Suku Dayak Bakumpai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 66:
Pada mulanya mereka menganut agama nenek moyang yaitu [[kaharingan]], hal ini dapat dilihat dari peninggalan budaya yang sama seperti [[Suku Dayak]] lainnya, seperti (Batatenga|bubur bahandang), mempercayai adanya nilai magis pada beras kuning (Behas Bahenda), mempercayai bahwa burung elang (burung antang) dapat membawa sebuah berita kematian, kekuatan rohani/batin disebut dengan istilah (batekang hambaruan), dan adanya tradisi (tampung tawar).<Br>
kemudian, pada suatu hari mereka menjumpai akan [[Marabahan|wilayah itu]] seseorang yang memiliki kharismatik, yang apabila dia berdiri di suatu tanah, maka tanah itu akan ditumbuhi rumput. Orang tersebut tidak lain adalah [[khidir|Nabiyullah Khidir as]].<Br>
Di dalam cerita mereka kemudian masuk agama [[Islam]] dan berkembang biaklah mereka menjadi suatu suku. suku bakumpai adalah julukan bagi mereka, karena apabila mereka belajar agama di suatu daerah dengan gurunya [[khidir]], maka tumbuhlah rumput dari daratan tersebut, sehingga kemudian mereka dikenal dengan suku bangsa bakumpai.
Suku Dayak Bakumpai dahulunya memiliki suatu kerajaan yang lebih tua dibandingkan dengan kerajaan daerah Banjar, akan tetapi karena daya magis yang luar biasa akhirnya kerajaan ini berpindah ke Sungai Barito dan rajanya dikenal dengan nama Datuk Barito.
|