Bawazier: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia (20), Beliau → Dia (2) |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-beliau +dia) |
||
Baris 17:
Adapun risalah lengkap sebagaimana yang tercantum dalam Shahih Muslim adalah sebagai berikut:
Yazid bin Hayyan berkata, "Aku pergi ke Zaid bin Arqam bersama Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim. Setelah kami duduk, Husain berkata kepada Zaid bin Arqam, 'Hai Zaid, kau telah memperoleh kebaikan yang banyak. Kau melihat Rasulullah, kau mendengar sabda
"Kata Zaid bin Arqam, 'Hai kemenakanku, demi Allah, aku ini sudah tua dan ajalku sudah semakin dekat. Aku sudah lupa sebagian dari apa yang aku dengar dari Rasulullah. Apa yang bisa aku sampaikan kepadamu terimalah dan apa yang tidak bisa aku sampaikan kepadamu janganlah kamu memaksaku untuk menyampaikannya.'"
"Kemudian Zaid bin Arqam mengatakan, 'Pada suatu hari Rasulullah berdiri dengan berpidato di suatu tempat air yang disebut Khumm antara Mekkah dan Madinah. Ia memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan, lalu
Husain bertanya kepada Zaid bin Arqam, "Hai Zaid, siapa Ahlul Bait (keluarga) Rasulullah itu? Bukankah istri-istri
Kata Zaid bin Arqam, "Istri-istri
Kata Husain, "Siapa mereka itu?"
Kata Zaid bin Arqam, "Mereka adalah keluarga "Ali", keluarga "Aqil", keluarga "Ja'far" dan keluarga [[Abbas bin Abdul-Muththalib|Abbas]] ."
Baris 51:
Salim bin Abdullah menyelesaikan pendidikannya di daerah Syihr di bawah arahan orang tuannya, atas saran ayahnya Salim berpindah dari satu negeri pegunungan ke negeri pegunungan yang lain untuk mengajarkan ilmu dan melakukan rekonsilisasi damai di antara kabilah yang bertikai. Hal ini mendorong Salim untuk berinteraksi dengan penduduk suku tersebut sehingga ia menikah dengan seorang putri kepala Kabilah di daerah ‘Urf yang bernama Jamilah binti Ahmad bin Ali kepala Kabilah Musailiyin, dan dikaruniai seorang putra bernama Syeikh Sayyid Muhammad bin Salim yang merupakan leluhur keluarga Bawazir yang terkenal sekarang dengan nama wali (penguasa) ‘Urf, karena ia hidup dan meninggal di daerah ‘Urf.
Muhammad (penguasa / wali) merupakan salah satunya ahli waris di Hadromaut dari keluarga Al Wazir (Menteri) yang hijrah dari Iraq dan merupakan Bani Abasyiah pertama yang dilahirkan pertama di Hadromaut. Dua saudara kakeknya yaitu Yusuf dan Umar telah meninggal dan tidak mempunyai keturunan. Kakeknya Abdullah telah meninggal di daerah Syihr dan mempunyai seorang anak yaitu Salim dan dimakamkan di daerah Juwaib sebelah barat Huroh. Ia merupakan salah satu pemuka Ulama Tasawuf pada abad ke 7 hijriah. Di antara sahabat Dia adalah Al-Faqih Muhammad bin Ali Ba’alawi dan Syeih Said bin Isa Al-‘Amudi. Dengan keduanya
Hasil penelitian salah satu tulisan tangan kuno milik salah seorang Syaikh di Huroh, Bahwa di antara guru, Syaikh Sayyid Muhammad bin Salim (Penguasa / Wali ‘Urf) adalah Al-Allamah Al-Imam Muhammad bin Ali pengarang kitab Mirbath, Syaikh Ahmad Al-Hudhudi, Syaikh Ahmad al-Bathini, Al-Allamah Al-Faqih Muhammad bin Ismail Al-Hadromiyi di daerah Zabidi, yang semuanya merupakan ulama-ulama Yaman selain itu
Adapun orang-orang yang belajar kepada Syaikh Sayyid Muhammad bin Salim sangat banyak, di antaranya: Al-Faqih Al Mukadam Muhammad bin Ali Ba’alawi, Syaikh Ali bin Salam Al-Hadromiyi, Imam Al-Faqih Al-Allamah Muhammad bin Ahmad bin Yahya bin Abil Hubb Al - Tarimi, Syaikh Sa’id bin Ali Adz – Dzafari, . Syaikh Sufyan Al-Yamani, Syaikh Ahmad bin Al-Ja’adi Syaikh Sa’id bin Isa Al-Amudi, Syaikh Sa’id bin Umur Balhaf, Syaikh Abdullah bin Muhammad Ba’ibadi dan yang lainnya.
Baris 59:
== Sayyid Abdurrahim bin Umar bin Muhammad bin Salim ==
Syaikh Sayyid Abdurrahim bin Umar ('''Pendiri Kota Ghil Bawazir''') datang ke daerah Sahil pada tahun 706 H untuk mencari daerah yang layak dijadikan tempat tinggal, kemudian diikuti oleh orang sesudah
Dia dan keluarga banyak menyiapkan rumah singgah baik di kota ataupun di desa-desa untuk menjamu musafir pada hari-hari tertentu dan senantiasa melanjutkan tradisi ini. Sebagai contoh kami (penulis) sebutkan rumah-rumah singgah yang ada di daerah Ghil Bawazir, Naq’ah, Roidah Al-Jarhiyain, Rihbah Ibnu Janid, Wadi ‘Adm Wusah, Hauroh, Wadi Al-‘In, Ja’imah, ‘Urf dan yang lainnya.
Setelah berlalu 40 tahun sejak Syaikh Sayyid Abdurrahim bin Umar meletakkan batu pertama kota ini, banyak ahli ibadah yang datang ketika menjelang malam. Pengajar yang aktif mengajar ketika siang. Urusan agama di masjid tidak terlalu berlebihan sehingga merusak tatanan kehidupan dunia. Sebaliknya tatanan kehidupan dunia tidak terlalu berlebihan sehingga merusak urusan agama, antara kehidupan agama dan kehidupan dunia seimbang. Di setiap waktunya
Demikianlah peran serta Syaikh Sayyid Abdurrohim bin Umar bagi lingkungan sekitarnya baik dibidang agama khususnya pendidikan ataupun ekonomi sosial. Ia menghabiskan sisa umurnya untuk beribadah sampai akhir hidupnya. Ia meninggal pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 747 H dan dimakamkan di samping masjid dekat dinding sebelah timur (sekarang terletak di dalam mesjid). Ia meninggalkan 3 orang anak yaitu Said, Utsman dan Ahmad, mereka semua termasuk anggota keluarga Bawazir di daerah Al-Ghil. ”<ref name="Alwazir">Al Mukhtashir fi Tarikh Hadramaut oleh Muhammad Abdul Qadir Bamathraf( آل باوزير كما ذكروا في كتاب : المختصر في تاريخ حضرموت العام- تأليف محمد عبد القادر بامطرف )</ref>.
|