Pesta dadung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- jaman + zaman)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
Namun paratetua/sesepuh desa tidak mengharapkan tradisi itu punah.
Sebab sudah berlangsung secara turun temurun dan menjadi salah satu ikon seni budaya Kabupaten Kuningan.
Pesta dadung merupakan tradisi budak angon (pengembala [[kambing]]sapi) di saat menggembalakan ternaknya di [[huma]] atau di ladang.
diperkirakan tradisi itu mulai dikenal sekitar tahun [[1818]], kaulinan (permainanan) barudak yang memanfaatkan waktu luang sewaktu menggembala ini mengalami perubahan dari kaulinan budak angon menjadi sikap syukur penduduk setempat yang mata pencahariannya mengandalkan sektor pertanian dan peternakan setelah panen raya.
::Menurut penuturan [[H. Dahlan]] (70) tokoh masyarakat Desa Legokherang, pesta dadung mulai diperkenalkan ke masyarakat luar desa sejak kepemimpinan desa yakni Kuwu Angkin Jiwa Laksana, sekitar Tahun [[1818]]. Pada zaman itu, Angkin mendatangkan seperangkat alat gamelan salendro dan pelog (laras Sunda) dari Cirebon dan tambang atau dadung.
Dadung panjangnya kurang9 lebihmeter dua(menunjukan belasjumlah meterperangkat des yang berjumlah 9) tujuannya sebagai alat untuk menari dan menyanyikan lagu yang diiringi gamelan. Tarian yang digunakan jenis tari jalak pengkor hasil kreasi Angkin Jiwa Laksana.
Sedangkan nyanyian sebagai pengiring, menggunakan musik kangsreng dan waledan.
Kedua jenis musik ini hasil ciptaan Sunan Gunung Djati atau bisa disebut Wali Sanga.