Pemerintah Laos - salah satu dari sekian [[negara komunis]] yang tersisa - memulai melepas kontrol ekonomi dan mengizinkan berdirinya perusahaan swasta pada tahun [[1986]]. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi melesat dari sangat rendah menjadi rata-rata 6% per tahun periode [[1988]]-[[2004]] kecuali pada saat [[krisis finansial Asia]] yang dimulai pada [[1997]]. Seperti negara berkembang umumnya, kota-kota besarlah yang paling banyak menikmati pertumbuhan ekonomi. Ekonomi di Vientiane, Luang Prabang, Pakxe, dan Savannakhet, mengalami pertumbuhan signifikan beberapa tahun terakhir.
Sebagian besar dari wilayahnya kekurangan [[infrastruktur]] memadai. Laos masih belum memiliki jaringan [[rel kereta api]], meskipun adanya rencana membangun rel yang menghubungkan Vientiane dengan Thailand yang dikenal dengan [[Jembatan Persahabatan Thailand-Laos]]. Jalan-jalan besar yang meghubungkan pusat-pusat perkotaan, disebut Rute 13, telah diperbaiki secara besar-besaran beberapa tahun terakhir, namun desa-desa yang jauh dari jalan-jalan besar hanya dapat diakses melalui jalan tanah yang mungkin tidak dapat dilalui sepanjang tahun. Ada [[telekomunikasi]] internal dan eksternal yang terbatas, terutama lewat jalur kabel, namun penggunaan telepon genggam/handphone telah menyebar luas di pusat perkotaan. Listrik tidak tersedia di banyak daerah pedesaab atau hanya selama kurun waktu tertentu. [[Pertanian]] masih memengaruhi setengah dari [[Produk Domestik Bruto|PDB]] dan menyerap 80% dari tenaga kerja yang ada. Ekonomi Laos menerima bantuan dari [[IMF]] dan sumber internasional lain serta dari investasi asing baru dalam bidang pemrosesan makanan dan [[pertambangan]], khususnya tembaga dan emas. [[Pariwisata]] adalah industri dengan pertumbuhan tercepat di Laos. Pertumbuhan ekonomi umumnya terhambat oleh banyaknya penduduk berpendidikan yang pindah ke luar negeri akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai. Pada 2005 penelitian oleh Bank Dunia melaporkan bahwa 37% dari penduduk Laos yang berpendidikan tinggal di luar negeri, menempatkan Laos pada tempat ke-5 di dunia untuk kasus ini.
Akhir 2004 Laos menormalisasi hubungan dagangnya dengan Amerika Serikat, yang membuat produsen Laos mendapatkan tarif ekspor yang lebih rendah sehingga merangsang pertumbuhan ekonomi mereka dari sektor ekspor.