Balad, Dukupuntang, Cirebon: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Wagino Bot (bicara | kontrib) k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia (5), Beliau → Dia |
||
Baris 14:
{{Dukupuntang, Cirebon}}
{{kelurahan-stub}}▼
Asal Usul Desa Balad
Asal - Usul Desa Balad
Balad berarti wadah atau tempat menampung/berkumpul, sedangkan arti yang lain Berasal dari kata bala yang berarti prajurit, pasukan perang kerajaan. Jadi Balad mengandung arti tempat penampungan atau berkumpulnya para wadyabala/ bala tentara yakni prajurit perang kerajaan. Namun ada lagi yang mengatakan nama Balad diambil dari asal kata Balad, bahasa arab yang berarti “Negara”, karena identik dengan tempat berkumpulnya para wali, para sesepuh, sultan dari kesultanan Cirebon serta tempat berkumpulnya para wadyabala gabungan (para prajurit perang kerajaan) Demak, Kuningan dan Kerajaan Cherbon pada waktu terjadinya perang Raja Galuh dengan Kerajaan Cherbon.
Pada jaman dahulu Baladf termasuk wilayah pesanggrahan Waru Gede, yaitu kekuasaan Nyi Mas Pakungwati.
Pada Tahun 1470 M, Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah dari Negeri Mesir, selang satu tahun kedatangannya di bumi Cerbon,
Bertitik tolak dari permasalahan rumah tangga inilah, Nyi Mas Pakungwati memutuskan pergi meninggalkan Keraton Cirebon menuju Banten untuk mencari ketenangan lahir batin dengan membawa emban yang setia mendampingi perjalanannya. Setelah beberapa lama tinggal di Banten
Ketika sedang berada di Cidemit, pembantu Nyi Mas Pakungwati sedang hamil tua dan akan melahirkan.
Kanjeng Sinuhun mengajak Nyi Mas Pakungwati untuk kembali ke keraton Cerbon. Namun Nyi Mas Pakungwati masih tetap ingin tinggal di pesanggrahan Waru Gede, sehingga kanjeng sinuhun mengijinkannya dengan memenuhi kebutuhan baik alat-alat atau pun dayang-dayang dan para wadya bala secukupnya untuk mengawal dan menjaga keamanan.
Babad hutan yang dilakukan Ki Gede Waru dengan alat sederhana membuat Nyi Mas Pakungwati berinisiatif membabat alas dengan cara dibakar. Ternyata hutan yang dibakar sampai ke Padabeunghar kecuali di Gunung Lingga (disana ada orang cina bernama Cang Kong Wak/Cangkoak).
Baris 31 ⟶ 28:
Saat perang Rajagaluh, dukuh Demit atau Cidemit adalah tempat strategis untuk menunaikan ibadah shalat bagi para wadyabala carbon, Kuningan dan Demak serta untuk mengatur siasat perang. Berkumpul di Cidemit yang selanjutnya disebut Balad.
Pertempuran Pasukan Galuh dengan Pasukan Cerbon berlangsung di Desa Cipanas sekarang terjadi sangat sengit hingga akhirnya Rajagaluh kalah perang dan digabungkan dengan Cherbon pada tahun 1528. Duku Demit atau Cidemit menjadi wadah yakni tempat penampungan atau berkumpulnya bala tentara Cherbon, Kuningan dan Demak untuk melakukan ibadah shalat dan menyiapkan strategi perang, sekaligus sebagai tempat berkumpulnya para wali untuk musyawarah mengenai penyiaran agama Islam. Selanjutnya tempat tersebut menjadi Desa Balad
▲{{kelurahan-stub}}
|