PSPS Pekanbaru: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Antonjoy88 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Antonjoy88 (bicara | kontrib)
Baris 26:
}}
 
'''PSPS Pekanbaru''' (Persatuan Sepak Bola Pekanbaru dan Sekitarnya) adalah klub sepak bola kebanggaan kota [[Pekanbaru]], [[Riau]]. Tim ini sekarang (musim 2015) bermain di [[ISL]] yang saat ini dikenalDivisi denganUtama LIGALiga SUPERIndonesia. Kandang PSPS adalah [[Stadion Kaharuddin Nasution]], atau yang lebih dikenal sebagai '''Stadion Rumbai''', karena letaknya di daerah [[Rumbai, Pekanbaru]]. Kursi pelatih PSPS sekarangsejak musim 2014 dipegang oleh [[MundariPhilep Karya]]Hansen Maramis. Tim ini memiliki julukan ''AsykarBertuahAsykar Bertuah'', sesuai julukan kota [[Pekanbaru]], ''Kota Bertuah''. Para suporter fanatik mereka disebut ''Asykar Theking''.
 
== Sejarah PSPS Pekanbaru ==
[http://www.riaudailyphoto.com/2012/01/sejarah-psps-pekanbaru.html PSPS]
 
Tidak gampang untuk mengangkat perserikatan Pekanbaru untuk menjadi bond perserikatan yang disegani di Kancah sepakbola nasional. Selama 44 Tahun hingga melangkah ke Divisi Utama PSSI tahun 1999. PSPS selalu menghitung hari dan menebar harapan.
 
Mulai dari periode kepengurusan pertama yang dipimpin mantan Kepala PLN PEKANBARU,Yubahar. Saat itu langkah PSPS hanyalah sebuah perserikatan kecil yang hanya didukung lima klub anggota yang terdiri dari PS IPP (Ikatan Pemuda Pekanbaru), PS PELAYARANPelayaran, PS CALTEXCaltex, PS PU (Pekerjaan Umum) dan PS Elektra (PLN).
 
Meski begitu diawal berdirinya, PSPS sudah menjadi bond yang sejajar dengan perserikatan lain yang ada di Sumatra, yang memiliki aset berupa pemain nasional. Tahun 1961 PSPS juga pernah ikut PON di Bandung maka tersebutlah beberapa pemain seperti jayusmanJayusman, Thamrin manafManaf dan Hamid. Saat itu kondisi pendidikandanpendidikan dan sepakbola berbeda dengan kondisi sekarang. dr Thamrin manafManaf yang dipanggil ke Timnas, tidak bisa bergabung karena tidak mendapat izin dari Sekolahsekolah dan Tempattempat ia bekerja. Meski begitu jatah Riau diisi oleh Hamid yang saat itu menjadi kiper nasional. hamidHamid kala itu sangat diidolakan masyarakat Pekanbaru, Hamid memperkuat [[Tim nasional sepak bola Indonesia|Timnas Indonesia]] di [[Pyongyang]], [[Korea Utara]] tahun 1963 dibawah pelatih EA Mangindaan.
 
Besarnya potensi sepakbola di Pekanbaru saat itu pulalah yang kemudian menggiring Gubernur Riau, Kaharudin Nasution untuk mendirikan sebuah Stadionstadion yang diberi nama Stadion Dwikora pada tahun 1963. Meski terbuat dari kayu , stadion ini menjadi pusat olahraga pertama di [[Pekanbaru Kota, Pekanbaru|Pekanbaru]]. Pemain PSPS lain yang juga sempat terdaftar sebagai Pemain Timpemain nasionaltimnas adalah Jayusman, Jayusman adalah pegawai Kantordi kantor Pajakpajak, Tetapitetapi sayang Gelandanggelandang Tangguh PSPStangguh ini gagal memperkuat Tim nastimnas yang rencanasebelumnya akantelah berencana tampil di Aljazair, saat itu Aljazair adasedang terjadi pergolakan.
 
Era dukungan dan gairah dari masyarakat Pekanbaru tidak berlanjut, era Hamid,Thamrin Manaf, Jayusman hanya menghasilkan kenangan yang indah untuk dikenang. Kepengurusan demi kepengurusan pun mulai berganti, tercatat beberapa nama sempat menjadi Ketua Umum PSPS PEKANBARU diantaranya Farouq Alwi, yang saat itu menjadi Walikota Pekanbaru, hingga tradisi Ketua Umum PSPS dijabat oleh walikota Pekanbaru.
 
Pada tahun 1972 pusat pelatihan pemain PSPS yaitu Stadion Dwikora mengalami kebakaran, dan bangunan utama dari Stadionstadion tersebut mengalami kebakaran hebat sehingga tidak dapat digunakan kembali. Stadion yang telah menjadi pusat pembibitan pemain PSPS PEKANBARUPekanbaru ini sempat terbengkalai selama 6 tahun dan hanya menjadi lapangan ilalang. Hingga akhirnya dibangun kembali oleh [[Chevron Pacific Indonesia|PT. CPICaltex Pacific Indonesia]] dan diresmikan oleh Gubernur Riau saat itu, [[Arifin Achmad]] pada tanggal 13 Maret 1977 dengan kapasitas penonton 3500 orang. Kemudian pada tanggal 8 Maret 1980 Stadion ini berganti nama menjadi Stadion Hang Tuah dan pengantian namanya diresmikan oleh MenporaMenteri Pemuda dan Olah Raga saat itu, Abdul Gafur.
 
Setelah Stadion kembaliHang Tuah adadiresmikan, PSPS mulai aktif kembali, dan PSPS kembali mampu menggairahkan pemain mudanya untuk memacu prestasi, maka lahirlah pemain seperti Sugiarto yang pernah mengikuti seleksi PSSI Pra [[Olimpiade]] tahun 1975. Sejumlah nama juga hadir, hingga sekarang namanya masih disebut kehebantannya antara lain Mahmud (mewakili Sumbagut ke [[Pekan Olahraga Nasional|PON]] di Makassar), nantanNantan Ibrahim, Nazwar Nurdin, Majid, Margono dan Ujang Jufri. Usaha PSPS Pekanbaru untuk tampil di kompetisi elite nasional pernah hampir berhasil pada tahun 1984, kala itu kompetisi terbagi antar Perserikatan dan Galatama. PSPS sebagai klub perserikatan tergabung dalam zona Sumbagut dan berhasil mewakili SUmatra mengikuti babak play off di Cimahi, Jawa Barat untuk ke Divisi Utama. Sayangnya pada salah satu pertandingan, PSPS tersingkir. PSPS mengalami kelelahan karena sebagian besar pemain PSPS berasal dari PS UNRI yang pada saat bersamaan juga sedang melakukan turnamen di Bandung, sehingga harus pulang pergi Bandung-Cimahi. Saat itu Peluang PSPS untuk lolos sangat besar sebab diperkuat sejumlah pemain nasional yang juga mereka semua adalah pemain handalan PS BPD RIAU ([[Bank Riau Kepri]] saat ini) diantaranya Ricky Darman, Dino Kardinal, Edu Mukhni dan kiper berdarah Tionghoa yang terkenal saat itu, Sutanto Ongso. Saat itu PS BPD merupakan salah satu klub elite yang tidak terkalahkan di Pekanbaru, berkat kepedulian Direktur Utama BPD Riau Syafii Yusuf yang saat itu juga menjadi Manajer PSPS Pekanbaru. Syafii Yusuf dinilai sebagai orang yang mempelopori masuknya pemain dari luar Riau ke Pekanbaru terutama dari [[Padang]] dan [[Medan]].
Usaha PSPS PEKANBARU untuk tampil di kompetisi elite nasional pernah hampir berhasil pada Tahun 1984. kala itu kompetisi terbagi antar Perserikatan dan Galatama. PSPS sebagai klub perserikatan tergabung dalam zona Sumbagut dan berhasil mewakili SUmatra mengikuti abbak play off di Cimahi, Jawa Barat untuk ke Divisi Utama. Sayangnya pada salah satu pertandingan melawan Tim Jawa, PSPS kalah. PSPS mengalami kelelahan karena sebagianbesar pemain PSPS berasal dari PS UNRI yang pada saat bersamaan juga sedang melakukan turnamen di Bandung, sehingga harus pulang pergi Bandung-Cimahi. Saat itu Peluang PSPS untuk lolos sangat besar sebab diperkuat sejumlah pemain nasional yang juga mereka semua adalah pemain handalan PS BPD RIAU (BANK RIAU KEPRI saat ini) diantaranya Ricky Darman, Dino Kardinal, Edu Mukhni Sutanto Ongso"Aseng". Saat itu PS BPD merupakan salah satu klub elite yang tidak terkalahkan di Pekanbaru,berkat kepedulian Direktur Utama BPD Riau Syafii Yusuf yang saat itu juga menjadi Manajer PSPS PEKANBARU. Syafii Yusuf dinilai sebagai orang yang mempelopori masuknya pemain dari luar Riau ke Pekanbaru terutama dari Padang dan Medan.
 
'''MENAPAK DIVISI SATU PSSI'''
Hingga akhirnya pada tahun 1994,jabatan kepengurusan PSPS dipimpin Iskandar Husin yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Transmigrasi Riau. iskandar Husin juga sukses mempromosikan Persiraja Banda Aceh ke Divisi Utama PSSI, ia berusaha untuk mengembalikan bond perserikatan ini menjadi kebanggaan masyarakat Pekanbaru dan Riau.
 
Hingga akhirnya pada tahun 1994, jabatan kepengurusan PSPS dipimpin Iskandar Husin yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Transmigrasi Riau. iskandarIskandar Husin juga sukses mempromosikan [[Persiraja Banda Aceh]] ke Divisi Utama PSSI, ia berusaha untuk mengembalikan bond perserikatan ini menjadi kebanggaan masyarakat Pekanbaru dan Riau.
Iskandar Husin mendatangkan pemain baru, dibawah pelatih kepala AMrustian, mulailah PSPS PEKANBARU merintis jalan di Divisi Dua menuju Divis Satu PSSI. Dan perjuangan itu akhirnya berhasil, pada Liga Indonesia tahun 1994/1995. Sejak saat itu PSPS bercokol di Divisi Satu PSSI.
 
Iskandar Husin mendatangkan pemain baru, dibawah pelatih kepala Amrustian, mulailah PSPS Pekanbaru merintis jalan di Divisi Dua menuju Divisi Satu PSSI. Dan perjuangan itu akhirnya berhasil, pada Liga Indonesia tahun 1994/1995. Sejak saat itu PSPS bercokol di Divisi Satu PSSI. Tahun 1995/1996 PSPS berhasil meraih juara dua Piala Menpora di Bogor serta juga lolos ke PON yang sebelumnya harus melewati seleksi tingkat regional.
 
Berkat keberhasilan itu Iskandar Husin mendapat pujian masyarakat pecinta bola Pekanbaru. Lalu semakin besarlah harapan dibebankan dipundaknya untuk membawa PSPS ke jenjang paling bergengsi yaitu Divisi Utama PSSI, namun upaya ini dua kali gagal. Di Liga Indonesia II (LIGINA II) PSPS hanya bisa bertahan tidak terdegradasi, di Liga Indonesia III (LIGINA III) PSPS berhasil masuk 10 besar. Hanya angan-angan dan impian Iskandar Husin untuk mengangkat PSPS ke Divisi Utama tidak kesampaian, hingga akhirnya Iskandar Husin yang pernah membawa Persiraja ke Divisi Utama PSSI pindah tugas ke [[Kalimantan Barat]].
MENAPAK DIVISI SATU PSSI
 
'''SANG JUARA DIVISI I'''
Pada tahun 1993/1994 dibawah kepemimpinan Ketua Umum yang Baru Ir. H. Iskandar Husin yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Transmigrasi Riau,maka target target untuk menapak kompetisi yang lebih ketat di Divisi Satu mulai dirintis.
 
Era kebangaan itu akhirnya datang juga. Setelah berkutat di di Divisi II Wilayah Riau, Divisi II PSSI, dan Divisi I PSSI, jalan panjang itu mulai menampakkan titik terangnya. Pergantian kpengurusankepengurusan dari Iskandar Husin ke Tengku Lukman Jafaar pada tahun 1997/1998 membuat PSPS bergairah kembali.
Ditahun 1994/1995 PSPS berhasil menapakkan kaki di Divisi Satu dibawah bimbingan pelatih Amrustian.
 
Didukung staf yang memiliki kemampuan untuk memanage organisasi, didukung semangat yang bergelora dari semua pengurus terutama peran besar dari Syali Duyun Tanjung (Alm) yang menjabat sebagai Ketua Harian PSPS.
Berkat keberhasilan itu Iskandar Husin mendapat pujian masyarakat pecinta bola Pekanbaru. Lalu semakin besarlah harapan dibebankan dipundaknya untuk membawa PSPS ke jenjang paling bergengsi yaitu Divisi Utama PSSI, namun upaya ini dua kali gagal. Di Liga Indonesia II (LIGINA II) PSPS hanya bisa bertahan tidak terdegradasi, di Liga Indonesia III (LIGINA III) PSPS berhasil masuk 10 besar. Hanya angan-angan dan impian Iskandar Husin untuk mengangkat PSPS ke Divisi Utama tidak kesampaian, hingga akhirnya Iskandar Husin yang pernah membawa Persiraja ke Divisi Utama PSSI pindah tugas ke Kalimantan Barat.
 
Dengan merangkul pengusaha muda Riau, Arsadianto Rahman (Anto Rahman, kakak kandung dari Plt. Gubernur Riau saat ini periode 2014 - 2019, [[Arsyadjuliandi Rachman]]) sebagai manajer PSPS di LIGINA IV, PSPS mulai mendatangkan pemain yang berkualitas untuk mengangkat prestasi sekaligus memotivasi pemain muda. Sayangnya gelora Divisi Utama sempat terhenti satu tahun karena LIGALiga INDONESIAIndonesia IV dihentikan ditengah jalan karena pertukaran pemimpin di Tanah AIr.
SANG JUARA DIVISI I
 
Semangat itu terus muncul hingga akhirnya di Liga Indonesia v pada tahun 1998/1999 kembali diputar. PSPS melakukan persiapan yang benar-benar matang PSPS merekrut pelatih Nasionalnasional, Sofyan Hadi serta mengontrak dua pemain asing yaitu Mourmada Marco dan Essama Raymond, keduanya menjadi idola baru publik Pekanbaru. Disamping itu PSPS juga memboyong 10 pemain terbaik di tanah jawa untuk bermain di Pekanbaru, makam muncullah nama Hasyim, Khairul Minan, Kamarudin Betay. Masuknya pemain luar daerah ini justru memberi dampak postitif bagi PSPS, karena dengan kehadiran mereka, pemain lokal PSPS kembali bergairah untuk bersaing, maka muncullah pahlawan baru seperti Miskardi, Tharjaki Lubis, Agus Rianto.
Era kebangaan itu akhirnya datang juga. Setelah berkutat di di Divisi II Wilayah Riau, Divisi II PSSI, dan Divisi I PSSI, jalan panjang itu mulai menampakkan titik terangnya. Pergantian kpengurusan dari Iskandar Husin ke Tengku Lukman Jafaar pada tahun 1997/1998 membuat PSPS bergairah kembali.
 
'''JALAN MENUJU DIVISI UTAMA LIGA INDONESIA'''
Didukung staf yang memiliki kemampuan untuk memanage organisasi,didukung semangat yang bergelora dari semua pengurus terutama peran besar dari Syali Duyun Tanjung (Alm) yang menjabat sebagai Ketua Harian PSPS.
 
Memasuki divisi utama untuk pertama kalinya setelah dalam penantian 43 tahun. Tahun 2008 merupakan kali kedua PSPS berkiprah di Divisi Utama setelah sempat terdegradasi. PSPS promosi ke Divisi Utama untuk pertama kalinya dengan predikat juara divisiDivisi satuSatu dengan mengalahkan PS Indocement Cirebon dengan skor 2-1 di Finalfinal yang diselenggarakan di Stadion Sanggraha Lebak Bulus, Jakarta.
Dengan merangkul pengusaha muda Riau, Arsadianto Rahman (Anto Rahman) sebagai manajer PSPS di LIGINA IV, PSPS mulai mendatangkan pemain yang berkualitas untuk mengangkat prestasi sekaligus memotivasi pemain muda. Sayangnya gelora Divisi Utama sempat terhenti satu tahun karena LIGA INDONESIA IV dihentikan ditengah jalan karena pertukaran pemimpin di Tanah AIr.
 
Semangat itu terus muncul hingga akhirnya di Liga Indonesia v pada tahun 1998/1999 kembali diputar. PSPS melakukan persiapan yang benar-benar matang PSPS merekrut pelatih Nasional Sofyan Hadi serta mengontrak dua pemain asing yaitu Mourmada Marco dan Essama Raymond, keduanya menjadi idola baru publik Pekanbaru. Disamping itu PSPS juga memboyong 10 pemain terbaik di tanah jawa untuk bermain di Pekanbaru,makam muncullah nama Hasyim, Khairul Minan, Kamarudin Betay. Masuknya pemain luar daerah ini justru memberi dampak postitif bagi PSPS, karena dengan kehadiran mereka,pemain lokal PSPS kembali bergairah untuk bersaing, maka muncullah pahlawan baru seperti Miskardi, Tharjaki Lubis, Agus Rianto.
 
'''SEKILAS PERJALANAN'''
 
Memasuki divisi utama untuk pertama kalinya setelah dalam penantian 43 tahun. Tahun 2008 merupakan kali kedua PSPS berkiprah di Divisi Utama setelah sempat terdegradasi. PSPS promosi ke Divisi Utama untuk pertama kalinya dengan predikat juara divisi satu dengan mengalahkan PS Indocement Cirebon 2-1 di Final yang diselenggarakan di Stadion Sanggraha Lebak Bulus Jakarta.
 
Para pemain yang memperkuat PSPS saat itu antara lain Miskardi, Mourmada Marco, Simon Tin Atangana, Essama Amougu Raymond, Aidil Desfi, Darwin, Dodi Cahyadi, Agus Rianto, Toyo Hariono, dan lainnya.
Baris 78 ⟶ 69:
Setelah masuk ke Divisi Utama, PSPS sempat diperkuat oleh nama-nama tenar yang telah lama malang melintang di Liga Indonesia, seperti Sudirman, Adnan Mahing, Ritham Madubun, Rahmad M. Rivai, (alm) Chairul Minan, Rusdianto, Rino Yuska, Nova Zaenal, Gustavo Hernan Ortiz, I Komang Mariawan, Ebwelle Bertin, Felipe E. Cortez, Joe Nagbe, Moses Nyewan, M. Affan Lubis, Mbeng Jean, Joseph Lewono, Alejandro Castro dan beberapa nama lainnya.
 
PSPS pernah mengalami masa jayanya sewaktu berhasil merekrut pemain-pemain Timnas Indonesia, seperti [[Kurniawan Dwi Yulianto]], [[Bima Sakti Tukiman|Bima Sakti]], Eko PurjiantoPurdjianto, [[Aples Gideon Tecuari]], [[Hendro Kartiko]], Sugiyantoro, Edu Juanda, dan Amir yusufYusuf Pohan. Ini berakhir pada musim 2004, saat PSPS mulai melakukan perombakan setelah gagal mewujudkan target juara dalam 2 musim. Ditambah lagi dengan insiden skorsing yang menimpa 3 orang pilar PSPS akibat sikap tidak profesional terhadap wasit.
 
 
Sejak saat itu, PSPS mengalami pasang surut dalam prestasi di Liga Indonesia dengan penggantian pelatih yang hampir setiap musimnya dilakukan, mulai dari pelatih nasional maupun lokal Riau seperti Syafrianto Rusli, Abdulrahman Gurning, Miskardi, Mundari Karya, hingga pelatih saat ini, Philep Hansen Maramis.
== Julukan ==
*== Julukan '''Asykar Bertuah''' ==
Asykar Bertuah dalamberarti [[BahasaPasukan Indonesia]]Beruntung. artinyaSesuai <big>Pasukandengan Beruntung</big>,julukan Kota Pekanbaru sebagai Kota Bertuah maka PSPS Pekanbaru diberi julukan Asykar Bertuah, yang diartikan supayaagar PSPS Pekanbaru selalu beruntung dengan memenangi setiap pertandingan baik kandang maupun tandang.
 
== Performa Tim ==