Hikayat Iskandar Zulkarnain: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
kembalikan ke semula, lebih tepat
Baris 1:
'''Hikayat Iskandar Zulkarnain''' adalah kisah petualangan [[raja]] [[Makedonia]] Iskandar Zulkarnain ([[Alexander Agung]]) yang ditulis dalam [[bahasa Melayu]]. Menurut [[Law Yock Fang]], [[hikayat]] ini berasal dari kisah-kisah yang disadur dari buku pengarang yang berkebangsaan [[Yunani]]-[[Mesir]] dengan nama samaran Pseudo Callisthenes, yang bertarikh abad kedua atau ketiga sebelum Masehi.<ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/cetak/2004/12/20/LYR/mbm.20041220.LYR95175.id.html Iskandar, Nabi Khidir, dan Perjalanan itu] Majalah Tempo 43/XXXIII 20 Desember 2004</ref>. Dalam hikayat ini, diceritakan Iskandar mengunjungi berbagai negeri didampingi oleh [[Nabi Khidhir]].
Kisah ketokohan [http://www.sufiz.com/kisah-mujahid/iskandar-zulkarnain-sang-penakluk-yang-saleh-bagian-pertama.html Iskandar Zulkarnain] ini juga tertulis dalam catatan sejarah orang-orang barat. Dalam catatan tersebut diceritakan bagaimana ia berjaya meluaskan daerah taklukannya dalam masa yang sangat singkat. Oleh karena kejayaannya ini, ia diberi gelar “<strong>Alexander The Great</strong>”, <strong>Alexander Yang Agung</strong>”. Belakangan cerita ini diadaptasi ke film layar lebar oleh Sutradara Amerika Serikat, Oliver Stone, dengan judul <em>Alexander The Great</em>.
 
Salinan manuskrip terawal bertarikh adalah salinan Cod.Or.1696, Perpustakaan [[Universitas Leiden]].
Namun cerita dari orang-orang barat tersebut sangat bertentangan dengan yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Para Mufasir menyatakan, “Alexander The Great” adalah orang yang berbeda dengan tokoh yang di tulis dalam Al-Qur’an, Yakni, Iskandar Zulkarnain. Alexander Thr Great itu dalam sejarahnya tidak diberitakan pernah membangun sebuah dinding besar berteknologi tinggi untuk ukuran saat itu, yang terbuat dari besi dicampur tembaga. Bahkan, ia adalah seorang musyrik. Sejarah tidak mencatatnya sebagai seorang Raja Muslim yang taat kepada agama Tauhid.
 
Sejarawan Muslim yang juga ahli tafsir, [[Ibnu Katsir]], dalam kitabnya <em>[[Al-Bidayah Wan Nihayah]]</em> menjelaskan, meski punya nama yang sama dan plot cerita yang sama, yaitu kekuasaannya membentang dari Barat sampai ke Timur, keduanya adalah sosok yang berbeda. Antara mereka terbentang jarak dan waktu sampai 2000 tahun. “Hanya mereka yang tidak mengerti sejarah yang bisa terkecoh oleh identitas kedua orang itu,” katanya
 
== Catatan ==