Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jagawana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Arya dhieva1 (bicara | kontrib)
Baris 23:
 
Pada saat kondisi negara mulai membaik dari ancaman desintegrasi, pada tahun [[1959]] ALRI mencanangkan program yang dikenal sebagai '''Menuju Angkatan Laut yang Jaya'''. Sampai tahun [[1965]] ALRI mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Hal ini dilatarbelakangi oleh politik [[konfrontasi]] dalam rangka merebut [[Irian Barat]] yang dirasa tidak dapat diselesaikan secara diplomatis. Berbagai peralatan tempur Angkatan Laut dari negara Eropa Timur memperkuat ALRI dan menjadi kekuatan dominan pada saat itu. Beberapa mesin perang yang terkenal di jajaran ALRI antara lain kapal penjelajah (cruiser) [[RI Irian]], kapal perusak (destroyer) klas '[[Skory]]', fregat klas '[[Riga]]', Kapal selam klas '[[Whisky]]', kapal tempur cepat berpeluru kendali klas '[[Komar]]', pesawat pembom jarak jauh [[Ilyushin]] IL-28, dan [[Tank]] Amfibi PT-76. Dengan kekuatan tersebut pada era tahun 1960-an ALRI disebut - sebut sebagai kekuatan Angkatan Laut terbesar di Asia.
 
[[Gambar:Tni-al 383-kri-imambonjol.jpg|right|thumb|KRI Imam Bonjol - Penembakan Rudal]]
 
Ada beberapa operasi laut selama operasi pembebasan Irian Barat yang dikenal dengan sebutan Operasi Trikora itu. Pada awal Trikora dogelar, kapal -kapal cepat torpedo ALRI harus berhadapan dengan kapal- kapal perusak, fregat, dan pesawat Angkatan Laut Belanda di Laut Aru pada tanggal 15 Januari 1962. Komodor Yos Soedarso beserta RI Macan Tutul tenggelam pada pertempuran laut tersebut. Peristiwa yang kemudian dikenang sebagai Hari Dharma Samudera itu memacu semangat untuk merebut Irian Barat secara militer. Pada saat itu ALRI mampu mengorganisasikan Operasi Jayawijaya yang merupakan operasi amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer Indonesia. Tidak kurang dari 100 kapal perang dan 16.000 prajurit disiapkan dalam operasi tersebut. Gelar kekuatan tersebut memaksa Belanda kembali ke meja perundingan dan dicapai kesepakatan untuk menyerahkan Irian Barat ke pangkuan RI.