Samādhi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: BP2014 |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 VisualEditor |
||
Baris 11:
Dalam ajaran Hindu, Samadhi merupakan bagian dari tata cara ritual beragama yang dijelaskan di kitab Yoga Sutra pada bab pertama dengan judul Samadhi-pada. Begitu Vyasa, seorang tokoh berpengaruh dalam ajaran Hindu dan juga pengarang buku Mahabharata menjelaskan mengenai samadhi yang sama saja seperti yoga dari segi prakteknya.
Selain itu, ajaran hindu juga tidak hanya menekankan konsep samadhi sebagai keadaan damai yang tanpa isi, melainkan seseorang merubah kesadarannya menjadi fokus pada rasa bahagia dan tenteram mengikuti aliran kehidupan.<ref>Thomas L. Palotas, ''Divine Play: the Silent Teaching of Shivabalayogi'' (Lotus Press, 2006, ISBN 0-9760783-0-9), pp.45, 77-79.</ref>
===Tingkatan Samadhi dalam ajaran hindu===
Baris 55:
Dalam aliran agama Sikh juga diterangkan bahwa prinsip utama dari ajaran samadhi milik mereka adalah bagaimana memposisikan pikiran dengan sang pencipta, tidak peduli bagaimana keadaan posisi fisik mereka. Jadi dengan ini mereka tidak terlalu menekankan prinsip yoga, semedi, meditasi atau lain sebagainya. Beberapa tokoh dari mereka bahkan pernah berkata “Aku hidup dan terhisap dalam samadhi, selamanya aku bersama dengan Tuhan. Sembari bernyanyi aku ber-samadhi memanggil tuhanku.”
== Kondisi fisik dalam
=== Gelombang otak ===
Baris 88:
'''Sri Ramakrishna Paramhansa'''
Paramhansa adalah tokoh dari agama Hindu yang telah banyak diketahui sering melakukan samadhi berkali-kali dalam hidupnya. Selama bermeditasi, Ramakrishna dapat duduk dalam keadaan tetap dan tenang selama berjam-jam dan perlahan kembali lagi dalam keadaan normalnya. Anehnya, jantungnya sama sekali tidak berdetak selama samadhi. Selain itu, Sri Totapuri, guru dari Paramhansa juga pernah menceritakan bahwa muridnya pernah melakukan nirvikalpa samadhi. Ceritanya pada suatu hari Ia hendak menemui Paramhansa di rumahnya, setibanya dia di sana sama sekali tak ada yang menjawab salamnya. Tiga hari berlalu, dia pun penasaran dan membuka pintu dengan paksa. Betapa terkejut dia ketika melihat Parmhansa ternyata duduk dengan tenang, tidak berubah sejak terakhir kali Ia meninggalkannya. Dia pun langsung mengecek kondisinya, dan dia sama sekali tidak merasakan detak jantung atau pun aliran nafas. Dia menyimpulkan pada saat itu Paramhansa sedang melakukan nirvikalpa samadhi.<ref>Haridas, Bhattacharyya (2002). ''Cultural Heritage of India''. Vedanta Press (RK Institute of Culture). p. 672.ISBN 978-8187332053.</ref>
'''Sri Chaitanya Mahaprabhu'''
Sri Chaitanya Mahaprabu (1485-1533) adalah seorang yogi yang sering melakukan samadhi dan dapat kembali sadar dengan mudah. Diceritakan pada suatu hari di pantai, Ia pernah kehilangan kesadaran lalu tenggelam di dalam laut. Setelah beberapa jam kemudian, Ia ditemukan oleh seorang nelayan. Sang nelayan panik karena Mahaprabu sama sekali tak sadarkan diri, tetapi perlahan-lahan dia mulai sadar dengan senyuman di wajahnya.<ref>Bhaskarananda, Swami (2001). ''Meditation, mind & Patanjali's Yoga : a practical guide to spiritual growth for everyone''. Seattle: Viveka Press. p. 155. ISBN 978-1884852039.</ref>
'''Lahiri Mahasaya'''
Baris 98:
Lahiri Mahasaya adalah satu-satunya tokoh dari Hindu yang dapat melakukan samadhi tanpa perlu bermeditasi; Ia dapat masuk ke dalam fase samadhi sambil berbicara. Suatu hari muridnya dokter Chandramohan mengobrol dan bercanda-canda dengan Lahiri Mahasaya. Mahasaya pun bertanya apakah pertanda orang meninggal, dan muridnya mengatakan bahwa detak jantungya pasti lah berhenti. Mahasaya meminta Chandramohan memeriksa denyut nadinya, tidak berdenyut, Chandramohan pun kaget.<ref>Kaviraj, Gopinath (2009). ''Bharatiya Sanskriti aur Sadhana''. New Delhi: Bihar Rashtra Bhasha Parishad. pp. 29–30.</ref>
==
<References />
|