Silat Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
k ←Suntingan Aryagading2013 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Relly Komaruzaman
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia (11), Beliau → Dia (2)
Baris 16:
Para tuo silek juga mengatakan ''jiko mamancak di galanggang, kalau basilek dimuko musuah'' (jika melakukan tarian pencak di gelanggang, sedangkan jika bersilat untuk menghadapi musuh). Oleh sebab itu para tuo silek (guru besar) jarang ada yang mau mempertontonkan keahlian mereka di depan umum bagaimana langkah-langkah mereka melumpuhkan musuh. Oleh sebab itu, pada acara festival silat tradisi Minangkabau, maka penonton akan kecewa jika mengharapkan dua guru besar (tuo silek) turun ke gelanggang memperlihatkan bagaimana mereka saling serang dan saling mempertahankan diri dengan gerakan yang mematikan. Kedua tuo silek itu hanya melakukan mancak dan berupaya untuk tidak saling menyakiti lawan main mereka, karena menjatuhkan tuo silek lain di dalam acara akan memiliki dampak kurang bagus bagi tuo silek yang "kalah". Dalam praktik sehari-hari, jika seorang guru silat ditanya apakah mereka bisa bersilat, mereka biasanya menjawab dengan halus dan mengatakan bahwa mereka hanya bisa ''mancak'' (pencak), padahal sebenarnya mereka itu mengajarkan ''silek'' (silat). Inilah sifat rendah hati ala masyarakat Nusantara, mereka berkata tidak meninggikan diri sendiri, biarlah kenyataan saja yang bicara. Jadi kata pencak dan silat akhirnya susah dibedakan. Saat ini setelah silek Minangkabau itu dipelajari oleh orang asing, mereka memperlihatkan kepada kita bagaimana serangan-serangan mematikan itu mereka lakukan. Keengganan tuo silek ini dapat dipahami karena Indonesia telah dijajah oleh bangsa Belanda selama ratusan tahun, dan memperlihatkan kemampuan bertempur tentu saja tidak akan bisa diterima oleh bangsa penjajah pada masa dahulu, jelas ini membahayakan buat posisi mereka.
 
Ada pendapat yang mengatakan bahwa '''silat''' itu berasal dari kata '''silek'''. Kata silek pun ada yang menganggap berasal dari siliek, atau si liat, karena demikian hebatnya berkelit dan licin seperti belut. Di tiap Nagari memiliki tempat belajar silat atau dinamakan juga '''sasaran silek''', dipimpin oleh guru yang dinamakan Tuo Silek. Tuo silek ini memiliki tangan kanan yang bertugas membantu beliaudia mengajari para pemula.
 
Orang yang mahir bermain silat dinamakan '''''pandeka''''' (pendekar). Gelar Pandeka ini pada zaman dahulunya ''dilewakan'' (dikukuhkan) secara adat oleh ninik mamak dari [[nagari]] yang bersangkutan. Namun pada zaman penjajahan gelar dibekukan oleh pemerintah Belanda. Setelah lebih dari seratus tahun dibekukan, masyarakat adat Koto Tangah, Kota Padang akhirnya mengukuhkan kembali gelar Pandeka pada tahun 2000-an. Pandeka ini memiliki peranan sebagai ''parik paga dalam nagari'' (penjaga keamanan negeri), sehingga mereka dibutuhkan dalam menciptakan negeri yang aman dan tentram. Pada awal tahun ini (7 Januari 2009), Walikota Padang, H. Fauzi Bahar digelari Pandeka Rajo Nan Sati oleh ''Niniak Mamak'' (Pemuka Adat) Koto Tangah, Kota Padang<ref>http://www.padang.go.id/v2/content/view/1630/78/</ref>. Gelar ini diberikan sebagai penghormatan atas upaya beliaudia menggiatkan kembali aktivitas silek tradisional di kawasan Kota Padang dan memang beliaudia adalah pesilat juga pada masa mudanya, sehingga gelar itu layak diberikan<ref>http://mediacenter.fauzibahar-mahyeldi.com/print.php?type=N&item_id=75 (situsnya sudah kadaluarsa)</ref>.
 
== Sejarah ==
Kajian sejarah silek memang rumit karena diterima dari mulut ke mulut, pernah seorang guru diwawancarai bahwa dia sama sekali tidak tahu siapa buyut gurunya. Bukti tertulis kebanyakan tidak ada. Seorang Tuo Silek dari [[Pauah]], Kota [[Padang]], cuma mengatakan bahwa dahulu silat ini diwariskan dari seorang kusir bendi (andong) dari Limau Kapeh <ref name=uwan>Wawancara dengan Bapak Nawarlis, Pauh, Padang, 1998</ref>, Kabupaten [[Pesisir Selatan]], Sumatera Barat. Seorang guru silek dari Sijunjung, Sumatera Barat mengatakan bahwa ilmu silat yang dia dapatkan berasal dari [[Lintau]] <ref name=nasahan>Wawancara dengan Tuo Silek, Bapak Nasahan, [[Sijunjuang]], 2001</ref>. Ada lagi Tuo Silek yang dikenal dengan nama Angku Budua mengatakan bahwa silat ini beliaudia peroleh dari Koto Anau, Kabupaten Solok<ref>Wawancara dengan Magatin Budua, artis tradisi Minangkabau dari [[Muaro Bodi]], [[Sawahlunto]], Sumatera Barat,1993</ref>. Daerah [[Koto Anau]], [[Bayang]] dan [[Banda Sapuluah]] di Kabupaten Pesisir Selatan, [[Pauah]] di Kota Padang atau [[Lintau]] pada masa lalunya adalah daerah penting di wilayah Minangkabau. Daerah [[Solok]] misalnya adalah daerah pertahanan kerajaan Minangkabau menghadapi serangan musuh dari darat, sedangkan daerah Pesisir adalah daerah pertahanan menghadapi serangan musuh dari laut. Tidak terlalu banyak guru-guru silek yang bisa menyebutkan ranji guru-guru mereka secara lengkap.
 
Jika dirujuk dari buku berjudul ''Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau'' karangan [[Mid Djamal]] (1986), maka dapat diketahui bahwa '''para pendiri''' dari Silek (Silat) di Minangkabau adalah
Baris 44:
* Silat Pangian di Kuantan Singgigi, Provinsi Riau, terdiri dari Silek Pangian Jantan dan Silek Pangian Batino. Silek Pangian ini asalnya dari daerah Pangian, Lintau, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Silek ini adalah silek yang legendaris dan disegani dari wilayah Kuantan. Di Kuantan tentu saja silek ini telah mengalami perkembangan dan menjadi ciri khas dari tradisi wilayah tersebut. Awalnya pendiri dari silek ini adalah petinggi dari kerajaan Minangkabau yang pergi ke daerah Kuantan.
* Silek Minangkabau menyebar ke daerah Deli (sekitar Medan) di Pesisir Timur Propinsi Sumatera Utara akibat migrasi penduduk Minangkabau di masa lalu <ref>http://ms.wiki-indonesia.club/wiki/Minangkabau</ref>. Saat sekarang tradisi silat itu masih ada.
* Perguruan Silat Setia Hati, adalah perguruan besar dari Tanah Jawa. Pada masa dahulunya, pendiri dari perguruan ini, Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo banyak belajar dari silek Minangkabau di samping belajar dari berbagai aliran dari silat di Tanah Sunda, Betawi, Aceh, dan kawasan lain di Nusantara. Silek Minangkabau telah menjadi unsur penting dalam jurus-jurus Perguruan Setia Hati. Setidaknya hampir semua aliran silek penting di Minangkabau telah beliaudia pelajari selama di Sumatera Barat pada tahun 1894-1898.<ref>http://shterate.info/modules.php?op=modload&name=Sections&file=index&req=viewarticle&artid=3&page=1</ref> BeliauDia adalah tokoh yang menghargai sumber keilmuannya, sehingga beliaudia memberi nama setiap jurus yang diajarkannya dengan sumber asal gerakan itu. BeliauDia memiliki watak pendekar yang mulia dan menghargai guru.
* Silat Perisai Diri, yang didirikan oleh RM Soebandiman Dirdjoatmodjo atau dikenal dengan Pak Dirdjo, memiliki beberapa unsur Minangkabau di dalam gerakannya. Silat Perisai Diri memiliki karakter silat tersendiri yang merupakan hasil kreativitas gemilang dari pendirinya. Perisai Diri termasuk perguruan silat terbesar di Indonesia dengan cabang di berbagai negara.<ref>http://www.silatperisaidiri.com/index.php/Latest/History.html</ref>
* Satria Muda Indonesia, yang pada awalnya berasal dari Perguruan Silat Baringan Sakti yang mengajarkan silek Minangkabau, kemudian berkembang dengan menarik berbagai aliran silat di Indonesia ke dalam perguruannya.<ref>http://sahabatsilat.com/forum/index.php?PHPSESSID=5696f036e2ac299f0a067c662ddf84e0&topic=772.15</ref>
Baris 53:
* Malaysia: Penyebaran Silek Minangkabau di Negeri Malaysia terjadi terutama akibat migrasi penduduk Minangkabau ke Malaka pada abad ke 16 dan juga karena adanya koloni Minangkabau di Negeri Sembilan. Silek Pangian, Sitaralak, Silek Luncur juga berkembang di negeri jiran ini. Silat Cekak, salah satu perguruan silat terbesar di Malaysia juga memiliki unsur-unsur aliran silek Minangkabau, seperti silek Luncua, Sitaralak, kuncian Kumango dan Lintau di dalam materi pelajarannya.<ref>[http://www.silatcekak.org.my/index.php/persilatan/matapelajaran.html]</ref> Posisi Malaysia yang rawan dari serangan berbagai bangsa terutama bangsa Thai membuat mereka perlu merancang sistem beladiri efektif yang merupakan gabungan antara beladiri Aceh dan Minangkabau.<ref>Shadows of the prophet: Martial arts and sufi mysticism. Ed.9. Springer. 2009</ref> Beberapa perguruan silat menggunakan nama Minang atau Minangkabau di dalam nama perguruannya
* Filipina: Penyebaran Islam ke Mindanao, yang dilakukan oleh Raja Baginda, keturunan Minangkabau dari Kepulauan Sulu pada tahun 1390.<ref>http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1990/06/23/SEL/mbm.19900623.SEL18854.id.html</ref> Penyebaran ini mungkin akan mengakibatkan penyebaran budaya Minangkabau, termasuk silat ke wilayah Mindanao. Bukti-buktinya masih perlu dikaji lebih dalam
* Brunei Darussalam: Penyebaran Silek ke Brunei seiring dengan perjalanan bangsawan dan penduduk Minangkabau ke Negeri Brunei. Seperti yang sudah dijelaskan pada awal tulisan ini, bahwa silek adalah bagian dari budaya Minangkabau, oleh sebab itu mereka yang pergi merantau akan membawa ilmu beladiri ini ke mana pun, termasuk ke Brunei Darussalam. Kajian hubungan silek Minangkabau dan Brunei masih dibutuhkan, namun yang pasti, para pemuka kerajaan Brunei memiliki pertalian ranji dengan raja-raja di Minangkabau.<ref>http://www.pelitabrunei.gov.bn/news/pelita/27ogos09/berita17.htm</ref> Ada dugaan bahwa [[Awang Alak Betatar]], pendiri kerajaan Brunei (1363-1402) yang gagah berani berasal dari Minangkabau karena gelar-gelar dari saudara-saudara beliaudia mirip dengan gelar-gelar dari Minangkabau, namun catatan tertulis diketahui bahwa migrasi masyarakat Minangkabau berawal dari pemerintahan Sultan Nasruddin Sultan Brunei ke-15) tahun 1690-1710 yang ditandai dengan tokoh yang bernama Dato Godam (Datuk Godam) atau Raja Umar dari keturunan Bandaro Tanjung Sungayang, Pagaruyung <ref>http://baikoeni.multiply.com/journal/item/6/6</ref>
* Austria: Perguruan sileknya bernama PMG=Sentak, dikembangkan oleh Pandeka Mihar<ref>http://www.pandeka.com</ref>
* Spanyol: Perguruan sileknya bernama Harimau Minangkabau, dikembangkan oleh Guru Hanafi di kota Basque<ref>http://sahabatsilat.com/forum/index.php?topic=458.0</ref>
Baris 120:
[[Berkas:Edwel Yusri.jpg|right|thumb|[[Edwel Yusri Datuak Rajo Gampo Alam]]; Seorang Guru Besar Silat Harimau Minangkabau]]
 
Silek Ulu Ambek menurut beliaudia tidak tergolong ke dalam aliran Silek karena lebih menekankan kekuatan batin daripada kontak fisik. Silek Sitaralak, Lintau, Kumango, Luncua terkenal sampai ke Malaysia. Silek sitaralak (disebut juga siterlak, terlak<ref>Hamzah bin Ahmad. Silat terlak nata : pesaka hulubalang Melayu. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, 1967. Diperoleh dari situs http://antalhaq.blogspot.com/2008/11/silat-terlak-nata_25.html.</ref>, sterlak, starlak) merupakan silat yang beraliran keras dan kuat. Ada beberapa nama aliran silat lain yang punya nama, yakni Silek Tiang Ampek, Silek Balubuih, Silek [[Pangian]] (berkembang di [[Kabupaten Kuantan Singingi]]) dan Buah Tarok dari Bayang, Pesisir Selatan. Asal usul dari aliran silat ini juga rumit dan penuh kontroversi, contoh Silek Tuo dan Sitaralak. Silek Tuo ada yang menganggap itu adalah versi silek paling tua, namun pendapat lain mengatakan bahwa silat itu berasal dari Tuanku Nan Tuo dari Kabupaten Agam. Tuanku Nan Tuo adalah anggota dari [[Harimau Nan Salapan]], sebutan lain dari [[Kaum Paderi]] yang berjuang melawan Belanda di Sumatera Barat. Hubungan sitaralak dan Silek Tuo (silat paling tua) adalah kajian yang menarik untuk dikupas lebih dalam.
 
Gerakan silek itu diambil dari berbagai macam hewan yang ada di Minangkabau, contohnya Silek Harimau, Kucing<ref>http://www.youtube.com/watch?v=b2nD4JP-6Jk&feature=related</ref> dan Silek Buayo (Buaya), namun di dalam perkembangan silek selanjutnya, ada sasaran silek, umumnya silek yang berasal dari kalangan tarekat atau ulama agama Islam menghilangkan unsur-unsur gerakan hewan di dalam gerakan silek mereka karena dianggap bertentangan dengan unsur agama versi mereka.
Baris 149:
{{br}} '''Langkah''' dalam permainan silek Minangkabau mirip dengan langkah berjalan, namun posisinya pada umumnya merendah. Posisi melangkah melingkar yang terdiri dari ''gelek'', ''balabek'', ''simpia'' dan ''baliak'' (Lihat penjelasan istilah ini pada Kurikulum.
{{br}} Adapun pola langkah yang dipergunakan ada yang dinamakan<ref>Soetan Zainoel Abidin gelar Datoek Pamoentjak Alam. Boekoe Silat-Pentjak-Tari. Lintau Tanah Datar (Minangkabau). Tijp Drukk Tschwan Fort De Kock. Tahun cetakan diperkirakan 1944 atau sebelumnya. Diambil dari situs http://www.scribd.com/doc/19632789/Silat-Melayu-Ezine-4 halaman 7/15</ref>
* ''langkah tigo'' (langkah tiga, pola langkah yang membentuk segitiga). Silek yang dimainkan oleh Mak Danin Capek di Cupak Solok, Sumatera Barat, misalnya lebih menekankan penggunaan langkah tiga, sehingga beliaudia menyebutnya sebagai ''Silek Langkah Tigo'' (silat langkah tiga).<ref>http://sahabatsilat.com/forum/aliran-pencak-silat/silek-cupak-mak-danin-capek/</ref>
* ''langkah ampek'' (langkah empat, pola langkah yang membentuk segiempat)
* ''langkah sambilan'' (langkah sembilan) : untuk mancak (pencak)
Baris 166:
 
==== 4. ''Kato Bajawek, Gayuang Basambuik'' (Kata Berjawab, Gayung Bersambut) ====
Alam fikiran Minangkabau memiliki '''konsep berpasangan''', ini dapat dibuktikan dengan banyaknya pepatah yang memiliki isi kalimat berpasangan, contohnya: ''mancari nan baik manulak nan buruak'' (mencari hal-hal yang baik dan menolak hal-hal yang buruk), ''manitiak dari ateh, mambasuik dari bumi'' (menitik dari atas, membersit dari bumi), ''tiok kunci ado pambukaknyo'' (tiap kunci ada pembukanya) dan ''tiok kabek bisa diungkai'' (tiap ikatan bisa dilepas). Hal yang sama berlaku pada silek, setiap gerakan silat ada pemusnahnya, setiap kuncian ada teknik untuk melepaskannya, oleh sebab itu sepasang pemain silat yang mahir mampu bersilat terus menerus tanpa putus dengan mengalir begitu saja.<ref name="youtube.com">http://www.youtube.com/watch?v=F9Up-Ey8LWY</ref> Mereka baru berhenti kalau sudah letih atau capek. Hal yang sama juga terjadi pada peniup [[saluang]], mereka bisa meniup alat musik itu tanpa putus-putus sampai lagu selesai.
 
==== 5. ''Tagang Bajelo, Kandua Badantiang'' (Tegang mengalun, Kendor Berdenting) ====
Baris 172:
 
==== 6. ''Adaik manuruik alua, alua manuruik patuik jo mungkin'' (Alami, logis dan efektif) ====
Tubuh manusia memiliki alur dan pola, gerakan silek harus mengikuti alur tubuh manusia, jangan menentangnya. Konsep ini adalah konsep flow (mengalir) di dalam permainan silat. Jika konsep ini dipakai, maka permainan silek akan terlihat indah dan mengalir, serta aman. Sekali alur itu dilanggar, maka akan terjadi apa yang disebut sungsang (terbalik arah) yang dapat berakibat cedera mulai dari ringan sampai patah. Silek disusun sedemikian rupa dengan mempertimbangan kaedah hukum alam sehingga menghasilkan gerakan yang LOGIS dan EFEKTIF untuk beladiri. Bagaimana mengikuti alur tubuh yang baik dapat dilihat pada gerakan silat yang dimainkan dan dijelaskan oleh David Benitez.<ref>http://www. name="youtube.com"/watch?v=F9Up-Ey8LWY</ref>.
Prinsip umum silat juga dijelaskan oleh Luke Holloway yang menyatakan bahwa gerakan memukul yang diawali dengan '''ancang-ancang rileks''', santai atau tanpa tegangan akan menghasilkan efek pukulan '''lebih keras''' daripada pukulan yang diawali dengan ancang-ancang yang kaku <ref>http://www.youtube.com/watch?feature=endscreen&NR=1&v=u0e3atmlteA</ref>. Efek ini terjadi karena alur dari gerakan alamiah tubuh sendiri.
 
Baris 185:
==== 3. Pakaian ====
Pakaian yang digunakan untuk silek adalah pakaian berwarna hitam yang lebih terkenal dengan sebutan endong atau galembong. Hitam ini sendiri memiliki makna ''tahan tapo'' (tahan terpaan) dan tentu saja pakaian hitam ini lebih baik digunakan untuk silat dibandingkan dengan pakaian putih yang terlihat cepat kotor. Pakaian silek tradisional [[pisak]]-nya sangat rendah sehingga tidak memungkin pelaku silek menyepak terlalu tinggi, tinggi sepakan paling sampai alat vital lawan saja.
{{br}} Tidak semua perguruan yang menuntut [[anak sasian]] atau murid mengenakan pakaian silek. Seorang tuo silek dari Pauh, Kota Padang malah tidak sependapat, dalam hal ini beliaudia mengatakan bahwa silek yang akan dipelajari bukan untuk tarian, melainkan buat membela diri jika diserang musuh, jadi pakaian yang paling bagus dikenakan adalah pakaian yang biasa dipakai sehari-hari.
Dan ada satu atribut silek Minang yang tidak boleh ketinggalan, yaitu kabek kapalo atau ikat kepala,menurut tuo-tuo silek Minang kalau basilek tidak memakai ikat kepala maka pada saat berlatih akan diganggu oleh inyiak balang (Harimau),dan memang sering kejadian dalam berlatih silat tidak menggunakan ikat kepala, suka ada kejadian-kejadian aneh dari lingkungan sekitar sasaran silek tersebut seperti atap yang dilempari batu atau pasir, jendela yang dibanting-bantingkan walaupun tidak ada angin, dan hal-hal aneh lainnya. Secara harfiah mungkin memakai ikat kepala sebagai bentuk penghormatan seorang anak sasian kepada yang menciptakan silat itu sendiri, kepada sang guru dan kepada ''partner'' latihannya.
 
Baris 201:
* Buah : Teknik praktis dalam silek yang merupakan pengembangan dari langkah.
* Isi : Aspek spiritual, penggunaan tenaga dalam, pemahaman hakikat silat atau olah rasa
* Bungo, Pancak atau Mancak (Kembangan): Aspek seni dalam silat untuk hiburan atau pertunjukan. Bungo silek ini sering dijumpai pada acara-acara resmi. Bungo silek adalah kombinasi antara langkah dan buah. Gerakan silek yang ditampilkan seindah dan sebagus mungkin dan kedua pesilat berusaha untuk tidak saling menyakiti dan biasanya diiringi dengan musik tradisional. Tuo-tuo silek sering tampil dalam acara ini sebagai penghormatan terhadap beliaudia.
 
=== {{br}}''1. Langkah (Teknik Melangkah)'' ===