Perdagangan budak Arab: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jilboobs3 (bicara | kontrib)
Jilboobs3 (bicara | kontrib)
Baris 100:
Meskipun demikian, beberapa [[kebecian etnis|prasangka etnis]] kemudian berkembang di antara orang Arab karena setidaknya dua alasan. Yang pertama, penaklukan dan perdagangan budak mereka yang luas,<ref name=Lewis/> dan yang kedua, pengaruh gagasan [[Aristoteles]] mengenai [[sebab akhir]] yang menyatakan bahwa budak adalah budak karena sudah secara alami begitu.<ref>Aristotle, ''[http://classics.mit.edu/Aristotle/politics.html Politics]'', Book I.</ref> Pengembangan atas pandangan Aristoteles ini diajukan oleh [[Filsafat Islam|filsuf Islam]] seperti [[Al-Farabi]] dan [[Ibnu Sinna]], khususnya terkait dengan orang Turk dan kulit hitam;<ref name=Lewis>{{citation|last=[[Bernard Lewis]]|contribution=From ''Race and Slavery in the Middle East: An Historical Enquiry''|title=Racism: A Global Reader|editor-last=Kevin Reilly|editor-first=Stephen Kaufman, Angela Bodino|publisher=M.E. Sharpe|year=2003|isbn=0-7656-1060-4|pages=52–8}}</ref> serta pengaruh pemikiran [[Geonim]] Abad Pertengahan awal mengenai pembagian umat manusia antara tiga [[putra Nuh]], di mana [[Talmud]] Babilonia menyatakan bahwa "[[Hamit|keturunan Ham]] telah dikutuk menjadi berkulit hitam, dan bahwa [Talmud] menggambarkan [[Ham (putra Nuh)|Ham]] sebagai pendosa dan keturunannya sebagai orang-orang rendah."<ref>{{citation|title='Race', slavery and Islam in Maghribi Mediterranean thought: the question of the Haratin in Morocco|first=Chouki|last=El Hamel|journal=The Journal of North African Studies|volume=7|issue=3|year=2002|pages=29–52 [39–40]|quote=Neither in the Quran nor in the Hadith is there any indication of racial difference among humankind. But as a consequence of the Arab conquest, a mutual assimilation between Islam and the cultural and the scriptural traditions of Christian and Jewish populations occurred. Racial distinction between humankind with reference to the sons of Noah is found in the Babylonian Talmud, a collection of rabbinic writings that dates back to the sixth century.|doi=10.1080/13629380208718472}}</ref> Akan tetapi, prasangka etnis di antara beberapa orang Arab elite tidak terbatas pada orang berkulit gelap, tapi juga diarahkan pada orang berkulit terang (termasuk orang Persia, Tur, dan Eropa), sementara orang Arab menyebut diri mereka sendiri sebagai "kulit kehitam-hitaman".<ref>{{citation|title=Race and slavery in the Middle East: an historical enquiry|author=[[Bernard Lewis]]|publisher=[[Oxford University Press]]|year=1992|isbn=0-19-505326-5|pages=18–9}}</ref> Konsep [[Nasionalisme Arab|identitas Arab]] sendiri belum ada hingga masa modern.<ref>{{citation|title=Daily Life in the Medieval Islamic World|first=James E.|last=Lindsay|publisher=[[Greenwood Publishing Group]]|year=2005|isbn=0-313-32270-8|pages=12–5}}</ref> Menurut [[Arnold J. Toynbee]]:
{{cquote|Hilangnya kesadaran ras antar sesama Muslim merupakan salah satu pencapaian luar biasa Islam dan di dunia kontemporer, dan memang sedang terjadi, ada kebutuhan mendesak akan penganjuran kebaikan Islam ini.<ref>A. J. Toynbee, ''Civilization on Trial'', New York, 1948, hlm. 205</ref>}}
 
Penulis Muslim terkenal aabd ke-9 [[Al-Jahiz]], seorang [[Orang Afrika-Arab|Afrika-Arab]] dan cucu dari seorang budak [[Zanj]]<ref name="Bagley"/><ref name="Ogot">Bethwell A. Ogot, ''Zamani: A Survey of East African History'', (East African Publishing House: 1974), hlm.104</ref><ref name="Mohamed Diriye Abdullahi 2001 p.13">Mohamed Diriye Abdullahi, ''Culture and Customs of Somalia'', (Greenwood Press: 2001), hlm. 13</ref> menulis sebuah buku berjudul ''Risalat mufakharat al-Sudan 'ala al-bidan'' (''Risalah Mengenai Keunggulan Kulit Hitam di atas Kulit Putih''), di mana ia menulis:
 
{{cquote|...telah menaklukan negeri orang Arab hingga sejauh Mekah dan telah memerintah mereka. Kami mengalahka [[Dhu Nuwas|Dhu Nowas]] (Raja Yahudi Yaman) dan membunuh semua pangeran [[Kerajaan Himyar|Himyar]], tapi kalian, orang Kulit Putih, belum pernah menaklukan negeri kami. Bangsa kami, bangsa Zengh ([[Negro]]) memberontak empat puluh kali di [[Efrat]], mengusir penduduknya dari rumah mereka dan menjadikan Oballah pemandian darah.|[[Joel Augustus Rogers]] dan [[John Henrik Clarke]]|World's Great Men of Color<ref>Joel Augustus Rogers, John Henrik Clarke, ''World's Great Men of Color'', (Simon & Schuster: 1996), hlm.166</ref>}}
 
== Rujukan ==