Bahasa Gayo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sumatran Lion (bicara | kontrib)
vandalisme. suku gayo kurang lebih 120.000 jiwa. lalu dimana 550.000? takengon penutur bahasa aceh bukan gayo. penduduk jawa 95 juta tapi penutur bahasa jawa cuma 84 juta (th 2000) atau 68 juta (th 2010).
Sumatran Lion (bicara | kontrib)
Sejarah: bagian sejarah yang merarugukan (vandal) saya hapus. mohon masuk kan sumber yang teridentifikasi yang membuktikan kebenaran data. salam somoga tetap bersemangat.
Baris 22:
“Gayo belongs to the Malayo-Polynesian branch of the Austronesian family of languages. Malayo-Polynesian languages are spoken in [[Taiwan]], the [[Philippines]], mainland [[South-East Asia]], western [[Indonesia]]…”(Eades 2005:4)
 
Bahasa ini (bahasa Gayo) merupakan bagian dari bahasa Melayo-Polinesia, dan dikelompokan dalam bagian [[Austronesia]] seperti yang disebutkan [[Merrit Ruhlen]] di atas. Secara khusus, masih belum diketahui kapan dan periodesasi perkembangan bahasa ini ([[Gayo]]). Yang pasti, bahasa ini ada sejak suku ini menempati daerah ini. [[Suku Gayo]] sendiri sudah menempati [[Aceh]] ([[Peureulak]] dan [[Pasai]], pantai timur dan sebagian pantai utara [[Aceh]]) sejak sebelum masehi (Ibrahim, 2002:1). Untuk menelusuri sejarah awal terbentuknya dan periodesasi bahasa ini, diperlukan kajian komprehensif dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu terutama linguistik historis, linguistik komparatif dan sosio-linguistik untuk mengetahui hal di atas secara pasti. "
 
Perkembangan bahasa ini kemudian tidak terlepas dari persebaran orang Gayo menjadi beberapa kelompok yaitu Gayo Lut (seputar danau Laut Tawar termasuk kabupaten Bener Meriah), Gayo Deret yaitu daerah Linge dan sekitarnya (masih merupakan bagian wilayah kabupaten [[Aceh Tengah]], Gayo Lukup/Serbejadi (kabupaten [[Aceh Timur]]), Gayo Kalul ([[Aceh Tamiang]]), [[Gayo Lues]] (kabupaten [[Gayo Lues]] dan beberapa [[kecamatan]] di [[Aceh Tenggara]], juga sebagian kecil terdapat di [[Aceh Selatan]]. Faktor ekonomi menjadi motivasi utama persebaran tersebut, seperti yang dijelaskan dalam bahasa adat [[Gayo]], “ari kena nyanya ngenaken temas, ari kena empet ngenaken lues.” Artinya, disebabkan karena kehidupan yang kurang baik, (sehingga) berusaha untuk lebih baik, karena sempit (lahan pertanian, perkebunan, dan lain-lain) berusaha untuk lebih luas.”
Terjadinya persebaran tersebut turut memengaruhi penamaan-penamaan suku Gayo, variasi [[dialek]] dan [[kosakata]] yang mereka miliki. Gayo [[Lokop]] atau Serbejadi misalnya, merupakan nama sebuah kecamatan yang ada di kabupaten [[Aceh Timur]]. Begitu juga halnya dengan Gayo [[Kalul]] dan [[Gayo Lues]], komunitas Gayo yang masing-masing ada di hulu sungai Tamiang, [[Pulo Tige]] ([[kabupaten Aceh Tamiang]]) dan kabupaten [[Gayo Lues]] termasuk beberapa [[kecamatan]] di kabupaten [[Aceh Tenggara]]. Penamaan tersebut menggambarkan daerah hunian baru yang mereka diami. Orang-orang Gayo di kabupaten [[Bener Meriah]] masih merupakan bagian dari Gayo Lut ([[Takengon]]), yang beberapa tahun lalu, kabupaten [[Bener Meriah]] mekar dari kabupaten [[Aceh Tengah]]. Sementara, sebagian kecil komunitas [[Gayo]] di [[Aceh Selatan]] tidak menunjukan perbedaan nama seperti di tempat lain.
 
== Variasi Dialek ==