Kerajaan-kerajaan di Tanah Sunda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Kang Ari Tea (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 68:
Pada 14 Syafar Tahun Jim Akhir [[kerajaan Padjajaran]] runtag (runtuh) akibat serangan laskar gabungan Islam Banten, Pangkungwati dan Angka. Runtuhnya Kerajaan Padjajaran waktu itu tidak lantas menyeret Sumedang Larang ikut runtuh pula, karena sebagai masyarakat Sumedang pada waktu itu sudah memeluk [[Islam]]. Dengan berakhirnya Kerajaan Sumedang, justru Sumedang Larang makin berkembang menjadi kerajaan yang berdaulat penuh.
 
Sebelum Prabu Siliwangi meninggalkan Padjajaran mengutus empat orang Kandagalante : Jayaperkosa, Sanghyang Hawu, Terong Peot, dan Nagganan untuk menyerahkan amanat kepada [[Prabu Geusan Ulun]], yaitu pada dasarnya Kerajaan Sumedang Larang supaya menjadi penerus [[Kerajaan Padjajaran Mahkota]] dan atribut Kerajaan Padjajaran dibawa oleh [[Senapati Jayaperkosa]] dan diserahkan kepada [[Prabu Geusan Ulun]] yang merupakan legalitas kebesaran Kerajaan Sumedang Larang sebagai penerus Padjajaran.
 
[[Prabu Geusan Ulun]] yang dinobatkan pada 22 April [[1578]] adalah Raja Sumedang Larang terakhir, karena setelah itu Sumedang Larang berada di bawah naungan [[kerajaan Mataram]]. Pangeran Ariasuradiwangsa dari Sumedang Larang sebagai penerus Geusan Ulun (putra dari Ratu Harisbaya) [[1620]] berangkat ke Mataram, untuk menyerahkan Sumedang Larang berada dibawah naungan Mataram. Dengan demikian sejak itulah Sumeang Larang terkenal dengan nama "''Priangan''" artinya ''berserah dengan hati yang suci''. Kedudukan penguasa Sumedang Larang menjadi Bupati [[Wedana]].
 
==Tatar Pasundan di masa Pemerintahan Hindia Belanda==