Banten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Namun demikian +Namun)
Baris 66:
== Sejarah ==
[[Berkas:Banten-city-Java-1724.jpg|thumb|left|200px|Lukisan [[François Valentijn]] tahun 1694]]
Banten atau dahulu dikenal dengan nama '''Bantam''' pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan [[Tarumanagara]]. Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara adalah [[Prasasti Cidanghiyang]] atau prasasti Lebak, yang ditemukan di Kampung Lebak di tepi Ci Danghiyang, Kecamatan [[Munjul, Pandeglang]], Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan [[huruf Pallawa]] dan [[bahasa Sanskerta]]. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian Raja [[Purnawarman]]. Setelah runtuhnya Kerajaan [[Tarumanagara]] (menurut beberapa sejarawan ini akibat serangan Kerajaan [[Sriwijaya]]), kekuasaan di bagian barat [[Pulau Jawa]] dari [[Ujung Kulon]] sampai [[Ci Serayu]] dan [[Kali Brebes]] dilanjutkan oleh [[Kerajaan Sunda]]. Seperti dinyatakan oleh [[Tome Pires]], penjelajah [[Portugis]] pada tahun [[1513]], BantenBantam menjadi salah satu pelabuhan penting dari [[Kerajaan Sunda]]. Menurut sumber Portugis tersebut, BantenBantam adalah salah satu pelabuhan kerajaan itu selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara ([[Tangerang]]), [[Sunda Kelapa|Kalapa]], dan [[Cimanuk]].
Diawali dengan penguasaan Kota Pelabuhan Banten, yang dilanjutkan dengan merebut [[Banten Girang]] dari [[Pucuk Umun]] pada tahun 1527, [[Maulana Hasanuddin]], mendirikan [[Kesultanan Banten]] di wilayah bekas Banten Girang. Dan pada tahun 1579, Maulana Yusuf, penerus Maulana Hasanuddin, menghancurkan [[Pajajaran|Pakuan Pajajaran]], ibu kota atau pakuan (berasal dari kata pakuwuan) Kerajaan Sunda. Dengan demikian pemerintahan di Jawa Barat dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Hal itu ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan Pajajaran ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu terpaksa diboyong ke Banten karena tradisi politik waktu itu "mengharuskan" demikian. Pertama, dengan dirampasnya Palangka tersebut, di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Kedua, dengan memiliki Palangka itu, Maulana Yusuf merupakan penerus kekuasaan Kerajaan Sunda yang "sah" karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja.
 
Dengan dihancurkannya [[Pajajaran]] maka Banten mewarisi wilayah Lampung dari Kerajaan Sunda. Hal ini dijelaskan dalam buku The Sultanate of Banten tulisan Claude Guillot pada halamaanhalaman 19 sebagai berikut: "''From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region.''"<ref name="Claude Guillot">{{cite book | last =Guillot | first =Claude. | publisher= Gramedia Book Publishing Division | title = The sultanate of Banten | date = | year =1990| page =19
}}</ref>
 
Ketika sudah menjadi pusat Kesultanan Banten, sebagaimana dilaporkan oleh J. de Barros, BantenBantam merupakan pelabuhan besar di [[Asia Tenggara]], sejajar dengan [[Malaka]] dan [[Makassar]]. Kota BantenBantam terletak di pertengahan pesisir sebuah teluk, yang lebarnya sampai tiga mil. Kota itu panjangnya 850 depa. Di tepi laut kota itu panjangnya 400 [[depa]]; masuk ke dalam ia lebih panjang. Melalui tengah-tengah kota ada sebuah sungai yang jernih, di mana kapal jenis [[jung]] dan ''[[gale]]'' dapat berlayar masuk. Sepanjang pinggiran kota ada sebuah anak sungai, di sungai yang tidak seberapa lebar itu hanya perahu-perahu kecil saja yang dapat berlayar masuk. Pada sebuah pinggiran kota itu ada sebuah benteng yang dindingnya terbuat dari bata dan lebarnya tujuh telapak tangan. Bangunan-bangunan pertahanannya terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat, dan dipersenjatai dengan senjata yang baik. Di tengah kota terdapat alun-alun yang digunakan untuk kepentingan kegiatan ketentaraan dan kesenian rakyat dan sebagai pasar di pagi hari. Istana raja terletak di bagian selatan alun-alun. Di sampingnya terdapat bangunan datar yang ditinggikan dan beratap, disebut Srimanganti, yang digunakan sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyatnya. Di sebelah barat alun-alun didirikan sebuah masjid agung.
 
Pada awal abad ke-17 Masehi, BantenBantam merupakan salah satu pusat perniagaan penting dalam jalur perniagaan internasional di Asia. Tata administrasi modern pemerintahan dan kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonmianperekonomian masyarakat. Daerah kekuasaannya mencakup juga wilayah yang sekarang menjadi Provinsi [[Lampung]]. Ketika orang [[Belanda]] tiba di BantenBantam untuk pertama kalinya, orang Portugis telah lama masuk ke BantenBantam. Kemudian orang Inggris mendirikan loji di BantenBantam dan disusul oleh orang Belanda.
 
Selain itu, orang-orang Perancis dan Denmark pun pernah datang di BantenBantam. Dalam persaingan antara pedagang Eropa ini, Belanda muncul sebagai pemenang. Orang Portugis melarikan diri dari BantenBantam (1601), setelah armada mereka dihancurkan oleh armada Belanda di perairan BantenBantam. Orang Inggris pun tersingkirkan dari Batavia (1619) dan BantenBantam (1684) akibat tindakan orang Belanda.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een landschap in Bantam TMnr 3728-424.jpg|thumb|300px|[[Litografi]] berdasarkan lukisan oleh [[Abraham Salm]] dengan pemandangan di Banten (1865-1872)]]
Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi. ''[[Jawa Barat|Provincie West Java]]'' adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Hindia Belanda yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Banten menjadi salah satu keresidenan yaitu ''Bantam Regentschappen'' dalam Provincie West Java di samping Batavia, Buitenzorg (Bogor), Preanger (Priangan), dan Cirebon.
 
== Budaya dan nilai ==