Puri Agung Tabanan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Yanu Tri (bicara | kontrib)
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 125.165.186.213) dan mengembalikan revisi 5879344 oleh Albertus Aditya
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia (6), Beliau → Dia (6)
Baris 3:
== Puri Agung Di Pucangan ==
 
Di [[Bali]], pada zaman kerajaan, rumah jabatan tempat tinggal raja disebut "Puri Agung". Keberadaan Puri Agung Tabanan berkaitan dengan tokoh [[Arya Kenceng]], yang dipercaya ikut datang bersama [[Gajah Mada]] ketika [[Majapahit]] menaklukkan [[Kerajaan Bedulu]] di Bali pada tahun 1343<ref>Buku Riwajat Pulau Bali Dari Dzaman Ke Jaman</ref>.
 
Diceritakan setelah Bali berhasil ditaklukan, sebelum Patih Gajah Mada meninggalkan pulau Bali, semua Arya dikumpulkan, diberikan ceramah tentang pengaturan pemerintahan, ilmu kepemimpinan sampai pada ilmu politik. tujuan utamanya ialah tetap mempersatukan pulau Bali dan dapat dipertahankan sebagai daerah kekuasaan Majapahit. Setelah semua dirasa cukup, semua Arya diberikan daerah kekuasaan yang menyebar diseluruh Bali.
Sirarya Kenceng diberikan kekuasaan didaerah [[Tabanan]] dengan rakyat sebanyak 40.000 orang, Sirarya Kuta Waringin bertahan di Gegel dengan rakyat sebanyak 5.000 orang, Sirarya Sentong berkedudukan di Pacung dengan rakyat sebanyak 10.000 orang dan Sirarya Belog ( Tan Wikan ) diberikan kerdudukan di Kabakaba dengan jumlah rakyat sebanyak 5.000 orang.
Sirarya Dhamar diajak kembali ke Majapahit, kelak beliaudia diangkat menjadi Adipati [[Palembang]]. <ref>RIWAYAT BERDIRI SAMPAI RUNTUHNYA KERAJAAN SINGASANA TABANAN, KERAMBITAN, DESEMBER 1999, Penyusun : I Gusti Made Aman, Hal. 10 </ref>. Arya Kenceng memerintah Tabanan, dengan pusat kerajaan atau Puri Agung yang terletak di Pucangan (Buahan), Tabanan.
 
* ''' Arya Kenceng adalah Raja Tabanan I''', yang Kerajaannya berada di Pucangan/Buahan mempunyai putra :
Baris 28:
 
Selanjutnya ''' Sirarya Ngurah Langwang, Raja Tabanan III.'''
BeliauDia menggantikan Ayahnya Sri Megada Natha menjadi raja, yang kemudian mendapat perintah dari Dalem Raja Bali agar memindahkan Kerajaannya / Purinya di Pucangan ke daerah selatan, hal ini kemungkinan disebabkan secara geografis dan demografis sulit dicapai oleh Dalem dari Gegel dalam kegiatan inspeksi. Akhirnya Arya Ngurah Langwang mendapat pewisik, ''dimana ada asap (tabunan) mengepul agar disanalah membangun puri''. Setelah melakukan pengamatan dari Kebon Tingguh, terlihat di daerah selatan asap mengepul ke atas, kemudian beliaudia menuju ke tempat asap mengepul tersebut, ternyata keluar dari sebuah sumur yang terletak di dalam area Pedukuhan yaitu Dukuh Sakti( di Pura Pusar Tasik Tabanan sekarang ). Akhirnya ditetapkan disitulah beliaudia membangun Puri, setelah selesai, dipindahlah secara resmi Puri Agung / Kerajaannya beserta '''Batur Kawitan'''nya dari Pucangan ke Tabanan ( Sekitar Abad 14 ). Oleh karena asap terus mengepul dari sumur seperti ''tabunan'' sehingga puri beliaudia diberi nama ''Puri Agung Tabunan'', yang kemudian pengucapannya berubah menjadi '''Puri Agung Tabanan''', sedangkan Kerajaannya disebut '''Puri Singasana''' dan Raja bergelar '''Sang Nateng Singasana'''.
 
Semenjak itu pula Arya Ngurah Langwang beserta saudara-saudaranya ( Ki Gusti Made Utara, Ki Gusti Nyoman Pascima dan Ki Gusti Wetaning Pangkung) dan seketurunannya berpura kawitan di '''Pura Batur''' di Puri Singasana Tabanan ( Puri Agung Tabanan ).
Baris 40:
* Batas Selatan : Jalan Gajah Mada
* Batas Barat : Jero Subamia, Pekandelan Puri Gede / Agung dan Jero Meregan
 
 
Selanjutnya Puri Agung Tabanan ditempati oleh Raja-Raja Tabanan berikutnya, yang juga menurunkan '''Pratisentana [[Arya Kenceng]]''' di berbagai Jero / Puri yang ada di Tabanan<ref>Dari Lontar-Lontar Kuno, Prasasti dan Silsilah Keturunan yang dimiliki oleh Keluarga Besar Puri Agung Tabanan</ref>, sebagai berikut :
Baris 53 ⟶ 52:
VI. Ki Gusti Made Pemadekan
 
VII. Sirarya Ngurah Tabanan / Prabu Winalwan / Betara Mekules. ( Pelinggih / Tempat memuja dan mengaturkan sembah bakti kepada BeliauDia ada di '''Pura Batur Wanasari''' di Wanasari Tabanan. Petoyan / Odalan pada dina '''Anggara/Selasa Kliwon Dukut''' )
VIII. Sirarya Ngurah Tabanan / Betara Nisweng Penida
Baris 59 ⟶ 58:
IX. Ki Gusti Nengah Malkangin dan Ki Gusti Made Dalang
X. Ki Gusti Bola
 
XI. Ki Gusti Alit Dawuh / Sri Megada Sakti
Baris 67 ⟶ 66:
XIII. Ki Gusti Ngurah Sekar / Cokorda Sekar
 
XIV. Ki Gusti Ngurah Gede / Cokorda Gede Ratu
 
XV. Ki Gusti Ngurah Made Rai / Cokorda Made Rai
Baris 103 ⟶ 102:
== Zaman penjajahan Belanda ==
Pada 27 September 1906, zaman penjajahan Belanda, Kerajaan Tabanan dikuasai oleh Belanda, Raja Tabanan saat itu, Cokorda Ngurah Rai Perang beserta Putra dan Saudara-Saudaranya ditawan oleh Belanda di Puri Denpasar.
Tanggal 28 September Puri Agung Singasana, Puri Mecutan Tabanan, Puri Dangin Tabanan, Puri Denpasar Tabanan dan beberapa yang lainnya dihancurkan oleh Belanda. '''Raja Tabanan Cokorda Ngurah Rai Perang''' dan seorang Putra BeliauDia ( '''I Gusti Ngurah Gede Pegeg''' ) dengan keberaniannya melakukan puputan(bunuh diri ) di Puri [[Denpasar]], karena '''tidak mau tunduk atau menjadi tawanan Belanda'''.
Tanggal 29 September 1906 putra dan saudara-saudaranya di Puri Dangin Tabanan, Puri Pemecutan Tabanan dan Puri Denpasar Tabanan diselong / diasingkan ke Sasak [[Lombok]].
 
Setelah beberapa tahun diselong di Lombok, masih dalam masa penjajahan Belanda, putra dan saudaranya Alm. "Cokorda Ngurah Rai Perang" lagi dikembalikan ke Tabanan.
 
Dalam rangka memilih Kepala Pemerintahaan di Tabanan, Belanda juga mencari dan menerima saran-saran dari beberapa Puri / Jero yang sebelumnya ada dalam struktur kerajaan, tentang bagaimana tatacara memilih seorang raja di Tabanan sebelumnya. Setelah mempertimbangkannya, pada tanggal 8 Juli 1929, diputuskan sebagai Kepala / Bestuurder Pemerintahan Tabanan dipilih '''I Gusti Ngurah Ketut''' putra I Gusti Ngurah Putu ( putra '''Sirarya Ngurah Agung Tabanan, Raja Tabanan ke XX''' ) dari Puri Mecutan, dengan gelar '''Cokorda'''.
 
[[Berkas:Pelantika Raja Raja di Besakih.jpg|thumb|300px|Pelantikan Raja Raja di Besakih, 8 Juli 1938( Cokorda Ngurah Ketut nomer 1 dari kiri)]]Selanjutnya BeliauDia membangun kembali '''puri beserta Pura Batur Kawitan Betara Arya Kenceng''' di area bekas letak Puri Agung Tabanan yang telah dihancurkan Belanda. Karena adanya keterbatasan saat itu, luas area yang digunakan dan jumlah bangunan adat yang didirikan tidak seperti yang semula.
 
[[Berkas:Raja Raja di Bali 1938.jpg|thumb|left|250px|Raja Raja Bali 1938 ( Cokorda Ngurah Ketut nomer 2 dari kiri)]]Pada tanggal 1 Juli 1938 Tabanan menjadi Daerah Swapraja, Kepala Daerah Swapraja tetap dijabat oleh I Gusti Ngurah Ketut ( dari Puri Mecutan Tabanan ), kemudian BeliauDia dilantik / disumpah di [[Pura Besakih]] pada Hari Raya Galungan tanggal 29 Juli 1938 dan '''Mabiseka Ratu''' bergelar '''Cokorda Ngurah Ketut''', dilihat dari urutan Raja Tabanan, beliaudia adalah '''Raja Tabanan ke XXII''' 1938 s/d 1947.
 
== Setelah kemerdekaan sampai sekarang ==
Cokorda Ngurah Ketut berada di Puri Agung Tabanan bersama putra dan saudaranya ( I Gusti Ngurah Wayan, I Gusti Ngurah Made, Sagung Nyoman, Sagung Rai dan Sagung Ketut ).
Pada zaman kerajaan, hanya raja dan putera mahkota saja yang menempati Puri Agung Tabanan, sedangkan putra-putra lainnya, oleh raja dibuatkan Puri / Jero baru beserta kelengkapannya. Seiring dengan terjadinya perubahan zaman dan pemerintahan, hal tersebut tidak berkelanjutan, dimana tidak dibangun lagi '''Puri Pemecutan Tabanan dan Puri-Puri/Jero-Jero baru'''.
 
Sekarang yang berada di Puri Agung Tabanan adalah kelanjutan keturunan Cokorda Ngurah Ketut dan Saudaranya, yang merupakan putera I Gusti Ngurah Putu ( '''Putera Sirarya Ngurah Agung Tabanan, Raja Tabanan ke XX''' ) yang berasal dari '''Puri Pemecutan Tabanan'''.
Baris 124 ⟶ 123:
** 2. I Gusti Ngurah Alit Putra
** 3. Sagung Mas
** 4. I Gusti Ngurah Agung
 
[[Berkas:Cokorda Ngurah Gede.jpg|thumb|250px|Cokorda Ngurah Gede]] Selanjutnya '''I Gusti Ngurah Gede''', putera sulung Cokorda Ngurah Ketut menjadi Cokorda Tabanan, bergelar '''Cokorda Ngurah Gede, Raja Tabanan XXIII''' Maret 1947 s/d 1986 dan beliaudia menjabat Bupati Tabanan Pertama tahun 1950, tempat tinggal BeliauDia disebut Puri Gede / Puri Agung Tabanan.
 
* '''Cokorda Ngurah Gede''', Berputra :
Baris 151 ⟶ 150:
** 21. Sagung Jegeg Mayadianti
** 22. I Gusti Ngurah Adi Suartawan.
 
 
[[Berkas:Cokorda Tabanan.jpg|thumb|left|200px|Ida Cokorda Anglurah Tabanan]] Pada tanggal 21 Maret 2008, '''I Gusti Ngurah Rupawan''' putera Cokorda Ngurah Gede '''Mabiseka Ratu''', bergelar '''Ida Cokorda Anglurah Tabanan''' merupakan urutan Raja Tabanan ke XXIV, berpuri di '''Puri Agung Tabanan'''.
Baris 160 ⟶ 158:
 
== Galery ==
 
 
<gallery>
Baris 204 ⟶ 201:
== Catatan Kaki ==
{{Reflist|colwidth=30em}}
 
 
== Sumber ==