Sejarah Kota Samarinda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- ijin + izin); kosmetik perubahan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Namun demikian +Namun)
Baris 51:
[[Belanda]] yang mengikat perjanjian dengan [[kesultanan Kutai]] kian lama kian bertumbuh. Bahkan, secara perlahan Belanda menguasai perekonomian di daerah ini. Untuk mengembangkan kegiatan perdagangannya, maka Belanda membuka perkampungan di [[Samarinda Seberang]] pada tahun [[1730]] atau 62 tahun setelah Pua Ado membangun Samarinda Seberang. Di situlah Belanda memusatkan perdagangannya.
 
Namun demikian, pembangunan [[Samarinda Seberang]] oleh Belanda juga atas izin dari [[Sultan Kutai]], mengingat kepentingan ekonomi dan pertahanan masyarakat di daerah tersebut. Apalagi, Belanda pada waktu itu juga menempatkan pasukan perangnya di daerah ini sehingga sangat menjamin keamanan bagi Kerajaan Kutai.
 
Samarinda berkembang terus dengan bertambahnya penduduk yang datang dari [[Jawa]] dan [[Sulawesi]] dalam kurun waku ratusan tahun. Bahkan sampai pada puncak kemerdekaan tahun [[1945]] hingga keruntuhan Orde Lama yang digantikan oleh Orde Baru, Samarinda terus ’disatroni’ pendatang dari luar Kaltim. Waktu itu Tahun 1966 adalah peralihan masa Orde Lama ke Orde Baru. Keadaan semuanya masih acak dan semberawut. Masalah keamanan rakyat memang terjamin dengan terbentuknya [[Hansip]] (Pertahanan Sipil) yang menggantikan OPR ([[Organisasi Pertahanan Rakyat]]). Hansip mendukung keberadaan Polisi dan [[TNI]].