Singasari Panatayuda I: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kang Ari Tea (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi ' Ditinjau dari segi sejarah silsilah,R.Aria Singasari Panatayuda adalah anak laki laki dari Patih Karawang R Singanagara. R.Singa Negara menikah dengan Nyai Raden Amsi...'
 
Kang Ari Tea (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Bupati Brebes ke-5.jpg|thumb|384x384px|Bupati [[Karawang]] 1786 - 1809Bupati [[Brebes]] 1809 - 1836]]
Ditinjau dari segi sejarah silsilah, R. Aria Singasari Panatayuda adalah anak laki laki dari Patih Karawang R. Singanagara. R.Singa Negara menikah dengan Nyai Raden Amsiah anak perempuan Bupati [[Karawang]] yang bernama R Adipati AryaAria Panatayuda Kutipan tahun 1786 R. Singanagara mengganti kedudukan mertuanya sebagai Bupati Karawang.
 
Dalam naskah sejarah tersebut dinyatakan karena R.Arya Aria Sastradipura anak laki laki Bupati Karawang pada waktu itu masih kecil belum mungkin diangkat sebagai pengganti ayahnya menjadi Bupati. R.Singasari Panatayuda juga turut serta mengikuti sayembara dalam menumpas pemberontakan yang dipimpin oleh R. Wangsanangga dan sebagai imbalannya menggantikan posisi Pusponegoro II ([[Bupati Brebes]]).
Ditinjau dari segi sejarah silsilah,R.Aria Singasari Panatayuda adalah anak laki laki dari Patih Karawang R Singanagara. R.Singa Negara menikah dengan Nyai Raden Amsiah anak perempuan Bupati Karawang yang bernama R Adipati Arya Panatayuda
Kutipan tahun 1786 R.Singanagara mengganti kedudukan mertuanya sebagai Bupati Karawang.
 
Bagi dirinya kedudukan ayahnya sebagai Bupati Karawang bukan merupakan kedudukan yang bisa turun temurun kepada anaknya,karena dia bukan dari jalur langsungketurunan Bupati Karawang,dirinya hanya putra menantu. Menurut tradisi penggantinya kelak adalah dari jalur keturunan langsung yaitu R.Arya Aria Sastradipua. Jadi salah satu latar belakang kesanggupannya mengikuti sayembara tersebut tidak terlepas dari cita cita demi anak keturunannya. Hal ini kelak terungkap ternyata cita cita tersebut disampaikan pada Pemerintah Belanda tahun 1809-1836.
Dalam naskah sejarah tersebut dinyatakan karena R.Arya Sastradipura anak laki laki Bupati Karawang pada waktu itu masih kecil belum mungkin diangkat sebagai pengganti ayahnya menjadi Bupati. R.Singasari Panatayuda juga turut serta mengikuti sayembara dalam menumpas pemberontakan yang dipimpin oleh R.Wangsanangga dan sebagai imbalannya menggantikan posisi Pusponegoro II (Bupati Brebes).
 
Hal ini kelak terungkap ternyata cita cita tersebut disampaikan pada Pemerintah Belanda tahun 1809-1836.
Bagi dirinya kedudukan ayahnya sebagai Bupati Karawang bukan merupakan kedudukan yang bisa turun temurun kepada anaknya,karena dia bukan dari jalur langsungketurunan Bupati Karawang,dirinya hanya putra menantu. Menurut tradisi penggantinya kelak adalah dari jalur keturunan langsung yaitu R.Arya Sastradipua. Jadi salah satu latar belakang kesanggupannya mengikuti sayembara tersebut tidak terlepas dari cita cita demi anak keturunannya. Hal ini kelak terungkap ternyata cita cita tersebut disampaikan pada Pemerintah Belanda tahun 1809-1836.
Singasari Sayidina Panatagama diangkat menjadi Bupati Brebes dan berganti nama menjadi ”Kanjeng Adipati AryaAria Singasari Panatayuda I” atau julukan singkatnya ”Kanjeng Kyai Brebes”. Nama R.Adipati AryaAria Singasari Panatayuda tidak bisa dipisahkan dari dari kisah legendaris ''”Ki Jaka Poleng”'' yang hingga sekarang masih sangat terkenal di kalangan masyarakat Brebes dibanding ”dalem dalem” Kabupaten di daerah lain dipesisir pantai utara pulau jawa.
 
[[Raden Adipati Singaperbangsa]] pada tahun 1811 Kabupaten Utama – [[Ciamis]] – Banagara disatukan menjadi satu Kabupaten Ciamis, sampai dengan sekarang. Karena pada tahun 1679 M daerah Karawang dijadikan Kabupaten, maka beliau yang menjadi Bupati Karawang pertama (1679 – 1721 M) dengan gelar Dalem Panatayuda I. Beliaulah yang menurunkan para Bupati Karawang sebagai berikut :
#. Dalem Panatayuda II (1721 – 1732).
#. Dalem Panatayuda III (1732 – 1752).
Baris 14 ⟶ 15:
#. Rd. Singasari /Dalem Panatayuda V (menantu 3) ( 1783 – 1809 ).
 
Dalem Panatayuda V pada tahun 1809 dipindahan menjadi Bupati Brebes dengan gelar Dalem Singasari Panatayuda I, menjalankan pemerintahan Kab.Kabupaten Karawang sampai kekosongan Bupati diisi oleh Dalem Surialaga II (1811 – 1813 M) putra Dalem Surialaga I (Bupati [[Sumedang]] ). Sejak tahun 1813 – 1821 M pemerintah tidak mengangkat Bupati di Karawang, dan daerah Karawang dipegang oleh RA Sastradipura. Baru ada tahun 1821 M Kabupaten [[Karawang]] didirikan kembali sampai dengan sekarang.
 
'''== Ki Jaka Poleng''' ==
Bupati Brebes ( R.Adipati AryaAria Singasari Panatayuda) mempunyai seorang pakatik ( tukang mencari rumput untuk makanan kuda) bernama Ki Reja yang berasal dari Cikeusal. Ki Reja dan Nini Reja mengabdi membantu ”Kanjeng Kyai Brebes” . Ki Reja sebagai tukang pencari rumput untuk makanan kuda ”si Gambir”,sedangkan Nini Reja sebagai pembantu rumah tangga.
 
Bupati Brebes ( R.Adipati Arya Singasari Panatayuda) mempunyai seorang pakatik ( tukang mencari rumput untuk makanan kuda) bernama Ki Reja yang berasal dari Cikeusal. Ki Reja dan Nini Reja mengabdi membantu ”Kanjeng Kyai Brebes” . Ki Reja sebagai tukang pencari rumput untuk makanan kuda ”si Gambir”,sedangkan Nini Reja sebagai pembantu rumah tangga.
 
Pada suatu hari Ki Reja mengambil rumput disebelah barat Brebes.Waktu mengambil rumput Ki Reja menemukan selongsong ular belang. Selongsong ular belang tersebut dibawa pulang ke ”Dalem Pendopo” Kabupaten. Kanjeng Kyai melihat si Gambir sedang makan rumput sedangkan Ki Reja tidak kelihatan. Kemudian Kanjeng Kyai memanggil Kireja dan Ki Reja pun datang menghampiri kehadapan Kajeng Kyai tapi Kanjeng Kyai tidak dapat melihat wujud Ki Reja. Kanjeng Kyai bertanya pada Ki Reja,”mengapa kamu tidak kelihatan?” Ki Reja pun menjawab ” saya habis menemukan selongsong ular belang ”. Karena takut diminta oleh Kanjeng Kyai,selongsong ular tersebut lalu diremas dan di telan oleh Ki Reja. Ahirnya Ki Reja selamanya tidak kelihatan(Gaib) jasadnya hanya kedengaran suaranya saja.”Dingin Pinasih” kata Kanjeng Kyai,”Ki Reja tidak akan kelihatan lagi jasadnya”. Ki Reja lalu disediakan tempat pemandian di sumur di sebelah kanan pinggir Pendopo Kabupaten Brebes dan Ki Reja berganti nama menjadi Ki Jaka Poleng.
 
'''== R. Adipati AryaAria Singasari Panatayuda I / Bupati Brebes''' ==
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda jatuhnya Kaisar [[Napoleon Bonaparte]] telah memberikan banyak dampak didataran Eropah. Negri Belanda telah berhasil mandapatka kembali kemerdekaannya bahkan berdasarkan sebuah konvensi yang ditandatangani di London pada tahun 1804 daerah daerah jajahan Belanda diseberang lautan yang sebelumnya telah dikuasai Inggris harus di kembalikan,Pulau Jawa kembali lagi menjadi jajahan Belanda. R.Adipati Aria Singasari Panatayuda I masih menjadi Bupati Brebes. Jabatan ini dikemudian hari diteruskan oleh keturunannya yang menurut sejarah mengenai [[Kabupaten Karawang]] koleksi Pleyte sama sama menggunakan nama Aria Panatayuda. Naskah sejarah tersebut juga menerangkan bahwa semua Bupati terah (keturunan) Karawang dimakamkan di daerah Brebes.R.Adipati Aria Singasari Panatayuda I selain terkenal dengan nama Kanjeng Kyai Brebes juga mempunyai sebutan Mbah Dalem Sura sedangkan kedua orang keturunannya disebut Mbah Dalem Klampok dan Mbah Dalem Karanganyar. R.Adipati Aria Singasari Panatayuda I memerintah dari tahun 1809-1936.
 
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda jatuhnya Kaisar Napoleon Bonaparte telah memberikan banyak dampak didataran Eropah. Negri Belanda telah berhasil mandapatka kembali kemerdekaannya bahkan berdasarkan sebuah konvensi yang ditandatangani di London pada tahun 1804 daerah daerah jajahan Belanda diseberang lautan yang sebelumnya telah dikuasai Inggris harus di kembalikan,Pulau Jawa kembali lagi menjadi jajahan Belanda. R.Adipati Arya Singasari Panatayuda I masih menjadi Bupati Brebes. Jbatan ini dikemudian hari diteruskan oleh keturunannya yang menurut sejarah mengenai Kabupaten Karawang koleksi Pleyte sama sama menggunakan nama Arya Panatayuda. Naskah sejarah tersebut juga menerangkan bahwa semua Bupati terah (keturunan) Karawang dimakamkan di daerah Brebes.R.Adipati Arya Singasari Panatayuda I selain terkenal dengan nama Kanjeng Kyai Brebes juga mempunyai sebutan Mbah Dalem Sura sedangkan kedua orang keturunannya disebut Mbah Dalem Klampok dan Mbah Dalem Karanganyar. R.Adipati Arya Singasari Panatayuda I memerintah dari tahun 1809-1936. Pada naskah sejarah yang ada di Kabupaten Karawang tidak menerangkan kedudukan Bupati Brebes dipegang sampai keturunan ketiga dari R.Adipati AryaAria Singasari Panatayuda. Dari arsip koleksi Nasional di Jakarta kita jumpai keterangan bahwa pada tahun 1840 an jabatan Bupati Brebes masih dipegang oleh keturunan R.Adipati AryaAria Singosari Panatayuda. Arsip arsip tersebut lebih lanjut menerangkan bahwa Bupati Brebes telah mengajukan permohonan kepada Pemerintahan Belanda agar anaknya ya tertua dikemudian hari diperbolehkan menjadi penggantinya. Mengenai permohonan ini pemerintah Belanda berpendapat bahwa meskipun pada dasarnya pemerintahan Belanda tidak berkeberatan akan tetapi permohonan tersebut akan dapat dipenuhi dengan syarat kalau penggantinya itu memenuhi ketentuan ketentuan yang diperlukan dan berkelakuan baik.
Persaratan tersebut ternyata telah berhasil dipenuhi oleh anak sulung Bupati Brebes tersebut maka ia menggantikan kedudukan ayahnya menjadi Bupati Brebes dengan Gelar R.Tumenggung Arya Singasari Panatayuda II (1836-1850). Selanjutnya kedudukan Bupati Brebes dilanjutkan oleh Putranya dan Bergelar R.Tumenggung Arya Singasari Panatayuda III (1850-1878). Dengan demikian kita mencatat adanya anak keturunan Karawang yang menjadi Bupati Brebes. R.Adipati Arya Singasari Panatayuda I dimakamkan di Suro daerah Jatibarang atau Pagerbarang. R.Tumenggung Arya Singasari Panatayuda II dimakamkan di Klampok (Dalem Klampok). R.Tumenggung Arya Singasari Panatayuda III dimakamkan di Karanganyar (Dalem Karanganyar).
 
Persaratan tersebut ternyata telah berhasil dipenuhi oleh anak sulung Bupati Brebes tersebut maka ia menggantikan kedudukan ayahnya menjadi Bupati Brebes dengan Gelar R.Tumenggung AryaAria Singasari Panatayuda II (1836-1850). Selanjutnya kedudukan Bupati Brebes dilanjutkan oleh Putranya dan Bergelar R.Tumenggung AryaAria Singasari Panatayuda III (1850-1878). Dengan demikian kita mencatat adanya anak keturunan Karawang yang menjadi Bupati Brebes. R.Adipati AryaAria Singasari Panatayuda I dimakamkan di Suro daerah Jatibarang atau Pagerbarang. R.Tumenggung AryaAria Singasari Panatayuda II dimakamkan di Klampok (Dalem Klampok). R.Tumenggung AryaAria Singasari Panatayuda III dimakamkan di Karanganyar (Dalem Karanganyar).
Perang Margalunyu
 
== Perang Margalunyu ==
R.Arya Aria Singasari Panatayuda III berontak terhadap pemerintahan Belanda. Pada tahun 1878 pemerintah Belanda memerintahkan kepada Bupati Brebes yaitu R.Arya Aria Singasari Panatayuda III untuk membuka perkebunan Tarum (bahan untuk pewarna pakaian). Kanjeng Bupati siap melaksanakan perintah Belanda dan di belinya biji biji tarum tersebut dari daerah Pemalang,Petarukan dan Pekalongan. Tempat perkebunan dipilihnya di daerah Ketanggungan tepatnya antara Cikeusal dan Cisema. Tanah perkebunan telah disiapkan dengan baik. Pabrik Tarum sudah dipersiapkan di sebelah barat desa Cikeusal.Penanaman tarum diawali dengan adanya orang yang khianat di Pendopo Kabupaten dengan jalan menyirami biji biji tarum dengan air panas maka setelah ditanam di perkebunan biji tarum tersebut tidak ada yang tumbuh,maka perkebunan tersebut sampai sekarang dinamakan Tarum Burung (Burung dalam bahasa sunda=Gila/gagal).
 
Dengan kegagalan membuka perkebunan tarum maka R.Tumenggung AryaAria Singasari Panatayuda III diberi hukuman oleh pemerintahan Belanda. Mendengar yang menjadi cucu dihukum oleh Belanda maka R.Arya Aria Singasari Panatayuda I menyusun kekuatan untuk melawan Pemerintahan Belanda. Dikumpulkanlah orang orang dari daerah Ketanggungan, Tanjung, Banjarharja, Larangan dan Songgom dan dilatih untuk menjadi prajurit untuk melawan Belanda.Prajurit prajurit tersebut di beri nama ”Pasukan Sapujagat”. Pasukan Sapujagat akan menyerang Brebes dengan rute dari Cikeusal bergerak menuju Larangan, Songgom dan Rajegwesi. Didaerah Rajegwesi terjadi pertempuran habis habisan, dijalan penuh dengan tumpahan darah hingga jalam menjadi licin,maka perang tersebut diberi nama ”Perang Marga Lunyu”. Dalam pertempuran tersebut R.Arya Aria Singasari Panatayuda I gugur dan dimakamkan di Suro Jatibarang. Pasukan kembali ke Cikeusal dipimpin oleh R.Wangsanangga dan R.Singawinata.
 
==Referensi==