Konten dihapus Konten ditambahkan
Ahmad Ardian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ahmad Ardian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
Ardian lahir dan dibesarkan di Pangkep, terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Sastra UMI pada tahun 2008, dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 2009 di media sosial, Ardian terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari Kehidupan, kematian, hingga Religius.
 
#* Kehidupan
#* Penyair
* Organisasi
# Volunteer<ref>Kehidupan</ref>
 
== Kehidupan ==
Ahmad Ardian dilahirkan di Pangkep, Sulawesi Selatan pada 13 Maret 1990. Ia merupakan anak terakhir dari pasangan H. Syamsul dan (Alm.) Hj. Marwah, keduanya berasal dari kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Ayahnya hanya Petani dan Ibunya seorang Ibu rumah tangga biasa. .<sup>[1]</sup> Sebagai anakBungsu, orang tuanya selalu memanjakannya.<sup>[2]</sup>  Namun, Chairil cenderung seorang ekerja keras; sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya.
 
Ahmad Ardi mulai mengenyam pendidikan di sekolah dasar (SD) Negeri 8 Bontowa. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di ''S''MP Neg. 1 Labakkang. Sejak SMP, Ardian senang menulis lirik dan puisi untuk konsumsi pribadi.<sup>[3]</sup> Walau pada kenyataannya, tak ada darah seni yang mengalir dari orang tuanya.<sup>[4]</sup>
 
Pada usia 12 tahun, Ibunya wafat akibat penyakit diabetes, Ayah Ardian kemudian menikah saat ia masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Sejak pernikahan ayahnya, hubungan dengan keluarga almahrum ibunya tidak lagi harmonis hingga ia mengenyam pendidikan strata satu. Ada beberapa puisi yang ia publikasikan di media sosial, sebagai guratan kegundahannya dan carut-marut keluarganya. Puisinya terposting di catatan akun ''Facebook'' Lamanya "Aredee Sang Marwah".
Baris 17:
 
== Penyair ==
Nama Ardian pertama kali muncul dalam dunia sastra setelah pemuatan tulisannya di ''Majalah Lentera S''astra  pada tahun 2013, saat itu ia sudah berusia 23 tahun.<sup>[6]</sup> Hampir semua puisi-puisi yang ia tulis merujuk pada kegundahan hidup.<sup>[6]</sup> ia pernah mengirimkan puisi-puisinya keharian surat kabar untuk dimuat, Namun, tak pernah mendapat respon. Setelah pertemuannya dengan pihak Majalah Lentera Sastra, ia banyak diperkenalkan dengan penulis, termasuk Budayawan Pangkep, ''M Farid W Makkulau ''dan (Alm.) Asdar Muis R.M.S, Wartawan Senior, Penulis dan juga Budayawan Sulawesi Selatan.
 
Setelah pemuatan pertama karyanya, ia kemudian tergabung dalam Antologi Puisi Menolak Korupsi. Karena banyaknya jumlah penyair, buku itu kemudian di cetak dalam 2 jilid. 3 puisinya masuk di PMK Jilid 2a bersama ''Asdar Muis R.M.S'' dan ''Badaruddin Amir'', Penyair Idan Cerpenis Sul-Sel asal Kabupaten Barru. Beberapa Perlombaan dan Seleksi Puisi pernah ia ikuti, walau sering gagal. 1 Puisinya yang berjudul "Waktu" terpilih dan dibukukan dalam Antologi ''Senandung Cinta ''untuk Ibu 2 (2013). Kemudian ikut kembali dalam Antologi Puisi ''Memo untuk Presiden ''(2014) arahan Sosiawan Leak. Tahun 2015, Ia berencana menerbitkan 1 buku yang memuat puisi-puisinya sejak 2011-2015.