Kerajaan Padang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dickind (bicara | kontrib)
link video
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia (11), Beliau → Dia (2)
Baris 2:
Lihat Video Kondisi Istana Kerajaan Negeri Padang disini [https://www.youtube.com/watch?v=zt57_atgYGQ&feature=youtu.be http://youtu.be/zt57_atgYGQ]
 
'''Kerajaan Padang''' adalah kerajaan Melayu karena diikat oleh agama Islam, beradat resam Melayu & berbahasa Melayu, yang kini menjadi Kota Tebing Tinggi, Bandar Khalifah dan sekitarnya.
 
Dimula tahun 1607 dibawah kepemimpinan Iskandar Muda,  Aceh semakin berjaya. Ia menaklukkan Sumatera
Baris 28:
menyebut anak yang diangkat bukan dari pemberian orang tua kandungnya langsung,
namun dianggap anak yang diutus Tuhan)'', kehadiran Umar ternyata membawa
tuah, istri raja akhirnya melahirkan. Anak yang dilahirkan tersebut dinamai ''Raja Betuah Pinangsori''.
 
Di wilayah Tongkah ini, diketahui adanya
Baris 38:
melanjutkan perjalanannya ke hilir. Menyusuri hutan Tongkah menuju wilayah
Bajenis (kini Kota Tebing Tinggi). Di wilayah yang berpadang di tempat
tersebut, beliaudia memulai membangun kekuasaan dengan gelar ''Baginda Saleh Qamar'' pada 1630. Inilah awal berdirinya Kerajaan
Padang, awal mula pemerintahan di Tebing Tinggi dan sekitarnya. BeliauDia mangkat
pada 1640.
 
Baris 46:
aksara arab berbahasa Melayu asal-usul berdirinya Kerajaan Padang, bercerita
bahwa keturunan raja di negeri Padang yakni turunan dari sebuah wilayah di hulu
raya.
 
Pada zaman dahulu adalah bangsawan
Baris 105:
putra yang bernama ''Marah Ali Maluddin''
yang bernobat di kampong Perbatu di negeri Padang, putranya bernama ''Marah Jana'' mendirikan Tanjung Merawa –
Senembah (makam beliaudia di Kampung Batu Bedimbar). Cucunya dari ''Marah Dewa'', bernama ''Datuk Raja Paterum gelar Johan Pahlawan'' (Raja Tanjung Merawa)
menikah dengan putri kejeruan Senembah di Sei Bahasa,1723, semasa awal
berdirinya Serdang.
Baris 123:
 
Di masa Sultan Deli,
Tuanku Ma'mun Al-Rasyid Perkasa Alam Shah, beliaudia bertitah
pada 9 Oktober 1907, bahwa Bandar Khalifah milik Kerajaan Padang di Tebing
Tinggi sebagai Pelabuhan Resmi Kerajaan Padang, disebut juga sebagai Pelabuhan
Baris 158:
yaitu  ''Raja'' ''Zaenab'' yang menikah dengan ''orang
Barus''. Setelah Tuanku Umar Baginda Saleh 
mangkat 1640, Raja beralih kepada Marah Sudin.
 
Marah Alimaludin memperluas wilayah di sekitar
Baris 165:
Tanjung Kasau. Putra yang lain, Sutan Ali menguasai wilayah Bulian. berikutnya
beraja pula Marah Saladin yang terpusat di Bulian. Di zamannya terkisah banyak
kejayaan, meski umur beliaudia tidak panjang. Setelah itu dirajakan Marah Adam,
dan 1780 berganti ke Syahdewa, selanjutnya Raja Sidin,serta Raja Jamta Malayu
gelar Raja Tebing Pangeran. 
 
Di masa ''Raja Jamta Melayu'' yang sewaktu kecil disebut ''Marah Titim'' inilah terbentuk negeri yang bernama Tebing Tinggi
hingga beliaudia bergelar ''Raja Tebing
Pangeran''. Di masa beliaudia 1806 - 1853, Tebing Tinggi banyak berbenah sebagai
pusat perdagangan dan tata nilai lainnya.
 
Baris 183:
catatan; Jamta Malayu atau Raja Tebing Pangeran mengajak salah seorang putranya
''Raja Syah Bakar'' (dialek tempatan
menyebut dengan: ''Raja Syahbokar'')  untuk membantu beliaudia mengatasi upaya
ekspansi Deli 1853. Deli dengan bantuan Bedagai melakukan penyerangan, yang
juga melibatkan ''Panglima Daud'',
Baris 223:
 
Di masa pemerintahan ''Marahuddin'' gelar ''Tengku Haji Muhammad Nurdin'' (1870 – 1914), banyak terjadi kerjasama
dengan Raya dan lainnya. Meski Deli menganggap beliaudia sebagai Wazir Deli dengan
gelar Maharaja Muda, namun Raja Raya sangat mengakui penuh status raja beliaudia;
bahkan Raja Raya banyak belajar sistem pemerintahan kepada kerajaan Padang, di
satu sisi kerajaan Padang memperoleh bantuan pasukan dari Raya. Walau pernah
Baris 237:
dari etnis china. Secara berkala Tengku Sortia tetap melaporkan kondisi
perkebunan ke Bulian di Tebing Tinggi (ibu negeri kerajaan Padang) karena
beliaudia juga Tengku Penasihat, hingga perkebunan ini menjadi aset penting bagi
kerajaan Padang hingga masuk revolusi sosial 1946. Di wilayah Tongkah ini,
Sortia cukup disegani dan dianggap memiliki kharisma tersendiri, hingga
Baris 247:
dari wilayah Tongkah. Zuriat Raja Tebing Pangeran yang berada di Bandar
Khalifah bekerjasama dengan kaum dari Orang kaya Majin gelar Indra Muda Wazir
Bandar Khalifah, menghidupkan perekonomian kerajaan ini.
 
Tengku Muhammad Nurdin yang lahir
Baris 259:
menolak lalu dipanggil Sultan Deli ke Medan, tapi cuma bertemu orang besar
bernama Tengku Usup. Karenanya pada 1885 Maharaja Padang – Tengku Haji Muhammad
Nurdin diturunkan. BeliauDia digantikan puteranya Tengku Burahman yang diawasi
Tengku Sulaiman - Deli.
 
Muncullah pemberontakan yang turut
Baris 268:
 
Pada 1914 Maharaja meminta berhenti
karena uzur. Putera beliaudia dari Puansuri Tengku Syarifah Jawiyah – Kedah, yaitu
Tengku Alamsyah masih berhalangan, maka untuk sementara diangkatlah pejabat,
yaitu Tengku Ibrahim dan Tengku 
Baris 289:
tuduhan Deli yang tidak berdasar. Upaya Sortia membawa hasil, pinjaman
tersebut diputihkan oleh Deli karena ikhtikat utusan kerajaan Padang tersebut
mempertemukan Tengku Alamsyah dengan Sultan Deli pada 14 Maret 1935.
 
Di saat kepergian