Muhammad Afif al-Banjari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andiazamuddin (bicara | kontrib)
baru
Andiazamuddin (bicara | kontrib)
Baris 3:
 
==Silsilah==
Muhammad Afif adalah cicit dari ulama besar kalimantan [[Muhammad Arsyad al-Banjari|Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjary]] dengan silsilah ''Muhammad Afif bin Qadhi H. Mahmud bin Jamaluddin bin Syekh Muhammad Arsyad al-Banjary''. Ia adalah ayah dari [[Abdurrahman Siddiq|Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjary]]. Ia lahir di Kampung [[Dalam Pagar, Martapura Timur, Banjar|Dalam Pagar]], [[Martapura, Banjar]].
 
==Riwayat==
Diriwayatkan, Muhammad Afif diberi gelar '''Datu Landak''' adalah karena pada waktu [[zikir|berzikir]] seluruh bulu badannya memancarkan [[cahaya]] hingga tegak seperti bulu binatang [[landak]].
 
Diriwayatkan pula, Muhammad Afif dipercaya oleh masyarakat untuk mencari beberapa batang [[ulin]] (kayu ulin) yang akan dijadikan sebagai [[tiang guru]] dalam pembangunan ''Masjid Jami Martapura'' (sekarang beranama [[Masjid Agung Al Karomah]]. Beliau berangkat ke [[Kalimantan Tengah]] bersama ''Khalid, Idrus, dan Lotoh''. Berbagai macam rintangan dan hambatan telah banyak dilalui hingga akhirnya diperolehlah batang ulin yang dimaksud. Karena keramat yang diberikan Allah padanya, kayu ulin yang besar itu hanya dicabut dan ditarik dengan tangan saja. Kayu ulin kemudian dihanyutkan di [[sungai Barito]].
 
Pada tanggal 10 Rajab 1315 H ([[5 Desember]] [[1897]]), dimulailah pemancangan empat tiang guru dengan kayu ulin tersebut. Saat itu masyarakat kebingungan tentang cara mendirikan kayu besar tersebut. Oleh Muhammad Afif, ia menepuk tanah beberapa kali, seketika kayu ulin besar itu semuanya tegak berdiri dengan sendirinya dengan izin [[Allah]].
 
Hingga sekarang, seiring perkembangan zaman, bentuk struktur Masjid Al Karomah telah mengalami perubahan menjadi masjid moderen, namun tiang guru yang yang menjadi cikal bakal pendirian masjid tersebut tetap dipertahankan sebagai warisan dari ''Muhammad Afif Datu Landak''.