Pangeran Anglingkusumo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pangeran Anglingkusumo
Tag: tanpa kategori [ * ] mengosongkan halaman [ * ]
 
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia (6), Beliau → Dia (3)
Baris 1:
Pangeran Anglingkusumo atau lengkapnya yakni Kanjeng Pangeran Hario H. Anglingkusumo (KPH. H. Anglingkusumo) adalah putra dari Sri Paduka KGPAA Paku Alam IX Al Haj. BeliauDia adalah memiliki istri bernama Ir. KRAy. Hj. Setianingsih Moerwengdyah Anglingkusumo, S.Pd.,M.Eng. yang juga akrab disapa dengan sebutan Bunda Angling.
 
BeliauDia memiliki 3 orang putri, yakni :
# RA. Retno Setyoboma Savitri Kusumoputri, S.H.,M.M. (BRAy. Warsitonagoro).
# RA. Dyah Renggowati Retno Puasa Setyawati Kusumodewi, S.Sos. (BRAy. Satyonagoro).
Baris 16:
 
Seiring dengan bertambahnya usia, Kanjeng Angling terus menekuni berbagai bidang yang langsung dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Di tahun 1979 mendirikan Yayasan Notokusumo yang bergerak di bidang pendidikan tinggi Keperawatan dan Administrasi Negara. Bidang kesehatan pun ditekuninya. Kanjeng Angling adalah salah seorang pendiri Rumah Sakit Ludira Husada Tama Yogyakarta.
Kecintaannya terhadap peninggalan budaya leluhur diujudkan dengan ketekunannya mengelola Museum Pura Pakualaman.
 
Banyak hal bisa dilakukan secara bersamaan. Kanjeng memilih berwiraswasta. Sebagai putra seorang Wakil Gubernur pastilah mudah untuk menjadi PNS. Tapi lain dengan kanjeng Angling. Berbisnis sebagai agen Pertamina serta pemborong bangunan dan jasa konstruksi menjadikan Kanjeng Angling berkiprah lebih leluasa.
Baris 22:
Ketajaman di bidang ajaran luhur Pura Pakualamanpun terus diasahnya. Dalam berbagai tulisannya, Kanjeng Angling menyebutkan, Paku Alam V adalah peletak dasar intelektualisasi Dinasti Paku Alam yang mendorong putra-putra PA beserta sentana Paku Alam untuk menempuh studi di perguruan yang maju bahkan sampai ke luar negeri. PA V berpandangan bahwa pembentukan intelektual itu merupakan kebutuhan mendesak dan mendasar.
 
Disebutkan Kanjeng Anglingkusumo, dalam alam perjuangan melawan penjajahan Belanda tempo dulu, nama-nama seperti Kusumoyudo, Notosuroto, Notodiningrat dan Soerjopranoto. Bahkan yang paling terkenal dalam pergerakan kebangsaan adalah dari dinasti Pakualaman, yakni Suwardi Soerjaningrat yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara.
 
Dua yang terakhir telah mampu menggoncangkan kolonial. Soerjopranoto lewat SI dan Sarikat Buruhnya, sedangkan Ki Hajar lewat Indische Partij, Komite Bumi Putera dan Tamansiswa sebagai tempat pergerakannya.
Baris 28:
Menurut Kanjeng Angling, selain sebagai Pendidik, Sri Paku Alam V juga sebagai seorang ekonom yang membenahi ketidakseimbangan keadaan negeri Pakualaman. Sementara itu, ketokohan Soewardi Soerjoningrat sebagai cucu Sri Paku Alam III nampak nyata sekali pada waktu bersama-sama dengan Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo memimpin Indische Partij. Pergerakan ini diam-diam didukung oleh Sri Paku Alam VII. Karena Sri Paku Alam sadar bahwa perjuang itu untuk menumbuhkan semangat kebangsaan bagi seluruh rakyat yang masih terjajah.
 
Kanjeng Anglingkusumo tergerak untuk menekuni dunia pendidikan dikarenakan mengikuti jejak pendahulunya. Pangeran Notodiprodjo, putra Sri Paku Alam V dengan kesadarannya mendirikan Yayasan Beasiswa Darmoworo guna membiayai dan membantu orang-orang Jawa yang ingin melanjurkan studi ke Eropa.
 
Sebagai sosok yang berwirausaha penuh serta terjun langsung membidani lahirnya perguruan tinggi swasta mampu menginspirasi seorang mantan Fungsionaris Koperasi Mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga (sekarang UIN) tahun 1998 – 2001, Ahmad Baihaki AM.
 
Ahmad menyebutkan, penekanan Kanjeng Angling terhadap gerakan moral dengan strategi kultural merupakan ciri beliaudia. Kata Baihaki:”Belaiau cukup smart, analisis tajam, detail tapi sangat komprehensif dalam pengambilan keputusan. Dimenasi spiritual wirausaha menjadikan beliau sebagai entrepreneur yang bisa menjadi suri tauladan umat.”
 
Profesor Dr Amri Yahya (alm) pernah membuat catatan bahwa KPH Anglingkusumo adalah satu-satunya keturunan langsung alm. Paku Alam VIII yang memiliki kepedulian tinggi terhadap dunia pendidikan, seni dan budaya.
Baris 43:
 
Di mata Azwar AN, KPH Anglingkusumo telah berhasil mendidik dan menempatkan istrinya. Di era gender seperti saat ini, Ir. KRAy. Hj. Setianingsih Moerwengdyah Anglingkusumo S.Pd.,M.Eng. yang berpendidikan modern itu tetap dapat menempatkan diri selaku istri yang tut wuri. Bahkan, Bu Angling juga sangat conceren terhadap pengembangan seni dan budaya di dalam dinasti Pakualaman serta di tempat lain.***
 
 
'''Pangeran Anglingkusumo dan Suksesi Pakualaman'''
Baris 49 ⟶ 48:
Pada rapat pleno ahli waris tanggal 25 November 1998 disepakati, ” Proses Suksesi merupakan Hak Eksklisif ahli waris KGPAA. Paku Alam VIII, untuk itu ahli waris melakukan dengan musyawarah dan mufakat.
Hal yg sama disampaikan oleh sesepuh Hudyono pada rapat kerabat 23 November 1998 di Jakarta, ”Suksesi Pimpinan Projo Paku Alaman dan Kepala Keluarga Besar Trah Pakualaman adalah bersifat intern keluarga dank arena itu diselesaikan oleh Ahli Waris Sri Paduka KGPAA. Paku Alam VIII alm.Yang terdiri dari 2 Garwo dan para putra kakung serta putri.
Terjadi rapat keluarga pada tgl 7 Maret 1999, dibahas antara lain masalah Paugeran Jawi (hukum adat tidak tertulis) dan Ibu sepuh (ibu yg dituakan). Pada rapat tersebut diakui oleh KRAy.Purnamaningrum bahwa beliaudia adalah istri yang MUDAdengan panggilan diajeng/adik dan KRAy.Ratnaningrum adaah istri yang DITUAKAN dengan panggilan Mbakyu/kakak. Hal tersebut merujuk pada bukti-bukti lain:
1. Merujuk pada Janji yg diucapakan oleh KGPAA. Paku Alam VIII dihadapan kakek kandungnya SISKS PB X ketika meminang KRAy. Ratnaningrum sebagai istri untuk apabila putri Solo tersebut (KRAy. Ratananingrum) datangnya belakangan supaya dijadikan ISTRI yang nomer 1/ DITUAKAN. DITUAKAN artinya adalah apabila anak pertama dr istri yang dituakan lali-laki maka posisinya akan dituakan/atau merupakan anak pertama yang berhak atas Tahta. Adanya Janji tersebut merujuk pada bukti-bukti antara lain;
• Surat Keterangan Resmi SISKS PAKOE BUWONO XII,
Baris 63 ⟶ 62:
Pihak KPH. Ambarkusumo juga tidak mendudukkan hak dan kewajibannya sebagai Paku Alam terhadap adik-adiknya dan tidak mendudukkan / membagikan hak waris dari seluruh ahli waris yang sah baik itu merupakan harta pribadi mendiang Alm. KGPAA.Paku Alam VIII ataupun Harta Keprabon/ Harta Kerajaan sampai detik ini. Pihak KPH. Ambarkusumo juga melakukan bongkar paksa terhadap kamar mendiang alm.KGPAA.Paku Alam VIII dan mengambil semua barang-barang berharga secara sepihak. Pihak KPH. Ambarkusumo juga melakukan bongkar paksa terhadap museum Puro Pakualaman yang selama ini dikelola oleh KPH. Anglingkusumo.
Dengan demikian maka pihak KPH. Probokusumo menyatakan bahwa Jumenengan KPH. Ambarkusumo TIDAK SAH dan CACAT HUKUM dengan tidak adanya persetujuan dari seluruh Ahli Waris Tahta yang Sah, tidak menggunakan Akta Notaris yang diakui oleh hukum Negara dan Hanya berdasarkan Deklarasi yang mengatasnamakan Hudyono yang melanggar AD-ART Hudyono serta yang notabene hanya berfungsi sebagai mediator. Hudyono tidak memiliki mandat dari Ahli Waris untuk melakukan Jumenengan dan tidak memiliki Hak untuk memilih atau menjumenengkan seorang raja di dalam AD-ARTnya.Paguyuban Hudyono sendiri adalah paguyuban yang Tidak Berbadan Hukum/Tidak punya Akta Notaris Pendirian sehingga Deklarasi tersebut Tidak memiliki dasar hukum/ Cacat Hukum.
Perlu diketahui bahwa setelah KGPAA. Paku Aam VIII mangkat maka tas kantor yang selalu dibawa beliaudia sehari-hari yang berisi 3 map, uang dan kunci brankas (menurut keterangan abdi dalem yang meladeni beliaudia sehari-hari dan yang terakhir membantu beliaudia memasukan isi tas tersebut) HILANG sampai sekarang tidak diketemukan. Yang kami ketahui terjadi adalah pernyataan KRAy. Punamaningrum yang mengatakan bahwa beliaudia menemukan kunci brankas kuno yang berada di dalam kamar almarhum yang notabene berada didalam TAS yang HILANG (menurut keterangan abdi dalem yang terakhir memasukan isi tas sebelum KGPAA. Paku Alam VIII mangkat). Tas tersebut diDUGA berisi SURAT WASIAT yang ditinggalkan almarhum mengingat berdasarkan keterangan wartawan sejak tahun 1989 sebetulnya BeliauDia telah menunjuk pengganti/ Putra Mahkota.
 
 
'''Mencuatnya Kembali Permasalahan Suksesi Puro Paku Alaman'''