Puspa (kayu): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wie146 (bicara | kontrib)
k +refs
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Namun demikian +Namun)
Baris 48:
[[Kayu teras]]nya berwarna coklat kemerahan atau coklat kelabu; [[kayu gubal|gubalnya]] berwarna lebih muda dan tidak mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras. Teksturnya halus dan permukaan kayunya licin, dengan arah serat lurus atau berpadu. Kayu ini termasuk agak keras; dengan [[berat jenis]] yang berkisar antara 0,45 ([[subspesies|subsp.]] ''noronhae'') hingga 0,92 (subsp. ''oblata''), kayu puspa termasuk ke dalam kelas kuat II.<ref name="atlas kayu">{{aut|Martawijaya, A., I. Kartasujana, Y.I Mandang, S.A. Prawira, K. Kadir}}. 1989. ''Atlas Kayu Indonesia'' '''2''': 109-113. Balitbang Kehutanan Dephut. Bogor.</ref>
 
Secara umum, puspa digolongkan ke dalam kelas awet III. Ia cukup tahan terhadap serangan [[rayap kayu kering]] (kelas II), namun kurang tahan terhadap jamur pelapuk kayu (kelas III-IV). Namun demikian, kayu ini termasuk mudah diawetkan.<ref name="atlas kayu"/>
 
Kayu puspa juga mudah dikerjakan. Dapat dibubut, diserut, dibor, diamplas, dan dipelitur dengan hasil baik. Dapat dibuat menjadi [[venir]] tanpa perlakuan pendahuluan, namun venirnya bergelombang setelah kering. Pengeringan kayu puspa memang diketahui sulit; lambat mengering dan mudah mengalami perubahan bentuk seperti pencekungan dan pemilinan serta pecah pada mata kayu. Kembang susut kayu ini termasuk besar dan mudah retak. Penyusutan kayu hingga kering tanur pada arah radial sebesar 4,7–4,8%, sedangkan pada arah tangensial berkisar antara 8,6–10,6%.<ref name="atlas kayu"/>