Syarifah Nawawi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Jayrangkoto (bicara | kontrib) Update. |
||
Baris 2:
| name = Syarifah Nawawi
| image = Syarifah Nawawi.jpg
| imagesize =
| alt =
| caption =
| birth_name =
| birth_date = <!-- {{Birth date and age|||}} -->[[1896]]
| birth_place = {{negara|Holland}} [[Bukittinggi]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = <!-- {{Death date and age|YYYY|MM|DD|YYYY|MM|DD}} (tanggal meninggal diikuti tanggal lahir) -->[[17 April]] [[1988]] (umur 91)
| death_place = {{negara|Indonesia}} [[Jakarta]]
| nationality = {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
Baris 21:
}}
'''Syarifah Nawawi''' (lahir di [[Bukittinggi]], 1896 - meninggal di [[Jakarta]], [[17 April]] 1988 pada umur 91 tahun) adalah seorang pejuang dan tokoh pendidikan
==
=== Kehidupan pribadi ===
Bagi Nawawi pendidikan untuk anak sangatlah penting. Syarifah menempuh pendidikan di Europeesche Langere School (ELS), sekolah [[Belanda]] di Bukittinggi. Setelah tamat pada tahun 1907 ia melanjutkannya ke Kweekschool, tempat ayahnya mengajar. Pada tahun 1908 Syarifah adalah satu-satunya murid perempuan di antara 75 orang murid sekolah itu, dan ia adalah gadis [[Minang]] pertama yang mengalami pendidikan ala [[Eropa]]. Tamat dari Kweekschool, Syarifah dan saudaranya, Syamsiar, melanjutkan sekolah ke Salemba School di [[Batavia]].▼
Syarifah adalah anak dari pasangan [[Nawawi Soetan Makmoer]], seorang guru terkenal di Sekolah Raja (Kweekschool) Bukittinggi dengan seorang wanita yang bernama Chatimah. Syarifah merupakan anak keempat dan putri ketiga dari 9 bersaudara.
Setamat dari Kweekschool Bukittinggi ia pindah ke [[Batavia]]. Sewaktu berlibur ke Cianjur, oleh temannya, Syarifah diperkenalkan kepada seorang bangsawan [[Suku Sunda|Sunda]], [[Wiranatakoesoema]], yang dikemudian hari jadi suaminya. Mereka menikah pada bulan Mei 1916.
Sewaktu berlibur ke Cianjur, oleh temannya, Syarifah diperkenalkan kepada seorang bangsawan [[Sunda]], Wiranatakoesoema, yang dikemudian hari jadi suaminya. Mereka menikah pada bulan Mei 1916. Namun rumah tangga mereka tidak berlangsung lama, pada tanggal 17 April 1924, Wiranatakoesoema menceraikan Syarifah melalui telegram ketika Syarifah dan anak-anaknya sedang berlibur di Bukittinggi. Atas keputusan Wiranatakoesoema itu, iapun mendapat banyak kecaman di koran Belanda maupun koran pribumi, termasuk kecaman dari H. [[Agus Salim]]. ▼
▲
Dalam masa pernikahan yang pendek itu mereka dikaruniai 3 orang anak yaitu Am, Nelly dan Minarsih. Minarsih, anak bungsu Syarifah dikemudian hari dikenal sebagai [[Mien Soedarpo]] menikah dengan [[Soedarpo Sastrosatomo]], seorang pejuang kemerdekaan dan menjadi pengusaha besar setelah Indonesia merdeka. Soedarpo mendirikan perusahaan pelayaran yang kemudian hari menjadi besar dengan nama Samudera Lines. Sepanjang tahun 1924-1937 Syarifah dan anak-anaknya tinggal di Bukittinggi. Ia memimpin sekolah De Meisjes Vervolg School (Sekolah Lanjutan untuk Anak Perempuan) sebagai kepala sekolah di kota itu.▼
▲Dalam masa pernikahan yang pendek itu mereka dikaruniai 3 orang anak yaitu Am, Nelly dan Minarsih. Minarsih, anak bungsu Syarifah dikemudian hari dikenal sebagai [[Mien Soedarpo]] menikah dengan [[Soedarpo Sastrosatomo]], seorang pejuang kemerdekaan dan menjadi pengusaha besar setelah Indonesia merdeka. Soedarpo mendirikan perusahaan pelayaran yang kemudian hari menjadi besar dengan nama Samudera Lines
=== Pendidikan ===
▲Bagi Nawawi pendidikan untuk anak sangatlah penting. Syarifah menempuh pendidikan di Europeesche Langere School (ELS), sekolah [[Belanda]] di Bukittinggi. Setelah tamat pada tahun 1907 ia melanjutkannya ke Kweekschool, tempat ayahnya mengajar. Pada tahun 1908 Syarifah adalah satu-satunya murid perempuan di antara 75 orang murid sekolah itu, dan ia adalah gadis [[Orang Minang|Minang]] pertama yang mengalami pendidikan ala [[Eropa]]. Tamat dari Kweekschool, Syarifah dan saudaranya, Syamsiar, melanjutkan sekolah ke Salemba School di
=== Pengabdian ===▼
Setelah diceraikan suaminya, Syarifah dan anak-anaknya tinggal di Bukittinggi sepanjang tahun 1924-1937. Ia memimpin sekolah De Meisjes Vervolg School (Sekolah Lanjutan untuk Anak Perempuan) sebagai kepala sekolah di kota itu.
▲== Pengabdian ==
Setelah kedua orangtuanya meninggal, pada tahun 1937 Syarifah kembali ke Batavia. Ia menyekolahkan anak-anaknya di [[Koning Willem III School]] Batavia. Aktivitasnyapun berlanjut dengan memimpin Sekolah Kemajuan Istri di Meester Cornelis.
Ia mengundurkan diri dari sekolah tersebut sewaktu [[Jepang]] [[Sejarah Indonesia (1942-1945)|masuk dan menguasai Indonesia]]. Namun ia tetap berjuang memajukan pendidikan wanita dan anak-anak dan masuk ke Fujinkai, suatu organisasi wanita binaan Jepang.
Pada tanggal 11 Juli 1955 ia bersama teman-temannya mendirikan Yayasan Panti Wanita Trisula PERWARI. PERWARI adalah sebuah organisasi wanita pejuang Indonesia yang didirikan pada tahun 1945. Syarifah tak pernah berhenti mengabdi pada masyarakat melalui pendidikan dan memberikan pengajaran kepada anak-anak perempuan serta wanita muda yang tidak mampu, bahkan ia merelakan rumahnya dijadikan tempat sekolah.
Baris 43 ⟶ 50:
== Pautan luar ==
* [http://
* [http://m.sindoweekly-magz.com/artikel/52/ii/27-februari--5-maret-2014/analysis/215/asmara-tan-malaka "Asmara Tan Malaka"] ''[[Sindo Weekly]]''. Diakses 20-11-2014.
* [http://edisikhusustempo.blogspot.com/2008/08/perempuan-di-hati-macan.html "Perempuan di Hati Macan"] ''Edisi Khusus [[Majalah Tempo|Tempo]]'', 11-08-2008. Diakses 20-11-2014.
[[Kategori:Pengajar Indonesia]]
|