Elly Joenara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Namun demikian +Namun) |
||
Baris 39:
[[Pendudukan Jepang di Hindia Belanda|Jepang menduduki Hindia Belanda]] pada bulan Maret 1942 dan membubarkan semua studio film kecuali satu di Hindia Belanda. Pembuatan ''Aladin dengan Lampu Wasiat'' dihentikan; film tersebut baru dirilis tahun 1950 setelah era pendudukan dan [[Revolusi Nasional Indonesia|revolusi nasional]].{{sfn|Biran|2009|p=214}} Selama masa pendudukan, Yunara memasuki dunia teater dan berpindah dari satu grup ke grup lain. Ia pernah menjadi bagian dari grup Warnasari, Matahari, dan Jawa Ehai.{{sfn|Biran|1979|p=159}} Pada tahun 1949, setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia, Yunara menikahi produser film [[Djamaluddin Malik]].{{sfn|Apa Siapa|1999|p=154}}
Tahun 1950, Djamaluddin mendirikan perusahaan film bernama Persari.{{sfn|Apa Siapa|1999|p=154}} Yunara ambil peran di dua film buatan perusahaan ini: ''Si Mientje'' (1952) dan ''Siapa Ajahku'' (1954). Namun
Djamaluddin meninggal dunia tanggal 8 Juni 1970.{{sfn|Biran|1979|p=139}} Yunara lantas mendirikan perusahaan filmnya sendiri, Remaja Ellyanda Film. Pada tahun 1972, ia merintis karier sebagai produser film melalui ''[[Malin Kundang (film)|Malin Kundang]]''.{{sfn|Biran|1979|p=159}} Disutradarai [[D. Djajakusuma]] dan diangkat dari [[Malin Kundang|cerita rakyat Melayu]], film ini melibatkan [[Rano Karno]] dan [[Putu Wijaya]] sebagai pemeran utamanya, Malin Kundang, pemuda yang lupa dengan jati dirinya setelah menghabiskan masa kecilnya di laut.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Kredit Lengkap}} Yunara ikut memproduseri ''Jembatan Merah'' (1973), ''Petualang Cilik'' (1977), dan ''Halimun'' (1979). Perusahaan miliknya juga memproduksi dua film non-fitur.{{sfn|Apa Siapa|1999|p=175}} Tahun 1974, ia mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jakarta, [[Ali Sadikin]], atas kontribusinya terhadap industri perfilman.{{sfn|Biran|1979|p=159}}
|