]]. (Yaitu) [[orang]]-orang yang [[beriman]] dan mereka selalu ber[[taqwa]]''.<ref name=c>Susetya, Wawan (2006).''Cermin Hati''.Solo:Tiga Serangkai.Hal 19</ref>
 
Sifat-[[sifat]] yang mereka miliki ditandai dengan ke[[dermawan]]an, [[zahid]], [[ikhlas]], [[wara']], [[taat]] mengerjakan [[syar'atiat]]-Nya, kemuliaan [[batin]]nya yang selalu mengingat Tuhan.<ref name=c/><ref name=e>Yasid, Abu.''Fiqh Today:Fatwa Traisional untuk Orang Modern''.Jakarta:PT Gelora Aksara Pratama. Hal 28</ref>
 
==Referensi==