Gua Maria Pohsarang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alcatrank (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Alcatrank (bicara | kontrib)
Baris 8:
Patung ini dibuat lebih besar dari contohnya sebab disesuaikan dengan besarnya gua yang tingginya mencapai hampir 18 meter.
 
== Arsitektur gereja ==
== Gereja dengan arsitektur kuno ==
 
Gereja Katolik di Pohsarang didirikan oleh Ir. Henricus Maclaine Pont pada tahun 1936 atas permintaan pastor paroki Kediri pada waktu itu, Pastor H. Wolters, CM. Insinyur tersebut juga menangani pembangunan Museum di [[Trowulan]], [[Mojokerto]], yang menyimpan peninggalan sejarah [[Kerajaan Majapahit]].
 
Sayangnya gedung museum di Trowulan itu sudah hancur pada tahun 1960 yang hancur pada tahun 1960, karena kurang dirawat dengan baik oleh karena kurangnya dana untuk pemeliharaan dan perawatan.
Bangunan gereja Pohsarang mirip dengan bangunan museum Trowulan yang sudah hancur karena tidak terawat dan ketiadaan dana perawatan pada tahun 1960, maka dengan melihat gereja sekarang kita bisa membayangkan bagaimanakah bentuk museum Trowulan dulu kala.
 
Pastor Wolters, CM, lah yang meminta agar sedapat mungkin digunakan budaya lokal dalam membangun gereja di stasi Pohsarang, yang merupakan salah satu stasi dari paroki Kediri pada waktu itu.
 
Kompleks gereja Pohsarang merupakan suatu usaha untuk menampilkan iman kristiani dan tempat ibadat katolik dalam budaya setempat. Banyak orang berpendapat bahwa bangunan yang dibuat di Pohsarang indah dan unik serta merupakan karya monumental yang patut untuk dipelihara dan dijaga agar jangan musnah seperti museum Trowulan.
 
Syukurlah ada gerejaGereja Pohsarang yang menampilkan gaya Majapahit tapi dikombinasikan dengan gaya dari daerah lain dan iman kristiani.
Yulianto Sumalyo dalam buku yang berjudul `Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1993" menulis demikian mengenai gereja Puh Sarang sebagai berikut : "Seperti pada bangunan Trowulan, Tegal dan lain-lain untuk membangun gereja Pohsarang selalu menggunakan bahan-bahan lokal. Maclaine Pont menggunakan juga buruh setempat selain beberapa tukang yang sudah berpengalaman pada saat membangun museum.

Gereja yang sarat dengan simbolisme ini merupakan suatu karya arsitektur yang sangat berhasil dilihat dari berbagai segi: mulai dari lokasi, tata massa, bahan bangunan, struktur dan ten tu saja fungsi dan keindahannya. Semua aspek termasuk budaya setempat dan filsafat agama dipadukan dalam bentuk arsitektur dengan amat selaras"
 
== Lihat juga ==