Ishak Daud: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rt sukowi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Andriana08 (bicara | kontrib)
k sinkronisasi data
Baris 18:
|laterwork =
}}
'''Ishak Daud''' ({{lahirmati|[[Blang Geulumpang, Idi Rayeuk, Aceh Timur]], [[Aceh]]|12|1|1960|[[Peureulak]], [[Aceh]]|8|9|2004}}) adalah Panglima GAM wilayah [[Peureulak]]. Dia pernah dipenjarakan oleh pemerintah [[Republik Indonesia]], namun dibebaskan kembali pada masa pemerintahan presiden [[Abdurrahman Wahid]], [[21]] [[Mei]] [[2000]]. Selanjutnya, dia bergabung kembali dengan GAM, dan meninggal pada suatu peristiwa penyergapan oleh [[TNI]], tahun [[2003|2004]].
 
== Biografi ==
Ishak lahir di Desa Blang Glumpang Kuala Idie, Kecamatan Idie Rayeuk, [[Aceh Timur]] pada 12 Januari 1960. Ia adalah anak pertama dari pasangan Muhammad Daud bin Tengku Basyah dan Nuriah. Semasa kecil, Ishak tinggal di lingkungan desa yang rata-rata hidup di bawah garis kemiskinan. Ayahnya bekerja sebagai nelayan, sedangkan ibunya berjualan kue. Ishak Daud merasa tidak pernah puas dengan kondisi itu, pada awal tahun [[1984]], saat usianya 24 tahun, Ishak memutuskan merantau ke [[Malaysia]]. Di negeri jiran itu, Ishak Daud bekerja serampangan, sebagai kuli bangunan atau penjaga restoran. Karena tak tahan hidup seperti itu di Malaysia, Ishak Daud memutuskan merantau ke [[Singapura]]. Apalagi banyak orang [[Aceh]] di negeri situ. Sama seperti di Malaysia, Ishak Daud juga bekerja serabutan, dari buruh bangunan hingga sopir angkutan. Di Singapura pula Ishak Daud mulai mengenal [[Gerakan Aceh Merdeka]], apalagi saat itu banyak aktivis Aceh Merdeka menggelar pertemuan politik. Praktis, selama bekerja di [[Singapura]] Ishak sering mengikuti pertemuan tersebut. Ini pula yang membuka wawasannya tentang sejarah Aceh. Pada [[Juni]] [[1987]], Ishak akhirnya disumpah oleh [[Tengku Abdullah Musa]] sebagai anggota [[GAM]]. Apalagi Hasan Tiro yang mengendalikan GAM dari [[Swedia]] butuh pemuda Aceh untuk dididik pendidikan militer dan dikirim ke Libya. Ishak Daud termasuk dalam rombongan 40 orang pemuda Aceh yang dikirim ke [[Libya]]. Sepulang dari Libya, dia singgah di [[Singapura]] selama 12 hari. Ishak Daud pun memutuskan pulang ke Aceh melalui Pelabuhan [[Tanjung Balai]]. Dari sana ia naik bus dan kembali ke kampung halamannya di Idi Rayeuk. Awalnya dia bekerja sebagai pedagang Ikan dan diam-diam merekrut pemuda untuk terlibat GAM. Ishak termasuk tokoh pertama yang mengibarkan bendera Aceh Merdeka di SMA Idi Rayeuk, Aceh Timur pada [[4]] [[Desember]] [[1989]] setelah pengibaran bendera di Gunung Halimun, Pidie, yang dilakukan Hasan Tiro pada [[4]] [[Desember]] [[1976]]. Pada [[20]] [[Mei]] [[1990]], Ishak Daud menyerang pos ABRI di Buloh Blang Ara, Aceh Utara. Dalam penyerangan itu, dua tentara dan seorang pelajar SMP meninggal. Kelompok Ishak Daud juga berhasil mengambil 22 pucuk senjata M-16 dan senjata jenis minimi. Untuk perbuatannya tersebut, Ishak Daud divonis 20 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri [[Lhokseumawe]]. Sidangnya digelar di Sabang karena dalam beberapa persidangan sebelumnya, Ishak Daud selalu dielu-elukan oleh simpatisannya. Saat itu, Ishak disebut-sebut sebagai Kepala Biro Penerangan Aceh Merdeka. Namun, Ishak Daud hanya sempat menjalani hukuman dua tahun saja, karena pada masa kepemimpinan Presiden [[Abdurrahman Wahid]], [[21]] [[Mei]] [[2000]], Ishak Daud dibebaskan. Ishak memutuskan kembali bergabung dengan GAM, posisi terakhirnya sebagai Panglima GAM Wilayah Peureulak-Teumieng. Ishak meninggal dalam sebuah penyergapan oleh TNI pada akhir tahun 2003[[2004]].
 
== Referensi ==