Dorokandang, Lasem, Rembang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 54:
== Tokoh ==
[[Berkas:Kongco-pribumi-R-Panji-Margono.-Foto.Chris -230x300.jpg|jmpl|100px|ka|Rupang dari Raden Panji Margono.]]
# Di desa ini terdapat makam salah satu [[Pahlawan Lasem]] yaitu Raden Panji Margono (RPM Tedjokusumoputro) putra Adipati Lasem [[Tejokusumo V]] periode 1714-1727. Beliau salah satu Tiga Bersaudara bersama Mayor [[Oey Ing Kiat]] (Adipati Tumenggung Widyaningrat, Adipati Lasem 1727-1750) dan [[Tan Kee Wie]]. Mereka adalah 3 (tiga) pemimpin pemberontakan Tionghoa – Mataram terhadap [[VOC]] di [[Lasem]]. Bersama Tan Kee Wie, seorang pendekar [[kungfu]] dan pengusaha Lasem, mereka bersumpah untuk mengikatkan diri sebagai tiga saudara angkat. Makam Raden Panji Margono terletak di dukuh Sambong, desa Dorokandang. Untuk mengenang kepahlawanan Tiga Bersaudara itu, masyarakat Lasem terutama warga Tionghoa, membuat monumen berupa klenteng [[Gie Yong Bio]] di desa Babagan. Mereka dianggap Dewa Penyelamat/Kongco bagi warga Tionghoa dan dibuat Rupangnya dipuja oleh masyarakat Tionghoa. Rupang Kongco Raden Panji Margono (RPM Tedjokusumoputro) berada di altar khusus. Rupang Oey Ing Kiat dan Tan Kee Wie, menyatu berdampingan
# Panglima Tionghoa Singseh (Tan Sin Ko) yang merupakan salah satu [[pahlawan]] nasional (sedang diajukan) yang bersama kaum pribumi berjuang melawan VOC. Beliau adalah sahabat dekat dari Raden Said (Alap-alap Sambernyawa/[[Mangkunegara]]). Makamnya terletak di Bong Singseh, tepatnya di areal persawahan Dukuh Narukan. (Abad ke-18)
# Ki Mursada, beliau adalah abdi setia dari [[Panji Margono|RP.Margono]], bersama dengan Ki Galiyo. Beliau dimakamkan di
# Raden Panji Witono, adalah putra bungsu dari Raden [[Panji Margono]]. Beliau sejak kecil dikucilkan oleh masyarakat karena dianggap anak brandal (istilah dari VOC bagi pemberontak yang menentang VOC). Beliau membunuh mandor kerja rodi di jalan Rembang-Lasem dan melarikan diri ke [[Kaliwungu, Kendal
# Raden Panji Kamzah, adalah keturunan Raden [[Panji Margono]]. Beliau yang menulis naskah Carita Lasem sebagai kisah pembuka pada Kitab Sabda Badra Santi karangan Mpu [[Santibadra]] Tumenggung Wilwatikta, yang masih terhitung sebagai sesepuhnya. Beliau dimakamkan di pemakaman dukuh Sambong. (Abad ke-19)
#
# Sukarman, beliau adalah seorang mantan [[kepala desa]] Dorokandang. Pada masa pemerintahannya, kantor kepala desa Dorokandang dipindahkan dari dukuh Persilan (di rumahnya) menuju ke dukuh Sambong sampai sekarang ini. Masa tua beliau sangatlah tidak seperti pemimpin besar, beliau wafat dalam keadaan [[ekonomi]] yang serba pas-pasan (wong cilik). (Abad ke-21)
# Hadi Pawiro, atau Mbah Abas, beliau adalah seorang [[veteran]] pada zaman penjajahan [[Jepang]]. Almarhum Hadi tinggal di dukuh Persilan dan menghabiskan masa tua sampai wafatnya sebagai seorang pe[[ladang]] dan pembuat [[sapu kelud]]. (Abad ke-21)
# Mbah Karban, beliau adalah seorang tokoh [[Islam Jawa]] yang menjunjung tinggi ilmu luhur Jawa. Almarhum dahulu tinggal di dukuh Sambong dan masih saudara
# Sentot Ali Muksin, adalah seorang [[seniman]] [[karawitan]], [[ketoprak]] dan seni beladiri. Beliau berasal dari [[Jepara]] dan menikah dengan warga Dorokandang. Tempat tinggalnya di dukuh Persilan. Masa tua beliau
# Mbah Kardi, adalah seorang seniman Jaran Kepang ([[Kuda Lumping]]) dan [[Barongan]] sekaligus kepala paguyupan seni kuda lumping Songgo Buwono di dukuh Narukan. Walaupun beliau berasal dari Desa [[Jeruk, Pancur, Rembang|Jeruk Pancur]], namun beliau berjasa melestarikan [[seni]] Kuda Lumping dan mengharumkan nama Desa Dorokandang.
#
# Mbah Wagiran, seorang [[tabib]] dan ahli ilmu [[kejawen]] yang banyak membantu masyarakat sekitar. Beliau tinggal di dukuh Narukan
# Ki Rustamaji, seorang [[dalang]] [[wayang kulit]] yang mempunyai [[sanggar]] di rumahnya sendiri, tepatnya di dukuh Karanganyar, Dorokandang.
|