Sinema elektronik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Nani Arimo (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 58:
== Kritik ==
Setelah beberapa waktu lalu sinetron Ganteng-Ganteng Serigala (GGS) yang sering juga diplesetkan oleh para haternya menjadi Ganteng-Ganteng Seringgila sekarang muncul sinetron saingannya (Manusia Harimau) yang mengusung tema hampir sama, yaitu sama-sama menyadur film laris Twilight. Kedua sinetron ini tayang di stasiun tv yang berbeda, GGS tayang di SCTV sedangkan Manusia Harimau di MNC TV. Selain itu perbedaan kedua sinetron ini adalah sosok serigala di GGS dan harimau di Manusia Harimau.
Beberapa waktu lalu saya juga sempat membaca di kompasiana bagaimana buruknya pengaruh yang ditimbulkan oleh sinetron GGS terutama pada anak-anak yang dengan polos menirukan bagaimana auman serigala. Selain itu kemesraan antar dua remaja yang dikemas secara berlebihan dan sama sekali tak layak untuk ditonton para remaja.
Melihat kesuksesan SCTV dengan GGSnya yang merupakan garapan Amanah Surga Production, stasiun TV lain sepertinya latah dan tak mau kalah melihat trend pasar (penonton) yang sepertinya sedang terbius dengan kisah-kisah fantasi semacam ini. Lewat MD Entertainment lahirlah Manusia Harimau yang tayang di MNC TV yang juga dibintangi pemain yang cukup punya nama di dunia hiburan tanah air salah satunya Randy Pangalila sedangkan GGS sepertinya lebih bertabur bintang remaja (Aliando, Prilly, Kevin Julio, Jessica Mila).
Tak jauh berbeda dengan GGS yang auman serigalanya banyak ditiru anak-anak begitu juga dengan auman harimau yang dipertontonkan di sinetron Manusia Harimau juga banyak ditiru anak-anak. Di tempat kakak saya mengajar di sebuah sekolah dasar, banyak anak-anak muridnya yang menirukan bagaimana auman seekor harimau saat sedang bermain. Bahkan yang lebih parahnya lagi keponakan saya yang usianya baru tiga tahun saja bisa menirukan auman harimau, padahal hanya melihat sepintas sinetron tersebut. Melihat fenomena ini, para guru di tempat kakak saya mengajar menghimbau kepada seluruh orang tua murid agar tak menyaksikan lagi sinetron yang tak mendidik tersebut.
Sejak dunia hiburan tanah air bertuhan pada yang namanya rating, dunia hiburan tanah air seperti kehilangan taringnya serta minim nilai edukasi. Semua semata-mata hanya mengedepankan keuntungan tanpa memperhatikan kualitas apalagi manfaat yang ada hanya bagaimana sebuah acara bisa meraup rating dan share yang tinggi. Selama rating dan share masih tinggi, maka selama itu pula sebuah acara tetap bisa bernyawa meskipun kebanyakan dibuat ala kadarnya terutama untuk acara-acara stripping.
Kebanyakan penonton televisi di Indonesia sepertinya sudah menomorkan duakan tontonan-tontonan yang memang memiliki manfaat dan nilai edukasi, mereka lebih memilih tontonan yang mengumbar kemesraan dan senang melihat orang-orang teraniaya. Lihat saja acara bagus macam Laptop Si Unyil dan Si Bolang yang bagus untuk tontonan anak-anak tapi rating dan sharenya jauh sekali dibawah sinetron-sinetron remaja. Mungkin segmen acara ini memang berbeda serta jam tayangnyapun tidak sama tapi saya yakin meskipun acara macam Laptop Si Unyil ditayangkan pada jam prime time tetap saja tak akan bisa membendung gairah pecinta sinetron.
Kalau dunia hiburan tanah air sudah minim dengan nilai-nilai yang mendatangkan manfaat, lantas sebagai penonton kita harus apa, sudah tentu harus pintar-pintar dalam memilih tayangan untuk ditonton terutama bagi anak-anak, jangan sampai anak-anak yang masih polos diracuni dengan tontonan seperti dua sinetron di atas. Selain itu kita semua tentu berharap agar Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bisa berdaya menghadapi gempuran tontonan tak mendidik ini, jangan sampai KPI terlihat seperti Hidup Segan Mati Tak Mau. Sebagai lembaga penyiaran di Indonesia sudah seharusnya KPI bisa unjuk gigi dengan menyeleksi secara ketat tayangan-tayangan yang membawa pengaruh buruk terhadap penonton. sinetron tersebut.
== Lihat pula ==
|