Pandu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 21:
 
== Arti nama ==
 
Nama ''Pandu'' atau ''pāṇḍu'' dalam [[bahasa Sanskerta]] berarti pucat, dan kulit beliau memang pucat, karena ketika ibunya ([[Ambalika]]) menyelenggarakan upacara ''putrotpadana'' untuk memperoleh anak, ia berwajah pucat.
 
Baris 27 ⟶ 26:
 
== Kelahiran ==
 
Menurut ''[[Mahabharata]]'', [[Wicitrawirya]] bukanlah ayah biologis Pandu. Wicitrawirya wafat tanpa memiliki keturunan. [[Ambalika]] diserahkan kepada Bagawan [[Byasa]] agar diupacarai sehingga memperoleh anak. Ambalika disuruh oleh [[Satyawati]] untuk mengunjungi Byasa ke dalam sebuah kamar sendirian, dan di sana ia akan diberi anugerah. Ia juga disuruh agar terus membuka matanya supaya jangan melahirkan putra yang buta ([[Dretarastra]]) seperti yang telah dilakukan [[Ambika]]. Maka dari itu, Ambalika terus membuka matanya namun ia menjadi pucat setelah melihat rupa Sang Bagawan ([[Byasa]]) yang luar biasa. Maka dari itu, Pandu (putranya), ayah para [[Pandawa]], terlahir pucat.
 
== Kehidupan ==
 
Pandu merupakan seorang pemanah yang mahir. Ia memimpin tentara [[Dretarastra]] dan juga memerintah kerajaan untuknya. Pandu menaklukkan wilayah [[Kerajaan Dasarna|Dasarna]], [[Kerajaan Kasi|Kashi]], [[Kerajaan Anga|Anga]], [[Kerajaan Wanga|Wanga]], [[Kerajaan Kalinga|Kalinga]], [[Kerajaan Magadha|Magadha]], dan lain-lain.
 
Pandu menikahi [[Kunti]], puteriputri Raja Kuntibhoja dari Wangsa [[Wresni]], dan [[Madri]], puteriputri Raja [[Kerajaan Madra|Madra]]. Saat berburu di hutan, tanpa sengaja Pandu memanah seorang [[resi]] yang sedang [[hubungan seksual|bersenggama]] dengan istrinya. Atas perbuatan tersebut, Sang Resi mengutuk Pandu agar kelak ia meninggal saat bersenggama dengan istrinya. Maka dari itu, Pandu tidak bisa memiliki anak dengan cara bersenggama dengan istrinya. Dengan kecewa, Pandu meninggalkan hutan bersama istrinya dan hidup seperti pertapa. Di dalam hutan, Kunti mengeluarkan mantra rahasianya dan memanggil tiga Dewa, Yaitu [[Yama]], [[Bayu]], dan [[Indra]]. Dari ketiga Dewa tersebut, ia meminta masing-masing seorang puteraputra. Ketiga puteraputra tersebut adalah [[Yudistira]], [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]], dan [[Arjuna]]. Kunti juga memberi kesempatan kepada Madri untuk meminta seorang puteraputra dari Dewa yang dipanggilnya, dan Madri memanggil Dewa [[Aswin]]. Dari Dewa tersebut, Madri menerima puteraputra kembar, diberi nama [[Nakula]] dan [[Sadewa]].
 
Kelima putra pandu dikenal sebagai [[Pandawa]].
 
== Kematian ==
Lima belas tahun setelah ia hidup membujang, ketika [[Kunti]] dan puteraputra-puteranyaputranya berada jauh, Pandu mencoba untuk [[hubungan seksual|bersenggama]] dengan [[Madri]]. Atas tindakan tersebut, Pandu wafat sesuai dengan kutukan yang diucapkan oleh resi yang pernah dibunuhnya. Kemudian Madri menitipkan puteraputra kembarnya, [[Nakula]] dan [[Sadewa]], agar dirawat oleh Kunti sementara ia membakar dirinya sendiri untuk menyusul suaminya ke alam baka.
 
Lima belas tahun setelah ia hidup membujang, ketika [[Kunti]] dan putera-puteranya berada jauh, Pandu mencoba untuk [[hubungan seksual|bersenggama]] dengan [[Madri]]. Atas tindakan tersebut, Pandu wafat sesuai dengan kutukan yang diucapkan oleh resi yang pernah dibunuhnya. Kemudian Madri menitipkan putera kembarnya, [[Nakula]] dan [[Sadewa]], agar dirawat oleh Kunti sementara ia membakar dirinya sendiri untuk menyusul suaminya ke alam baka.
 
== Versi pewayangan Jawa ==
Dalam pewayangan, tokoh Pandu ([[Bahasa Jawa]]: ''Pandhu'') merupakan puteraputra kandung [[Byasa]] yang menikahi [[Ambalika]], janda [[Wicitrawirya]]. Bahkan, [[Byasa]] dikisahkan mewarisi takhta [[Hastinapura]] sebagai raja sementara sampai Pandu dewasa.
 
=== Masa Mudamuda ===
Dalam pewayangan, tokoh Pandu ([[Bahasa Jawa]]: ''Pandhu'') merupakan putera kandung [[Byasa]] yang menikahi [[Ambalika]], janda [[Wicitrawirya]]. Bahkan, [[Byasa]] dikisahkan mewarisi takhta [[Hastinapura]] sebagai raja sementara sampai Pandu dewasa.
 
=== Masa Muda ===
 
Pandu digambarkan berwajah tampan namun memiliki cacat di bagian [[leher]], sebagai akibat karena ibunya memalingkan muka saat pertama kali menjumpai [[Byasa]]. Para [[dalang]] mengembangkan kisah masa muda Pandu yang hanya tertulis singkat dalam ''[[Mahabharata]]''. Misalnya, Pandu dikisahkan selalu terlibat aktif dalam membantu perkawinan para sepupunya di [[Mathura]]. Pandu pernah diminta para [[dewa]] untuk menumpas musuh [[kahyangan]] bernama Prabu Nagapaya, raja raksasa yang bisa menjelma menjadi [[naga]] dari negeri Goabarong. Setelah berhasil melaksanakan tugasnya, Pandu mendapat hadiah berupa pusaka minyak Tala.
 
Pandu kemudian menikah dengan [[Kunti]] setelah berhasil memenangkan sayembara di negeri [[Mathura]]. Ia bahkan mendapatkan hadiah tambahan, yaitu PuteriPutri [[Madri]], setelah berhasil mengalahkan [[Salya]], kakak sang puteriputri. Di tengah jalan ia juga berhasil mendapatkan satu puteriputri lagi bernama [[Gandari]] dari negeri Plasajenar, setelah mengalahkan kakaknya yang bernama Prabu Gendara. Puetri yang terakhir ini kemudian diserahkan kepada [[Dretarastra]], kakak Pandu.
 
Pandu naik takhta di [[Hastina]] menggantikan [[Byasa]] dengan bergelar "Prabu Pandu Dewanata" atau "Prabu Gandawakstra". Ia memerintah didampingi [[Gandamana]], pangeran [[Kerajaan Panchala|Panchala]] sebagai [[patih]]. Tokoh Gandamana ini kemudian disingkirkan oleh [[Sangkuni]], adik [[Gandari]] secara licik.
Baris 57 ⟶ 51:
 
=== Keluarga ===
Dari kedua istrinya, Pandu mendapatkan lima orang putra yang disebut [[Pandawa]]. Berbeda dengan kitab ''[[Mahabharata]]'', kelimanya benar-benar puteraputra kandung Pandu, dan bukan hasil pemberian [[dewa]]. Para [[dewa]] hanya dikisahkan membantu kelahiran mereka. Misalnya, Bhatara [[Dharma]] membantu kelahiran [[Yudistira]], dan Bhatara [[Bayu]] membantu kelahiran [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]]. Kelima putra Pandu semuanya lahir di [[Hastina]], bukan di hutan sebagaimana yang dikisahkan dalam ''[[Mahabharata]]''.
 
Dari kedua istrinya, Pandu mendapatkan lima orang putra yang disebut [[Pandawa]]. Berbeda dengan kitab ''[[Mahabharata]]'', kelimanya benar-benar putera kandung Pandu, dan bukan hasil pemberian [[dewa]]. Para [[dewa]] hanya dikisahkan membantu kelahiran mereka. Misalnya, Bhatara [[Dharma]] membantu kelahiran [[Yudistira]], dan Bhatara [[Bayu]] membantu kelahiran [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]]. Kelima putra Pandu semuanya lahir di [[Hastina]], bukan di hutan sebagaimana yang dikisahkan dalam ''[[Mahabharata]]''.
 
=== Kematian ===
 
Kematian Pandu dalam pewayangan bukan karena bersenggama dengan [[Madri]], melainkan karena berperang melawan Prabu Tremboko, muridnya sendiri.
 
Dikisahkan bahwa [[Madri]] mengidam ingin bertamasya naik Lembu [[Nandini]], wahana [[Batara Guru]]. Pandu pun naik ke kahyangan mengajukan permohonan istrinya. Sebagai syarat, ia rela berumur pendek dan masuk [[neraka]]. [[Batara Guru]] mengabulkan permohonan itu. Pandu dan [[Madri]] pun bertamasya di atas punggung Lembu Nandini. Setelah puas, mereka mengembalikan [[lembu]] itu kepada Batara Guru. Beberapa bulan kemudian, [[Madri]] melahirkan bayi kembar bernama [[Nakula]] dan [[Sadewa]].
 
Sesuai kesanggupannya, Pandu pun berusia pendek. Akibat adu domba dari [[Sangkuni]], Pandu pun terlibat dalam perang melawan muridnya sendiri, yaitu seorang raja raksasa dari negeri Pringgadani bernama Prabu Tremboko. Perang ini dikenal dengan nama ''Pamoksa''. Dalam perang itu, Tremboko gugur terkena anak panah Pandu, namun ia sempat melukai [[paha]] lawannya itu menggunakan [[keris]] bernama "Kyai Kalanadah". Akibat luka di paha tersebut, Pandu jatuh sakit. Ia akhirnya meninggal dunia setelah menurunkan wasiat agar [[Hastinapura]] untuk sementara diperintah oleh [[Dretarastra]] sampai kelak [[Pandawa]] dewasa. Antara puteraputra-puteriputri Pandu dan Tremboko kelak terjadi perkawinan, yaitu [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] dengan [[Hidimbi]], yang melahirkan [[Gatotkaca]], seorang [[kesatria]] berdarah campuran, manusia dan raksasa.
 
=== Naik ke sorga ===
 
=== Naik ke sorgasurga ===
Istilah ''Pamoksa'' seputar kematian Pandu kiranya berbeda dengan istilah [[moksa]] dalam [[agama Hindu]]. Dalam "Pamoksa", Pandu meninggal dunia musnah bersama seluruh raganya. Jiwanya kemudian masuk [[neraka]] sesuai perjanjian. Atas perjuangan puteraputra keduanya, yaitu [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] beberapa tahun kemudian, Pandu akhirnya mendapatkan tempat di [[surga]]. Versi lain yang lebih dramatis mengisahkan Pandu tetap memilih hidup di neraka bersama [[Madri]] sesuai janjinya kepada [[dewa]]. Baginya, tidak menjadi masalah meskipun ia tetap tinggal di neraka, asalkan ia dapat melihat keberhasilan puteraputra-puteranyaputranya di dunia. Perasaan bahagia melihat dharma bakti para [[Pandawa]] membuatnya merasa hidup di sorga[[surga]].
 
== Lihat pula ==