Dayah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Carriearchdale (bicara | kontrib)
k WPCleaner v1.33 - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Templat dengan kontrol karakter Unicode)
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia
Baris 2:
{{unreferenced}}
 
[['''Dayah]]''' (dalam [[bahasa Arab]]; زاوية zawiyah. Arti harfiahnya adalah sudut, karena pengajian pada masa [[Rasulullah]] dilakukan di sudut-sudut [[mesjid]]). Dibeberapa negara muslim lain dayah atau zawiyah juga lazim disebutkan sebagai sekolah [[agama Islam]] ([[madrasah]]) Di Indonesia penyebutan dayah untuk sebuah [[lembaga]] pendidikan agama Islam adalah di [[Aceh]] (di pulau [[Jawa]] disebut [[pesantren]], asal kata "pe-santri-an". Artinya tempat para [[santri]] menetap dan menimba [[ilmu]]).
 
== Dayah di Aceh ==
[[Berkas:Dayah near mosque.JPG|thumb|right|240px|Suasana sebuah dayah yang berdiri di lingkungan Mesjid]]
Pada zamana pra-kolonial di Aceh, dayah adalah satu-satunya institusi pendidikan resmi [[Kesultanan Aceh Darussalam]]. Dayah berdiri hampir disetiap gampong (desa) dan menjadi tempat anak-anak belajar aksara Arab. Struktur kelembagaan dayah di Aceh dari yang terendah hingga tertinggi adalah sebagai berikut: Meunasah, Rangkang, Dayah, Dayah Teungku Chik, terakhir Jami'ah.
Sejarah dayah pertama yang diyakini hingga sekarang adalah Dayah Cot Kala di Aceh bagian timur, dianggap juga sebagai lembaga pendidikan Islam pertama di [[Asia Tenggara]]. Dayah Cot Kala didirikan pada masa awal berkembangnya agama Islam di Nusantara. Pada masa berikutnya ada dayah Seureule yang diasuh oleh Teungku Sirajuddin, berdiri sekitar tahun 1012-1059 M. Kemudian dayah Blang Peuriya yang didirikan oleh Teungku Ya'kob pada 1153 M, berdiri sampai dengan tahun 1233 M. Dayah Batu Karang di Kerajaan Tamiang yang didirikan oleh Teungku Ampon Tuan. Terakhir dayah Keuneu'eun di [[Aceh Besar]] yang didirikan oleh Syaikh Abdullah Kan'an seorang ulama berkebangsaan [[Palestina]].<ref name="akses 29-05-2013">[http://aceh1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=dayah| Sejarah Dayah| http://aceh1.kemenag.go.id| akses 29-05-2013]</ref>
Kesultanan Aceh pada masa kejayaannya juga mengelola sebuah lembaga resmi dayah tertinggi di ibukota Kesultanan Aceh yang disebut sebagai Jami'ah Baiturrahman.
Pada masa berikutnya banyak berdiri dayah-dayah tua di Aceh, di antaranya yang besar adalah: Dayah Tanoh Abee berdiri tahun 1823 M di Aceh Besar. Dayah Tiro di kecamatan Tiro Pidie didirikan pada tahun 1781 M oleh ulama Tiro yang kelak keturunannya menjadi keluarga besar pahlawan nasional [[Teungku Chik Di Tiro]].<ref>[http://aceh1.kemenag.go.id/index.php?a name=artikel&id2=dayah| Sejarah Dayah| http://aceh1.kemenag.go.id| "akses 29-05-2013]<"/ref>
 
== Bentuk fisik dayah ==
Dayah adalah sebuah lembaga otonom yang menangani pembelajaran dan pendidikan agama. Dayah didirikan dan dikelola oleh seorang teugku chik atau biasa dipanggil Abu, Abi atau Walid. Teungku chik secara otomatis mengatur semua kegiatan baik berupa pengajian maupun pembangunan dayah. Lahan pertapakan pembangunan sebuah dayah adalah pada tanah berstatus wakaf masyarakat umum maupun milik pribadi teungku pimpinan. Masyarakat sekitar dayah biasanya adalah donatur utama sebuah dayah. Pada masa lalau mereka membantu pembangunan secara fisik secara gotong royong dan memberikan sebagian hasil pertanian mereka untuk mencukupi kebutuhan dayah. Untuk kehidupan para teungku dan guru maupun santri miskin didayah para orang kaya tuan tanah juga menyerahkan tanah-tanah garapan untuk bisa dikelola oleh para teungku untuk pekerjaannya sehari-hari.
 
Dalam sebuah dayah baik salafi maupun modern terdapat sebuah balai mushala tempat shalat berjama'ah dilaksanakan setiap waktu shalat. Terdapat juga deretan bilik nginap bagi santri yang mondok, beberapa unit balai pengajian yang biasanya berkontruksi kayu. Sarana penunjang sebuah dayah adalah dapur umum, sarana olahraga, tempat wudhu dan sanitasi lainnya. Terkadang ada dayah yang juga mendirikan masjid didalamnya, tetapi ini sangat jarang adanya. Sedangkan khusus untuk dayah modern sarana lainnya adalah berupa unit sekolah yang lengkap meliputi ruang belajar, laboratorium dan perpustakaan, gedungnya pun berkonstruksi permanen.
 
Antara lingkungan santri pria dan wanita dipisahkan oleh pagar tinggi yang dihubungkan oleh satu gerbang kecil yang menghubungkan dua kompleks. Rumah pimpinan berada dilingkungan dayah wanita sementara pada dayah pria biasanya lebih bebas akses keluar masuknya. Interaksi bebas antara santri pria dan wanita sangat jarang terjadi, sehingga meskipun berasal dari almamater yang sama di antara mereka sangat jarang bisa saling mengenal.
 
== Pendidikan dan kegiatan ==
Santri dayah salafi menjalankan sistem belajar mengajarnya dengan sistem yang nyaris tak berubah sejak ratusan tahun. Mereka mempelajari kitab kuning berbahasa karangan para ulama abad pertengahan dan menyesuaikan konteksnya dengan masa kini. Sumber ilmu rujukan adalah dari ulama bermazhab Syafi'i dan beraliran Ahlussunnah wal Jama'ah.
 
Proses belajar mengajar dilakukan hingga beberapa kali dalam satu hari satu malam. Dimulai pertama sejak usai shalat subuh berjama'ah dipagi hari hingga usai shalat Isya setiap malam. Kegiatan belajar mengajar itu diselingi dengan kegiatan normal lainnya berupa istirahat, makan serta jam bebas yang biasanya digunakan untuk saling berinteraksi sesama santri.
Baris 31:
Dayah di Aceh merupakan lembaga [[pendidikan]] tradisional [[Islam]] yang bertujuan untuk membimbing generasi Islam secara umum melalaui pendidikannya untuk menjadi manusia yang berkepribadian islami. Lulusan dan alumni dayah dididik sanggup menjadi sosok yang berguna bagi kehidupan masyarakat luas secara total.
 
Secara historis dan kultural masyarakat Aceh, dayah di Aceh telah sejak lama dijadikan sebagai pusat pelatihan yang secara otomatis menjadi pusat berkembangnya agama dan budaya Islam yang berlaku ditengah [[masyarakat]] di Aceh. Dayah-dayah di Aceh dapat dikatakan sebagai "bapak" dari pendidikan Islam yang didirikan berdasarkan tuntutan dan kebutuhan zaman. Bagi mastarakat Aceh adanya dayah adalah sebagai salah satu poin pelaksanaan kewajiban agama Islam dalam hal ini tentang pendidikan agama. Dari dayah bermunculan ulama dan kadernya yang menjadi penentu keberhasilan dakwah dalam agama Islam.
 
Para pendiri dan pengasuh dayah merupakan tokoh sentral dalam sebuah masyarakat. Para teungku dayah bahkan memimpin masyarakat baik secara sosial maupun politik. Tidak sedikit ulama-ulama dayah yang terkenal, baik dari segi keilmuannya juga dari sumbangsihnya kepada negara. Dayah seringkali menjadi tempat rujukan setiap permasalahan sosial dan politik ditengah masyarakat Aceh. Teungku-teungku dayah senantiasa menjadi penasehat utama pemerintah yang berkuasa, bahkan penjajah Belanda pada masa setelah memadamkan perlawanan gerilya pejuang Aceh juga ikut menerima beberapa saran dan arahan dari teungku dayah.
 
Aceh yang nyaris tak pernah sepi dari konflik semenjak ekspedisi militer Belanda di Aceh pada penghujung abad ke-19 membuat posisi teungku dayah menjadi sosok utama ditengah masyarakat. Banyak ulama-ulama Aceh yang syahid, gugur di medan perang melawan penjajah, membela negara dan tanah air, seperti [[Teungku Chik Di Tiro]], [[Teungku Chik Kuta Karang]], [[Teungku Fakinah]] dan seumpama beliaudia. Mereka ini adalah lulusan dayah yang mengabdikan hidupnya menjadi pemimpin masyarakat pejuang pada masanya. Setelah kemerdekaan Indonesia para teungku dayah sebagian meleburkan diri kedalam gerakan memperjuangkan berdirinya negara Indonesia di Aceh. Demikian juga gerakan perlawanan yang terus terjadi di Aceh hingga tahun 2005, tak urung dalam banyak peristiwa bersejarah para teungku dayah juga terlibat didalamnya.
 
Sekarang sudah banyak dayah-dayah di Aceh, dari berbagai jenis. Dayah Salafiyah masih bertahan dengan sistem pendidikan yang diwariskan turun-temurun dari satu generasi ke generasi. Salah satu contoh terbaik sistem Dayah di Aceh adalah Dayah [[MUDI Mesra]] yang merupakan Dayah dengan alumni terbanyak saat ini di provinsi Aceh.
Baris 45:
==Referensi==
<references/>
 
{{islam-stub}}
 
[[Kategori:Islam di Aceh]]
 
 
{{islam-stub}}