[[Berkas:CiceroBust.jpg|thumb|200px|Cicero ketika berumur lebih kurang 60 tahun]]
Pemikiran Cicero tentang bagaimana menjadi seorang negarawan yang baik tercermin dalam [[orasi]]-orasinya yang tidak berpusat pada sekadar pengetahuan berpidato, melainkan tentang bagaimana menjadi seorang orator terbaik, yang mampu memberikan rasa aman kepada rakyat, dan memaluimelalui orasinya ia dapat menyatukan rakyat.<ref name="Rowe et al"></ref> KaryaOleh karena itu, karya orasi ''de Oratore'',olehyang karenamementingkan itukarakter seorang pejabat kemudian menjadi landasan gagasan ''de Re Publica'', dan ''de Legibus'' yang berbicara banyak tentang tugas seorang negarawan yang sejati.<ref name="Rowe et al"></ref> Dialog yang ada dalam karya itu merepresentasikan Phillipus sebagai pencemooh otoritas senat dan tanggung jawab atas dekadeapa perangyang eksternalterjadi danselama perang sipil puluhan tahun yang terjadi kemudian.<ref name="Rowe et al"></ref> Bagi Cicero, pidato harus didedikasikan sebagai alat untuk pelayanan [[publik]].<ref name="Rowe et al"></ref> Cicero memang negarawan yang sangat berbakti, dalam ''de Re Publica'', kata Cicero kepada saudaranya, adalah "tentang kondisi terbaik dari sebuah kota dan warga negara yang paling baik".<ref name="Rowe et al"></ref> Cicero banyak sekali bicara tentang [[demokrasi]], [[keadilan]] [[rakyat]], [[hukum]] [[alam]] sebagai acuan perilaku kepentingan [[manusia]].<ref name="Rowe et al"></ref> Bagi Cicero etika warga negara sama pentingnya dengan sistem politik.<ref name="Rowe et al"/> Kelangsungan sistem [[politik]] akan tergantung pada etika politik: negarawan memelihara kota dengan keputusan yang bijaksana dan contoh [[moral]].<ref name="Rowe et al"></ref>
Bagi Cicero, menjadi negarawan yang [[patriot]]is adalah segala-galanya, bahkan ganjarannya adalah surga.<ref name="Rowe et al"></ref> Tugas politik bagi Cicero adalah suci, yang dibebankan Tuhan kepada manusia, seperti ditulis Cicero dalam dialog kepada Scipo Africanus, kakeknya<ref name="Rowe et al"></ref>,