Vipassana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bthohar (bicara | kontrib)
translated from En WP
Bthohar (bicara | kontrib)
translated from En WP
Baris 11:
Henepola Gunaratana mendefinisikan Vipassana sebagai:
:“Melihat ke dalam sesuatu dengan kejelasan dan ketepatan, melihat setiap komponen sebagai hal yang berbeda dan terpisah, dan menusuk semua jalan masuk guna melihat kenyataan yang paling mendasar dari hal hal tersebut.” <ref name="Henepola Gunaratana pg 21"/>}}
 
==Asal-Usul==
Dalam sutta Pitaka istilah “vipassanā” jarang disebutkan:
{{quote|Jika Anda melihat langsung pada wacana Pali—sumber paling awal untuk pengetahuan kita tentang ajaran Buddha—Anda akan menemukan bahwa meskipun mereka memang menggunakan kata samatha yang berarti ketenangan, dan vipassanā yang berarti penglihatan jernih, mereka sebaliknya tidak mengkonfirmasi satupun terhadap penerimaan kebijaksanaan tentang istilah-istilah ini. Hanya terkadang mereka memang menggunakan kata vipassanā—kontras dengan seringnya mereka menggunakan kata jhana. Ketika mereka menggambarkan perintah Buddha kepada murid-muridnya agar melaksanakan meditasi, mereka tidak pernah mengutip bahwa Sang Buddha berkata “pergilah lakukan vipassanā,” tetapi selalu “pergilah lakukan jhana.” Dan mereka tidak pernah menyamakan kata vipassanā dengan teknik perhatian lainnya. {{sfn|Thanissaro Bhikkhu|Year Unknown}}}}
 
Menurut Gombrich, perbedaan antara vipassanā dan samatha tidak berasal dari sutta, tetapi dari interpretasi terhadap sutta. Menurut Henepola Gunaratana:
:Sumber klasik untuk perbedaan antara dua kendaraan ketenangan dan wawasan adalah Visuddhimagga.
 
Sutta mengandung jejak perdebatan kuno tentang penafsiran ajaran, serta klasifikasi dan hirarki awal. Di luar perdebatan ini dikembangkan gagasan yang melahirkan wawasan yang cukup untuk mencapai pembebasan, dengan melahirkan wawasan tersendiri pada Tiga tanda keberadaan (Tilakkhana), yaitu dukkha, anatta dan anicca. {{sfn|Gombrich|1997|p=96-144}} Hal ini bertentangan dengan Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Mulia Beruas Delapan, di mana jalan Buddha dimulai dengan wawasan, yang akan diikuti oleh praktek untuk mengolah pikiran dan mencapai Nirvana.
 
Sthaviravada menekankan wawasan-ilham:
{{quote|Dalam Sthaviravada [...] kemajuan dalam pemahaman datang sekaligus, 'wawasan' (abhisamaya) tidak datang 'bertahap' (berturut-turut - anapurva). {{sfn|Warder|2000|p=284}}}}
 
Mahasanghika memiliki doktrin ekaksana-citt, “yang dengannya seorang Buddha mengetahui segala sesuatu dalam satu pemikiran-instan”. {{sfn|Gomez|1991|p=69}}
 
Penekanan pada wawasan juga dapat terlihat dalam tradisi Mahayana, yang menekankan prajna: <ref>{{cite web|author=Defined by Reginald A. Ray |url=http://archive.thebuddhadharma.com/issues/2004/summer/dharma_dictionary.htm |title="Vipashyana," by Reginald A. Ray. '&#39;Buddhadharma: The Practitioner's Quarterly'&#39;, Summer 2004 |publisher=Archive.thebuddhadharma.com |date= |accessdate=2013-05-30}}</ref>
{{quote|Hal yang menjadi induk dari suatu korpus besar awal pustaka Mahayana, Prajnaparamita, menunjukkan bahwa sampai batas tertentu sejarawan mungkin mengekstrapolasi tren untuk memuji wawasan, prajna, dengan mengorbankan penghilangan nafsu, viraga, yaitu pengendalian emosi. {{sfn|Gombrich|1997|p=133}}}}
 
Meskipun Theravada dan Mahayana umumnya dipahami sebagai aliran yang berbeda dari Buddhisme, praktiknya juga mungkin mencerminkan penekanan pada wawasan sebagai sebutan yang serupa:
{{quote|Dalam praktek dan pemahaman Zen sebenarnya sangat dekat dengan Tradisi Theravada Hutan meskipun bahasa dan ajaran-ajaran yang dimilikinya sangat dipengaruhi oleh Taoisme dan Konfusianisme. <ref>{{cite web|url=http://bhikkhucintita.wordpress.com/category/buddhism/page/3/ |title=Through the Looking Glass, '&#39;Essential Buddhism'&#39; |publisher=Bhikkhucintita.wordpress.com |date= |accessdate=2013-05-30}}</ref>{{sfn|Khantipalo|1984|p=71}}}}
 
Penekanan pada wawasan juga dapat dilihat pada penekanan dalam Chan mengenai wawasan ilham, {{sfn|Warder|2000|p=284}} meskipun pada tradisi Chan wawasan ini harus diikuti oleh pengolahan bertahap.
 
==Praktik==
Meditasi vipassanā berbeda dalam tradisi Buddhis modern dan dalam beberapa bentuk nonsektarian. Ini mencakup teknik meditasi apa pun yang memupuk wawasan termasuk kontemplasi, introspeksi, observasi sensasi tubuh, meditasi analitik, dan pengamatan tentang pengalaman hidup.
 
Dalam konteks [[Theravada]], wawasan ini mendalami tiga tanda keberadaan: (1) ketidakkekalan dan (2) ketidakpuasan dari setiap hal yang ada, dan (3) tanpa-diri. Dalam konteks [[Mahayana]], wawasan ke dalam ini umumnya digambarkan sebagai ''sunyata'', ''dharmata'', ketidakterpisahan antara penampakan dan kekosongan (doktrin dua kebenaran), kejelasan dan kekosongan, atau kebahagiaan dan kekosongan.<ref>[http://archive.thebuddhadharma.com/issues/2004/summer/dharma_dictionary.htm Archive.thebuddhadharma.]</ref>