Konten dihapus Konten ditambahkan
Ahmad Ardian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ahmad Ardian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14:
 
== Penyair ==
<gallery>
Nama Ardian pertama kali muncul dalam dunia sastra setelah pemuatan tulisannya di Majalah Lentera Sastra pada tahun 2013, saat itu ia sudah berusia 23 tahun. Hampir semua puisi-puisi yang ia tulis merujuk pada kegundahan hidup. ia pernah mengirimkan puisi-puisinya keharian surat kabar untuk dimuat, Namun, tak pernah mendapat respon. Setelah pertemuannya dengan pihak Majalah Lentera Sastra, ia banyak diperkenalkan dengan penulis, termasuk Budayawan Pangkep, M Farid W Makkulau dan (Alm.) Asdar Muis R.M.S, Wartawan Senior, Penulis dan juga Budayawan Sulawesi Selatan.
IMG_20140315_205037.jpg
</gallery>Nama Ardian pertama kali muncul dalam dunia sastra setelah pemuatan tulisannya di Majalah Lentera Sastra pada tahun 2013, saat itu ia sudah berusia 23 tahun. Hampir semua puisi-puisi yang ia tulis merujuk pada kegundahan hidup. ia pernah mengirimkan puisi-puisinya keharian surat kabar untuk dimuat, Namun, tak pernah mendapat respon. Setelah pertemuannya dengan pihak Majalah Lentera Sastra, ia banyak diperkenalkan dengan penulis, termasuk Budayawan Pangkep, M Farid W Makkulau dan (Alm.) Asdar Muis R.M.S, Wartawan Senior, Penulis dan juga Budayawan Sulawesi Selatan.
 
Setelah pemuatan pertama karyanya, ia kemudian tergabung dalam Antologi [[Puisi Menolak Korupsi]]. Karena banyaknya jumlah penyair, buku itu kemudian di cetak dalam 2 jilid. 3 puisinya masuk di PMK Jilid 2a bersama Asdar Muis R.M.S dan Badaruddin Amir, Penyair Idan Cerpenis Sul-Sel asal Kabupaten Barru. Beberapa Perlombaan dan Seleksi Puisi pernah ia ikuti, walau sering gagal. 1 Puisinya yang berjudul "Waktu" terpilih dan dibukukan dalam Antologi Senandung Cinta untuk Ibu 2 (2013). Kemudian ikut kembali dalam Antologi Puisi Memo untuk Presiden (2014) arahan Sosiawan Leak. Tahun 2015, Ia berencana menerbitkan 1 buku yang memuat puisi-puisinya sejak 2011-2015.