Kerajaan Wajo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Erysyamsuddin (bicara | kontrib)
Rahmat munawar (bicara | kontrib)
1.standar wifikasi 2.menambahkan tentang politik pasifikasi
Baris 3:
'''Kerajaan Wajo''' adalah sebuah kerajaan yang didirikan sekitar tahun [[1450|1399]], di wilayah yang menjadi [[Kabupaten Wajo]] saat ini di [[Sulawesi Selatan]]. Penguasanya disebut "Raja Wajo". Wajo adalah kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yaitu [[Cinnotabi]].
 
Ada tradisi lisan yakni pau-pau rikadong dianggap sebagai kisah terbentuknya <nowiki>[[Wajo]]</nowiki>. yaitu putri dari Luwu, We Tadampali yang mengidap sakit kulit kemudian diasingkan dan terdampar di Tosora. Selanjutnya beliau bertemu dengan putra [[Arumpone Bone]] yang sedang berburu. Akhirnya mereka menikah dan membentuk dinasti di <nowiki>[[Wajo]]</nowiki>. Ada juga tradisi lisan lain yaitu kisah La Banra, seorang pangeran <nowiki>[[Soppeng]]</nowiki> yang merantau ke <nowiki>[[Sajoanging]]</nowiki> dan membuka tanah di Cinnotabi.
 
Sejarah Wajo berbeda dengan sejarah kerajaan lain yang umumnya memulai kerajaannya dengan kedatangan To Manurung. Sejarah awal <nowiki>[[Wajo]] menurut [[Lontara Sukkuna Wajo]]</nowiki> dimulai dengan pembentukan komunitas dipinggir Danau Lampulung. Disebutkan bahwa orang-orang dari berbagai daerah, utara, selatan, timur dan barat, berkumpul dipinggir Danau Lampulung. Mereka dipimpin oleh seseorang yang tidak diketahui namanya yang digelari dengan Puangnge Ri Lampulung. Puang ri Lampulung dikenal sebagai orang yang bijak, mengetahui tanda-tanda alam dan tatacara bertani yang baik. Adapun penamaan danau Lampulung dari kata ''sipulung'' yang berarti berkumpul.
 
Komunitas Lampulung terus berkembang dan memperluas wilayahnya hingga ke Saebawi. Setelah Puang ri Lampulung meninggal, komunitas ini cair. Hingga tiba seseorang yang memiliki kemampuan sama dengannya, yaitu Puang ri Timpengeng di Boli. Komunitas ini kemudian hijrah dan berkumpul di Boli. Komunitas Boli terus berkembang hingga meninggalnya Puang ri Timpengeng.
Baris 11:
Setelah itu, putra mahkota kedatuan Cina dan kerajaan Mampu, yaitu La Paukke datang dan mendirikan kerajaan Cinnotabi. Adapun urutan Arung Cinnotabi yaitu, La Paukke Arung Cinnotabi I yang diganti oleh anaknya We Panangngareng Arung Cinnotabi II. We Tenrisui, putrinya menjadi Arung Cinnotabi III yang diganti oleh putranya La Patiroi sebagai Arung Cinnotabi IV. Sepeninggal La Patiroi, Adat Cinnotabi mengangkat La Tenribali dan La Tenritippe sekaligus sebagai Arung Cinnotabi V. Setelah itu, Akkarungeng (kerajaan) Cinnotabi bubar. Warga dan adatnya berkumpul di Boli dan membentuk komunitas baru lagi yang disebut Lipu Tellu KajuruE.
 
La Tenritau menguasai wilayah majauleng, La Tenripekka menguasai wilayah sabbamparu dan La Matareng menguasai wilayah takkalalla. Ketiganya adalah sepupu satu kali La Tenribali. La Tenribali sendiri setelah kekosongan Cinnotabi membentuk kerajaan baru disebut Akkarungeng ri Penrang dan menjadi Arung Penrang pertama. Ketiga sepupunya kemudian meminta La Tenribali agar bersedia menjadi raja mereka. Melalui perjanjian Assijancingeng ri Majauleng maka dibentuklah kerajaan <nowiki>[[Wajo]]</nowiki>. La Tenribali diangkat sebagai raja pertama bergelar Batara Wajo. Ketiga sepupunya bergelar Paddanreng yang menguasai wilayah distrik yang disebut Limpo. La Tenritau menjadi Paddanreng ri Majauleng, yang kemudian berubah menjadi Paddanreng Bettempola pertama. La Tenripekka menjadi Paddanreng Sabbamparu yang kemudian menjadi Paddanreng Talotenreng. Terakhir La Matareng menjadi Paddanreng ri Takkallala menjadi Paddanreng Tuwa.
 
Wajo mengalami perubahan struktural pasca [[Perjanjian Lapadeppa]] yang berisi tentang pengakuan hak-hak kemerdekaan orang Wajo. Posisi Batara Wajo yang bersifat monarki absolut diganti menjadi [[Arung Matowa]] yang bersifat monarki konstitusional. Masa keemasan Wajo adalah pada pemerintahan [[La Tadampare Puangrimaggalatung]]. Wajo menjadi anggota persekutuan [[Tellumpoccoe]] sebagai saudara tengah bersama [[Bone]] sebagai saudara tua dan [[Soppeng]] sebagai saudara bungsu.
Baris 19:
Pada pemerintahan La Salewangeng to tenrirua Arung Matowa ke 30, ia membangun Wajo pada sisi ekonomi dan militer dengan cara membentuk koperasi dan melakukan pembelian senjata serta melakukan pelatihan penggunaan senjata. La Maddukkelleng kemenakan La Salewangeng menjadi Arung Matowa 31 dilantik di saat perang. Pada zamannya ia memajukan posisi wajo secara sosial politik di antara kerajaan-kerajaan di sulsel. La Koro Arung Padali, memodernisasi struktur kerajaan Wajo dengan membentuk jabatan militer Jenerala (Jendral), Koronele (Kolonel), Manynyoro (Mayor), dan Kapiteng (Kapten). Beliau juga menandatangani [[Large Veklaring]] sebagai pembaruan dari perjanjian Bungaya.
 
Pada zaman Ishak Manggabarani, persekutuan <nowiki>[[Wajo]] dengan [[Bone]]</nowiki> membuat keterlibatan Wajo secara tidak langsung pada Rumpa'na WajoBone. Saat itu Belanda melancarkan <nowiki>[[politik pasifikasi]]</nowiki> untuk memaksa semua kerajaan di <nowiki>[[Sulawesi Selatan]]</nowiki> tunduk secara totalitas. Kekalahan Bone melawan Kompeni juga harus ditanggung oleh <nowiki>[[Wajo]] sehingga [[Wajo]]</nowiki> harus membayar denda perang pada Kompeni dan menandatangani [[Korte Veklaring]] sebagai pembaruan dari Large Veklaring.
 
<nowiki>[[Wajo]]</nowiki> dibawah [[Republik Indonesia Serikat]], atau tepatnya [[Negara Indonesia Timur]], berbentuk swapraja pada tahun 1945-1949. Setelah [[Konferensi Meja Bundar]], Wajo bersama swapraja lain akhirnya menjadi kabupaten pada tahun 1957. Antara tahun 1950-1957 pemerintahan tidak berjalan secara maksimal disebabkan gejolak pemberontahan [[DI/TII]]. Setelah 1957, pemimpin di Wajo adalah seorang Bupati. Wajo yang dulunya kerajaan, kemudian menjadi ''Onderafdeling'', selanjutnya Swapraja, dan akhirnya menjadi kabupaten.
 
==Susunan Pemimpin Pra Wajo dan Kerajaan Wajo==
Baris 121:
 
1. La Tenribali
 
2. La Mataesso
 
3. La Pateddungi to samallangi