Elang jawa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariefrahman (bicara | kontrib) Menolak perubahan teks terakhir (oleh 36.78.169.219) dan mengembalikan revisi 8072966 oleh Kenrick95Bot |
Aldnonymous (bicara | kontrib) k clean up, replaced: Rujukan → Referensi using AWB |
||
Baris 19:
== Identifikasi ==
[[Berkas:
Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60-70 [[sentimeter|cm]] (dari ujung paruh hingga ujung ekor).
Kepala berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu, panjang hingga 12
Iris mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat [[kayu manis]] terang, tanpa coretan atau garis-garis.<ref name=mackinnon1993_104>MacKinnon, J. 1993. ''Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali''. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. ISBN 979-420-150-2. Hal. 104.</ref>
Baris 32:
== Penyebaran, ekologi dan konservasi ==
[[Berkas:Elang Jawa Spizaetus bartelsi Bandung Zoo 2.JPG|thumb|240px|Elang Jawa Spizaetus bartelsi Bandung Zoo 2.JPG|Elang Jawa, Kebun Binatang Bandung]]
Sebaran elang ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat ([[Taman Nasional Ujung Kulon]]) hingga ujung timur di [[Taman Nasional Alas Purwo|Semenanjung Blambangan Purwo]]. Namun penyebarannya kini terbatas di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Sebagian besar ditemukan di separuh belahan selatan Pulau Jawa. Agaknya burung ini hidup berspesialisasi pada wilayah berlereng.
Elang Jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, di [[dataran rendah]] maupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi. Mulai dari wilayah dekat pantai seperti di Ujung Kulon dan [[Taman Nasional Meru Betiri|Meru Betiri]], sampai ke hutan-hutan pegunungan bawah dan atas hingga ketinggian 2.200 m dan kadang-kadang 3.000 [[mdpl]].
Baris 40:
[[Burung pemangsa]] ini berburu dari tempat bertenggernya di pohon-pohon tinggi dalam hutan. Dengan sigap dan tangkas menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di atas tanah, seperti pelbagai jenis [[reptil]], burung-burung sejenis [[walik]], [[punai]], dan bahkan [[ayam]] kampung. Juga [[mamalia]] berukuran kecil sampai sedang seperti [[tupai]] dan [[bajing]], [[kalong]], [[musang luwak|musang]], sampai dengan anak [[monyet]].
Masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni. Sarang berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat di cabang pohon setinggi 20-30 di atas tanah. Telur berjumlah satu butir, yang dierami selama kurang-lebih 47 hari.
Pohon sarang merupakan jenis-jenis pohon hutan yang tinggi, seperti [[rasamala]] (''Altingia excelsa''), [[pasang]] (''Lithocarpus sundaicus''), [[tusam]] (''Pinus merkusii''), [[puspa]] (''Schima wallichii''), dan [[ki sireum]] (''Eugenia clavimyrtus''). Tidak selalu jauh berada di dalam hutan, ada pula sarang-sarang yang ditemukan hanya sejarak
Di habitatnya, elang Jawa menyebar jarang-jarang. Sehingga meskipun luas daerah agihannya, total jumlahnya hanya sekitar 137-188 pasang burung, atau perkiraan jumlah individu elang ini berkisar antara 600-1.000 ekor.<ref name=balendkk_2>Balen, S. van, V. Nijman and R. Sozer. Population status of the endemic Javan Hawk-eagle ''Spizaetus bartelsi''. in Balen, S. van. 1999. ''Birds on Fragmented Islands. Persistence in he forests of Java and Bali.'' PhD thesis of Wageningen University. ISBN 90-5808-150-8.</ref> Populasi yang kecil ini menghadapi ancaman besar terhadap kelestariannya, yang disebabkan oleh kehilangan habitat dan eksploitasi jenis. [[Pembalakan liar]] dan [[konversi hutan]] menjadi lahan pertanian telah menyusutkan tutupan hutan primer di Jawa.<ref name=balendkk_3>Balen, S. van, V. Nijman and H.H.T. Prins. The Javan Hawk-eagle: misconception about rareness and threat. in Balen, S. van. 1999. ''Birds on Fragmented Islands. Persistence in he forests of Java and Bali.'' PhD thesis of Wageningen University. ISBN 90-5808-150-8.</ref> Dalam pada itu, elang ini juga terus diburu orang untuk diperjual belikan di pasar gelap sebagai satwa peliharaan. Karena kelangkaannya, memelihara burung ini seolah menjadi kebanggaan tersendiri, dan pada gilirannya menjadikan harga burung ini melambung tinggi.
Mempertimbangkan kecilnya populasi, wilayah agihannya yang terbatas dan tekanan tinggi yang dihadapi itu, organisasi konservasi dunia [[IUCN]] memasukkan elang Jawa ke dalam status EN (''Endangered'', terancam kepunahan).
== Catatan taksonomis ==
Sesungguhnya keberadaan elang Jawa telah diketahui sejak sedini tahun 1820, tatkala [[Johan Coenrad van Hasselt|van Hasselt]] dan [[Heinrich Kuhl|Kuhl]] mengoleksi dua spesimen burung ini dari kawasan [[Gunung Salak]] untuk Museum Leiden, Negeri [[Belanda]]. Akan tetapi pada masa itu hingga akhir abad-19, spesimen-spesimen burung ini masih dianggap sebagai jenis [[elang brontok]].
Baru pada tahun 1908, atas dasar spesimen koleksi yang dibuat oleh [[Max Bartels]] dari Pasir Datar, Sukabumi pada tahun 1907, seorang pakar burung di Negeri [[Jerman]], O. Finsch, mengenalinya sebagai [[takson]] yang baru. Ia mengiranya sebagai anak jenis dari ''Spizaetus kelaarti'', sejenis elang yang ada di [[Sri Lanka]]. Sampai kemudian pada tahun 1924, Prof. [[Erwin Stresemann|Stresemann]] memberi nama takson baru tersebut dengan epitet spesifik ''bartelsi'', untuk menghormati Max Bartels di atas, dan memasukkannya sebagai anak jenis elang gunung ''[[Spizaetus nipalensis]]''.<ref name="sozerdkk
Demikianlah, burung ini kemudian dikenal dunia dengan nama ilmiah ''Spizaetus nipalensis bartelsi'', hingga akhirnya pada tahun 1953 D. Amadon mengusulkan untuk menaikkan peringkatnya dan mendudukkannya ke dalam jenis yang tersendiri, ''Spizaetus bartelsi''.<ref name=amadon>Amadon, D. 1953. Remarks on the Asiatic hawk-eagles on the genus ''Spizaetus''. ''Ibis'' '''95''':492-500.</ref>
Baris 58:
*[[Penglihatan burung]]
==
{{reflist}}
Baris 73:
* [http://flickr.com/photos/lutvision/235808613/ Foto elang Jawa]
* [http://tv.kompas.com/content/view/918/115/ video elang Jawa]
{{burung-stub}}▼
[[Kategori:Spesies terancam punah]]
Baris 82 ⟶ 79:
[[Kategori:Burung pemangsa]]
[[Kategori:Nisaetus]]
▲{{burung-stub}}
|