Kabupaten Wajo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tempat Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
Baris 52:
* Versi ketiga, setelah lowongnya jabatan Arung Matowa maka [[Ranreng Tuwa]] ([[H.A. Ninnong]]) sempat dilantik menjadi pejabat Arung Matowa dan memerintah selama 40 hari sebelum kedaulatan Wajo diserahkan kepada Gubernur Sulawesi saat itu, yaitu Bapak [[Ratulangi]].
=== '''Dari Kerajaan Menjadi Kabupaten''' ===
Politik Pasifikasi yang dilancarkan Belanda, memaksa semua kerajaan di Sulawesi Selatan untuk tunduk. Dua sasaran utama Belanda, yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone. Saat itu Kerajaan Wajo bersekutu dengan Kerajaan Bone. Wajo mengirim pasukan yang dipimpin oleh Jenerala Cakunu dan La Mappa Daeng Jeppu untuk membantu Kerajaan Bone. Pasukan gabungan berbagai kerajaan sekutu Bone dan Bone akhirnya kalah. Belanda kemudian berperang melawan Ranreng Tuwa. Arung Matowa saat itu, Ishak Manggabarani dipaksa oleh Belanda untuk membayar ''Sebbu Kati'' yaitu denda perang dan menandatangani perjanjian pendek. Isi dari Perjanjian pendek tersebut (Korte Veklaring) adalah tunduknya kerajaan lokal (wajo) pada pemerintah Belanda
Belanda kemudian menjadikan Wajo sebagai Onder Afdeling dengan ibukota Sengkang. Saat itu, terjadi pemindahan ibukota dari Tosora ke Sengkang. Onder Afdeling Wajo (ibukota Sengkang) bersama Onder Afdeling Bone (ibukota Watampone) dan Onder Afdeling Soppeng (ibukota Watangsoppeng) dibawahi oleh Afdeling Bone (ibukota Pompanua). Sedang Afdeling Bone merupakan salah satu dari beberapa Afdeling (Makassar, Gowa, Bonthain, Pare-pare, Palopo) yang dibawahi oleh Provinsi Groote Oost. Sedang Provinsi Groote Oost dibawahi oleh pemerintah Hindia Belanda. Adapun Onder Afdeling Wajo, membawahi 4 distrik yaitu, Distrik Majauleng, Distrik Sabbamparu, Distrik Takkalalla, dan Distrik Pitumpanua. Tiap Distrik membawahi Wanua.
Pejabat Belanda terendah adalah Petor. Petor Wajo adalah CC. Claysen. Petor Wajo membawahi Zelf Bestuur Van Wadjo (pemerintah lokal wajo) yang mengacu pada struktur pemerintahan kerajaan Wajo. Namun diubah mengikuti sistem Hindia Belanda sebagai berikut
Arung Matowa : Andi Oddang Pero (Kepala Zelf Bestuur)
Ranreng Bettempola : Andi Makkaraka (Kepala Dinas Pekerjaan Umum/Kepala Distrik Majauleng)
# [[Pitumpanua, Wajo|Pitumpanua]]▼
Ranreng Talotenreng : Andi Makkulawu (Kepala Distrik Sabbamparu)
# [[Sajoanging, Wajo|Sajoanging]]▼
Ranreng Tuwa : Andi Ninnong (Kepala Distrik Takkalalla)
# [[Takkalalla, Wajo|Takkalalla]]▼
Pabbate Pilla : Andi Pallawarukka
Pabbate Patola : Andi Cella
Pabbate Cakkuridi : Andi Batari
Setelah Konferensi Meja Bundar, pemerintahan transisi disebut KPN (Kepala Pemerintahan Negeri). Masa ini berlaku antara tahun 1950-1957. Adapun KPN yaitu
1. Andi Pallawarukka Eks Pilla Wajo
2. Andi Magga Amirullah Eks Sullewatang Ugi
3. Andi Pallawarukka Eks Pilla Wajo
Pada tahun 1957, Wajo resmi menjadi Kabupaten dengan Bupati Pertama yaitu Andi Tanjong. Wajo yang dulunya terbagi 4 distrik kemudian menjadi 10 sebagai berikut
A. Majauleng, dimekarkan menjadi
1. Majauleng
2. Tempe
3. Tanasitolo
4. Belawa
5. Maniangpajo
B. Sabbamparu, dimekarkan menjadi
6. Sabbamparu
7. Pammana
C. Takkalalla, dimekarkan menjadi
8. Takkalalla
9. Sajoanging
D. Pitumpanua
10. Pitumpanua
Pada tahun 2000, terjadi pemekaran kecamatan
Maniangpajo menjadi Maniangpajo dan 11.Gilireng
== Referensi ==
|