Rabi'ah al-Adawiyyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP48Fadhillah (bicara | kontrib)
Tag: BP2014
BP48Fadhillah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 1:
{{Infobox_Philosopher
{{Infobox saint
| issuesregion = [[Sufi]]
| name = Rabi'ah Al-Adawiyah (رابعة العدوية القيسية)
| era = [[Umayyah|Khalifah Dinasti Umayyah]]
| image = Rabia al-Adawiyya.jpg
| imagesizecolor = 250px#B0C4DE
| alt image_name =
| titles image_size = 200px
| name = Rabi'ah Al-Adawiyah (رابعة العدوية القيسية)<br> Rabi'ah Basri
| birth_date = 713-717
| fullname = Rabi'ah binti Ismail al-Adawiyah al-Basriyah
| birth_place = [[Basrah]], [[Irak]]
| death_datebirth_date = 801713-717
| death_placebirth_place = [[BasrahBashrah]], [[Irak]]
| venerated_indeath_date = [[Islam]]801
| death_place = Bashrah, Irak
| beatified_date =
| school_tradition = [[Sunni|Islam Sunni]] ([[Mazhab Syafi'i|Shafi'i]]
| beatified_place =
| main_interests = [[Teologi]], [[Sastra Islam]], [[Sufisme]], [[Mistisisme]]
| beatified_by =
| birth_place notable_ideas = [[BasrahSufisme]], [[IrakZahid]]
| canonized_date =
| canonized_placemajor_works =
| influences = [[Al-Qur'an]], [[Muhammad]]
| canonized_by =
| influenced = [[Al-Ghazali]], [[Ibnu Arabi]], [[Jalaluddin Rumi]]
| major_shrine =
| feast_day =
| attributes =
| patronage =
| issues =
| suppressed_date =
| suppressed_by =
| influences =
| influenced =
| tradition = Zuhud
| major_works =
}}
Baris 182 ⟶ 172:
 
=== Kehidupan sebagai sufi dan pilihan untuk tidak menikah ===
[[Rabia al-Adawiyya.jpg|thumb|200px| Ilustrasi Rabi'ah al Adawiyah]]
Setelah bebas sebagai hamba sahaya, Rabi'ah pergi mengembara di [[padang pasir]].<ref name=e></ref> Setelah beberapa saat tinggal di padang pasir, ia menemukan tempat tinggal.<ref name=e></ref> Di tempat itulah ia menghabiskan seluruh waktunya beribadah kepada [[Allah]].<ref name=e></ref> Rabiah juga memiliki majelis yang dikunjungi banyak murid.<ref name=c></ref> Majelisnya itu juga sering dikunjungi oleh [[zuhud|zahid-zahid]] lain untuk bertukar pikiran.<ref name=c></ref> Diantara mereka yang pernah mengunjungi majelis Rabi'ah adalah, [[Malik bin Dinar]] (wafat 748 / 130 H), [[Sufyan as-Sauri]] (wafat 778 / 161H), dan [[Syaqiq al-Balkhi]] (wafat 810/194H).<ref name=c></ref> Rabi'ah hanya tidur sedikit disiang hari dan menghabiskan sepanjang malam untuk bermunajat sehingga ia dikenal sebagai [[pujangga]] dengan [[syair]]-syair cintanya yang indah kepada Allah.<ref name=d></ref> Rabi'ah telah terkenal karena kecerdasan dan ketaatannya ke pelosok negeri sehingga ia menerima banyak lamaran untuk menikah.<ref name=d></ref><ref name=e></ref> Diantara mereka yang melamarnya adalah [[Abdul Wahid bin Zayd]], seorang teolog dan ulama, [[Muhammad bin Sulaiman al-Hasyimi]], seorang amir dari dinasti [[Abbasiyah]] yang sangat kaya, juga seorang [[Gubernur]] yang meminta rakyat Basrah untuk mencarikannya seorang istri dan penduduk Basrah bersepakat bahwa Rabi'ah adalah orang yang tepat untuk gubernur tersebut.<ref name=d></ref><ref name=e></ref> Riwayat lain juga menyebutkan bahwa [[Hasan al-Bashri]], seorang [[sufi]] besar dan sahabat Rabi'ah, juga meminangnya, namun hal itu masih diragukan kebenarannya mengingat Hasan al-Bashri meninggal 70 tahun sebelum kematian Rabi'ah.<ref name=d></ref> Rabi'ah menolak seluruh lamaran itu dan memilih untuk tidak menikah.<ref name=d></ref><ref name=e></ref> Meskipun tidak menikah, Rabi'ah sadar bahwa pernikahan termasuk sunah agama, sebab, tidak ada kependetaan (bahasa [[Arab]]: ''Rahbaniyah'') dalam syariat islam.<ref name=d></ref> Rabi'ah memilih untuk tidak menikah karena ia takut tidak bisa bertindak adil terhadap suami dan anak-anaknya kelak karena hati dan perhatiannya sudah tercurahkan kepada Allah.<ref name=d></ref><ref name=e></ref> Tidak ada satupun di dunia ini yang dicintai Rabi'ah kecuali Allah.<ref name=d></ref><ref name=e></ref> Sehingga atas dasar itulah, Rabi'ah memuntuskan untuk tidak menikah hingga akhir hidupnya.<ref name=d></ref><ref name=e></ref>
 
Baris 218 ⟶ 209:
 
[[Berkas: Al ghazali.gif| tumb| left| 200px| Ulama besar Al-Ghazali banyak mendapatkan pengaruh dari [[zuhud|kezuhudan]] Rabi'ah]]
 
[[Al-Ghazali]] memberikan pendapatnya tentang [[syair]] Rabi’ah itu.<ref name=g></ref> Menurut Al ghazali, yang dimaksud dengan cinta kerinduan adalah cinta akan Allah karena nikmat-Nya diatas dirinya karena Allah telah menganugerahinya hidup sehingga ia dapat menyebut nama-Nya.<ref name=g></ref> Dan cinta kedua, yaitu cinta karena Allah berhak menerimanya, ialah cinta karena menyaksikan keindahan Allah dan kebesarannya yang kian hari kian terbuka baginya.<ref name=g></ref> Maka itulah cinta yang setingi-tingginya.<ref name=g></ref>
Dalam syair yang lain, Rabi’ah berkata:<ref name=g></ref>
Baris 242 ⟶ 234:
{{reflist}}
 
[[Kategori: Sufi]] [[Kategori: Tokoh Islam]] [[Kategori: Tasawuf]] [[Kategori: Penyair Muslim]] [[Kategori: Sastrawan Muslim]] [[Kategori: CendikiawanCendekiawan Islam]] [[Kategori: Zahid]]