Sumberarum, Dander, Bojonegoro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arif putra 2302 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia (8), Beliau → Dia (5)
Baris 12:
}}
{{kegunaanlain|Sumberarum}}
'''Sumberarum''' merupakan nama dari salah satu desa di [[Dander, Bojonegoro|Kecamatan Dander]], [[Kabupaten Bojonegoro]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]].
 
==Geografi==
Desa Sumberarum berada 15  km di selatan [[Bojonegoro, Bojonegoro|Kota Bojonegoro]] dan 3  km dari [[Dander, Dander, Bojonegoro|Desa Dander]], [[ibukota]] kecamatan.
 
==Pemerintahan==
Baris 21:
 
==Tempat menarik==
Di desa Sumberarum terdapat beberapa sumber air yang salah satunya dijadikan sebagai salah satu sumber air [http://pdambjn.co.id/galeri-foto/category/1-sumber-mata-air-sumberarum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)] [[Kabupaten Bojonegoro]]. Selain sumber mata air, di sini juga banyak gua, terutama di sekitar [[hutan]] [[jati]]. banyak gua di desa Sumberarum yaitu Gua Sumur dan Gua Lowo. selain itu terdapat sungai yang jernih dan segar airnya yang biasanya di manfaatkan masyarakat untuk mandi dan keperluan lainya salah satunya adalah sungai Obalan.Topografi desa ini berbatu kapur dan banyak mengandung [[fosfat]] yang ditambang secara tradisional.
 
== Asal Usul ==
Kerajaan Ngurawan Bedander serta Kerajaan Rajekwesi adalah Kerajaan dibawah pimpinan dari Prabu Joyonegoro dan Prabu Sura Dilogo. Sedangkan yang menjabat Patih di Rajekwesi adalah Ki Kebo Gadung, dan yang menjabat Patih merangkap Adipati di Ngurawan Bedander (Ngerawan Bedander) adalah Adipati Mataram.
Ki Buyut Merto Yuda yang lahir di Mataram. BeliauDia adalah putra dari Ki Singo Tunggul Yuda. BeliauDia adalah seorang Senopati Mataram yang mempunyai istri bernama Dewi Condro Arum. Mereka berdua menikah dan dikarunia 3 orang putra yang semuanya adalah laki-laki yang bernama Ki Singo Yuda, Ki Singo Nayo, dan Ki Merto Yuda.
Ki Singo Yuda menjadi Senopati di Kerajaan Ngurawan Bedander (Ngrawan Dander). Ki Singo Nayo menjadi Senopati di Kerajaan Rajekwesi. Dan Ki Buyut Merto Yuda menjadi sebagai Prajurit Mataram, beliaudia terkenal sebagai Prajurit yang sakti mandraguna. Ki Buyut Merto Yuda terkenal gagah, paling anti kepada penjajah, dan paling berani untuk melawan para Prajurit Kompeni yang akan menjajah dan menghancurkan Kerajaan Mataram.
 
Ki Buyut Merto Yuda adalah seorang penganut agama Islam yang taat dalam mengerjakan shalat 5 waktu, bahkan tiap malam beliaudia sering semedi/ istikharah dan meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa agar Negara/ Kerajaan Mataram aman, damai dan makmur.
Ki Buyut Merto Yuda, diangkat menjadi Senopati Perang oleh Sultan Prabu Buwono ke-II / Sultan Sepuh atau Sultan Agung Ariyo Cokro Kusumo karena keberanian dan ketangkasannya, setiap ada musuh yang akan menjajah Kerajaan Mataram dapat dihancurkan dan dipaksa mundur.
Pada tahun 1790 sampai dengan tahun 1819, terjadilah peperangan antara Madiun, Jepara, Malang, dan Gresik yang bergabung untuk bermaksud untuk menjajah Kerajaan Mataram. Para Prajurit Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Senopati Ki Buyut Merto Yuda yang terkenal dengan ketangguhan dan keberanian yang sangat tinggi, maka Ki Buyut Merto Yuda bersama para Prajuritnya berhasil menaklukan dan memporak-porandakan semua musuh, yang ada di Madiun, Jepara, Malang, dan Gresik.
Baris 35:
 
Pada akhirnya Kerajaan Mataram meminta bala bantuan tentara kepada Kerajaan Rajekwesi yang ternyata Senopati dan Patih dari Kerajaan Rajekwesi itu adalah keluarga dari Ki Buyut Merto Yuda, sehingga dalam meminta bantuan lebih cepat dan Kerajaan Mataram pun optimis menang dalam pertempuran melawan para penjajah yang ingin menghancurkan Kerajaan Mataram yaitu Kompeni Belanda dan Prajurit Pajang.
Sultan Sepuh / Sultan Agung Ariyo Cokro Kusumo pada akhirnya meyerahkan tanggung jawab, keamanan, dan ketentraman Kerajaan Mataram sepenuhnya kepada Ki Buyut Merto Yuda. BeliauDia dipercaya oleh Sultan Sepuh / Sultan Agung Ariyo Cokro Kusumo untuk menjaga dan melindungi Kerajaan Mataram dari serangan penjajah yang ingin menghancurkan Kerajaan Mataram. Sebelum Ki Buyut Merto Yuda berangkat ke Kerajaan Rajekwesi, Prabu Sultan Sepuh / Sultan Agung Ariyo Cokro Kusumo melantiknya sebagai Adipati Mataram dan merangkap menjadi Senopati Perang dikarenakan jasa-jasanya yang cukup besar dalam membela Kerajaan Mataram. Yang perlu diingat bahwa Ki Buyut Merto Yuda memiliki :
Iman yang kuat, ilmu agama yang mendalam, maka beliaudia tidak pernah meninggalkan kewajiban Sholat 5 waktu.
Sering Sholat Istikharoh / semedi tiap tengah malam.
Sering berpuasa Senin dan Kamis. BeliauDia setiap berangkat perang sering sendirian dengan naik kuda putih dan dipunggungnya terselip sebuah pusaka / keris yang namanya Keris Kyai Singo Barong.
 
Ki Buyut Merto Yuda terkenal dan sering disebut-sebut sebagai Senopati Harimau.
Ki Buyut Merto Yuda setelah diangkat menjadi Adipati dan merangkap sebagai Senopati Perang, maka setelah mohon ijin dan pamit kepada Sultan Sepuh / Sultan Agung Ariyo Cokro Kusumo, Ki Buyut Merto Yuda bersama dengan para prajuritnya berangkat ke Kerajaan Rajekwesi untuk sowan (berkunjung) pada Prabu Joyonegoro, serta Prabu Suro Dilogo.
 
Kebetulan pada saat Ki Buyut Merto Yuda sowan pada Prabu Joyonegoro, serta Prabu Suro Dilogo disana tepat sedang diadakan pertemuan Agung yang dihadiri oleh para Adipati dan Senopati. Setelah Ki Buyut Merto Yuda sampai disana beliaudia ditanya oleh Prabu Joyonegoro, apa maksud dan tujuan datang ke Kerajaan Rajekwesi, maka Ki Buyut Merto Yuda tidak bicara panjang lebar dan tak perlu berbasa-basi lagi tetapi beliaudia menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke Kerajaan Rajekwesi langsung ke pokok permasalahannya. BeliauDia meminta bala bantuan tentara dari Kerajaan Rajekwesi untuk melawan Prajurit Kompeni Belanda dan Prajurit Pajang yang akan menyerang dan ingin menghancurkan Kerajaan Mataram.
 
Setelah Prabu Joyonegoro dan Prabu Surodilogo menerima laporan dari Ki Buyut Merto Yuda, maka permintaan bala bantuan tentara dari Rajekwesi ini dikabulkan oleh Prabu Joyonegoro dan Prabu Surodilogo apalagi Patih Kebo Gadung dan Senopati Kerajaan Rajekwesi Ki Singo Yudo dan Ki Singo Nayo termasuk saudara dari Ki Buyut Merto Yuda.
Baris 68:
Selanjutnya Patih Kebo Gadung mengajak para Senopati dan semua Prajurit untuk kembali untuk menghadap / melaporkan kejadian kepada Prabu Joyonegoro dan Prabu Suro Dilogo. Namun sebelum meninggalkan tempat yang digunakan istirahat untuk menjalankan ibadah / shalat, maka Patih Kebo Gadung mempertegas pesan dari para Senopati, yang mana setiap Prajurit memiliki 4 pedoman yang jangan lepas atau ucul. Kata-kata empat dan kata-kata ucul yang sekarng menjadi nama Desa Pacul Kecamatan Bojonegoro. Sedangkan Ki Buyut Singoyudo serta Adipati Metaun kembali ke Kerajaan Ngurawan Bedander, berubah menjadi Kabupaten Ngrawan Mojoranu, Kabupaten Dander.
 
Setelah usia lanjut, karena telah meninggal dunia maka Bupati Metaun dimakamkan di Desa Ngeraseh / Ngrowan Kecamatan Dander. Sedangkan Senopati Singoyudo setelah usia lanjut dan meninggal dunia, beliaudia dimakamkan di Desa Sumberarum.
Sesampainya di Kerajaan Rajekwesi, maka Ki Kebo Gadung dan Ki Singonoyo, serta Ki Merto Yuda, melaporkan kepada Prabu Joyonegoro dan Prabu Suro Dilogo, bahwa dalam peperangan Prajurit Mataram yang memperoleh sumbangan dari Prajurit Rajekwesi dan Prajurit Ngurawan, maka dalam peperangan melawan Pajurit Kompeni dan Prajurit Pajang yang akhirnya menang.
 
Baris 74:
 
Setelah selesai pesta, Prabu Joyonegoro berpesan kepada rakyat / prajurit Rajekwesi, apabila besok ada perubahan zaman nama Rajekwesi agar diganti dengan nama Bojonegoro. Kata-kata ini diambil dari nama Bo yang dimaksud adlah Kebo Gadung, sedangkan Jonegoro yang dimaksud mengambil nama dari Prabu Joyonegoro, jadi nama Bojonegoro adalah berasal dari perpaduan antara nama Kebo Gadung dan Prabu Joyonegoro.
Setelah Ki Buyut Kebo Gadung meninggal yang dikarenakan usia lanjut, maka Ki Buyut Kebo Gadung dimakamkan di Desa Kauman Kecamatan Bojonegoro, yang tepatnya sebelah selatan Masjid Agung Bojonegoro. Sedangkan Prabu Joyonegoro setelah meninggal yang dikarenakan usia lanjut beliaudia dimakamkan di tengah-tengah sawah di Desa Mojoranu Kecamatan Dander. Untuk Ki Buyut Singonoyo setelah meninggal yang dikarenakan usia lanjut beliaudia dimakamkan di makam keramat Kembang Desa Sukorejo Kecamatan Bojonegoro.
 
Pada hari Rebo Kliwon bulan Juli tahun 1839 Ki Buyut Merto Yuda memberi tahu kepada para Prajurit dan rakyat Rajekwesi / Bojonegoro, bahwa dalam peperangan kita dapat menang dikarenakan berkat sumbangan bala bantuan tentara dari Kerajaan Rajekwesi dan dari Prajurit Ngurawan Bedander, maka dari itu setelah mengadakan pesta untuk merayakan kemenangan tersebut maka tempat pesta / syukuran ini di beri nama oleh Ki Buyut Merto Yuda dengan nama Sumbang. Dengan nama inilah kita anak putu dapat mengikuti / nipak tilas untuk memperingati cikal bakal nama Sumbang dengan mendatangkan hiburan wayang kulit dan memotong Kerbau muda / godel pada hari Rabu Kliwon, setiap tahun sekali.
Baris 82:
 
{{Sumberarum, Bojonegoro}}
 
 
{{kelurahan-stub}}