Bagus warsono
Bergabung 27 Juli 2013
Konten dihapus Konten ditambahkan
→SEGA LENGKO KINI TAK BERDAUN PISANG: bagian baru |
→Seniman bukan sastrawan: bagian baru |
||
Baris 1.046:
Menurut hj Umamah (80th), veteran perang kemerdekaan pensiunan legiun veteran Indramayu yang dulu sebagai penjual nasi lengko ternama di Sindang Indramayu, nasi lengko sulit untuk dijaga keasliannya, diikarenakan bahan baku, dan juga keinginan penjual dan pembeli yang serba ingin praktis. Ketiadaan daun pisang (daun pisang klutuk pisang biji) adalah kegagalan pemerintah dalam membangun perekonomian keluarga. Dulu setiap pekarangan rumah hampir dijumpai tanaman pisang, namun kini masyarakat enggan menaman pisang di pekarangan rumah. Apalagi semua desa dipinggiran kota kini berkembang menjadi kota menjadi semakin sempit pekarangan rumah. Hj Umamah dulu membeli daun pisang dari tetangga yang memiliki tanaman pisang untuk pembungkus segalengko.
Nasi lengko khas Indramayu yang dulu dijumpai di pasar Mambo diwaktu sore menjelang malam kini tak kelihatan lagi. Yang tubuh berkembang adalah warung sega jamblang yang merupakan kuliner khas Cirebon. Akankah sega lengko tetap lestari atau berkembang tergantung dari kemauan warga penerus warisan pendahulu itu. Sega lengko kini saja tetap disebut sega lengko walau tak berdaun pisang. (agus Warsono/masagus)
== Seniman bukan sastrawan ==
Sastra juga seni, dan seni 'bukan' sastra.
Sastrawan adalah seniman, dan seniman 'bukan. sastrawan.
Kata 'bukan' merupakan sebuah penegasan. Kita tidak menggunakan pengganti kata 'bukan' dengan 'belum tentu' atau 'tidak berarti' atau 'tidak selalu'.
Kata 'bukan' itu saya maksudkan karena sastrawan merupakan profesi tersendiri.
Walaupun banyak orang memiliki profesi ganda, menjadi pelukis juga sastrawan, guru juga sastrawan, atau ilmuwan juga sastrawan, dramawan juga sastrawan, atau penyanyi juga sastrawan.
Hal mengenai profesi ganda bukan barang baru di Indonesia. Di Amerika misalnya, seorang berprofesi tukang kayu juga adalah berprofesi sebagai wasit tinju.
Kenapa banyak orang Indonesia berprofesi ganda, sebagai dosen misalnya juga sebagai sastrawan. Jawabannya karena produk sastrawan di Indonesia belum sampai untuk dapat mencukupi sembako "empat sehat lima sempura", "sembilan bahan
pokok", atau kebutuhan primer dan sekunder orang Indonesia. Namun tidak sedikit sastrawan yang berhasil dan sukses karena ketekunannya. Belum lagi jika produknya dicetak, sastrawan berikut buah karyanya dikontrak penerbit, royaltinya berlaku sampai ahli waris. Sastrawan Indonesia Makmur.
(20-08-13)
|