Seni rupa Buddhisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Lawinc82 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
JThorneBOT (bicara | kontrib)
clean up, removed: {{Link FA|es}}, {{Link FA|zh}}, {{Link FA|de}}
Baris 1:
[[Berkas:Prajnaparamita Java Side Detail.JPG|thumb|right|300px|Arca [[Bodhisatwa|Bodhisatwadewi]]dewi [[Prajnaparamita|Prajñāpāramitā]], salah satu mahakarya seni rupa Buddha dari Jawa. Kini dipamerkan di [[Museum Nasional Indonesia]], Jakarta]]
{{Buddhisme}}
'''Seni rupa Buddha''' atau '''Seni Buddhis''' adalah [[seni rupa]] yang dipengaruhi ajaran [[Agama Buddha]]. Karya seni ini meliputi beberapa media seperti: [[arca]], [[relief]], dan [[lukisan]] yang menampilkan [[Buddha]], [[bodhisatwa]], dan entitas lainnya; tokoh-tokoh Buddhis yang terkenal, baik tokoh sejarah atau pun tokoh mitologis; adegan kisah kehidupan para tokoh Buddhis; benda-benda yang dikaitkan dengan praktik ritual Buddha seperti [[wajra]], [[genta]], dan [[stupa]]; [[mandala]] dan media pencitraan lainnya; arsitektur [[candi]] dan [[wihara]] Buddha, juga termasuk seni rupa Buddha.<ref>{{cite web|author=Buddha Net|title=Buddhist Art & Architecture|url=http://www.buddhanet.net/gallery.htm|publisher=buddhanet.net|accessdate=2 Februari 2014}}</ref>
 
Seni rupa Buddha berasal dari [[anak benua India]] berdasarkan sejarah kisah kehidupan dan ajaran [[Gautama Buddha|Siddhartha Gautama]], pada abad ke-6 sampai ke-5 SM, berkembang dan berevolusi karena bersentuhan dengan budaya lain, kemudian menyebar ke sebagian besar wilayah benua [[Asia]] dan dunia.<ref name="Art History">{{cite book|author=Boundless|title=Art History, Volume II: 1400-present|url=http://books.google.co.id/books?id=Ra7pAAAAQBAJ&pg=PA232&dq=art+history+buddhist+art&hl=id&sa=X&ei=DCTnUrG4Osm5lQWRgoGYCg&ved=0CDQQ6AEwBg#v=onepage&q=art%20history%20buddhist%20art&f=false|page=232-234|publisher=Boundless|date=23 Agustus 2013|isbn=9781940464268|accessdate=28 Januari 2014}}</ref>
 
Seni rupa Buddha tumbuh mengikuti penyebaran penganutnya sesuai dengan perkembangan ajaran [[dharma]]. Dari India seni rupa Buddha menyebar ke utara memasuki [[Asia Tengah]], dan kemudian berkembang ke [[Asia Timur]] membentuk cabang utara seni rupa Buddha. Seni rupa Buddha juga berkembang ke arah timur, dari India menuju [[Asia Tenggara]] dan kemudian membentuk cabang selatan seni rupa Buddha.<ref name="Art History"/> Di luar India, seni rupa ini diterapkan, diadaptasi, dan berkembang sedemikian rupa sesuai dengan gaya negara-negara yang mengembangkannya. Di India, seni rupa Buddha berkembang dan kemudian memengaruhi perkembangan seni rupa Hindu dan [[Jainisme|Jaina]], hingga kemundurannya pada abad ke-10 akibat pesatnya perkembangan agama Hindu dan Islam di India.
Baris 9:
==Tahap pra-ikon (abad ke-5 hingga abad ke-1 SM)==
[[Berkas:Buddha-Footprint.jpeg|thumb|upright|left|Telapak kaki [[Gautama Buddha|Buddha]]. Abad ke-1 Gandhara.]]
Pada periode abad ke-2 hingga ke-1 SM, seni pahat Buddhis semakin jelas menggambarkan episode kehidupan Buddha dan ajarannya. Bentuk karyanya berupa kepingan tablet nazar pemujaan atau ukiran, biasanya terkait dengan hiasan [[stupa]]. Meskipun India memiliki tradisi seni patung yang panjang serta keahlian dalam ikonografi yang kaya, Buddha pada periode ini tidak pernah digambarkan dalam wujud manusia, melainkan hanya melalui simbolisme Buddha.
 
Simbol-simbol yang mewakili sosok Buddha antara lain singgasana kosong, ''Buddha-pada'' (telapak kaki Buddha), ''chattra'' (payung), [[stupa]], [[pohon Bodhi]] (melambangkan pencerahan Buddha), ''Dharma-chakra'' (roda hukum dharma), dan ''Triratna'' (tiga permata). Motif satwa juga digunakan sebagai perlambang episode kehidupan Buddha Gautama, seperti gajah yang melambangkan episode kelahiran Siddharta ketika [[Mahamaya|Ratu Maya]] bermimpi gajah putih memasuki rahimnya; kuda yang melambangkan episode kepergian Pangeran Sidharta melarikan diri keluar dari istana demi menjadi pertapa; dan rusa yang melambangkan episode wejangan pertama Buddha di Taman Rusa [[Sarnath]], Benares. Periode ini dapat disebut periode tanpa ikon dalam kesenian Buddha.<ref name="ExoticIndia">{{cite web|title=Putting The Ocean in a Bowl - The Origin of the Buddha Image|url=http://www.exoticindiaart.com/articleprint/buddhaimage|date=April 2004|publisher=Exotic India|accessdate=28 Januari 2014|}}</ref>
Baris 19:
Ada banyak teori yang berusaha menjelaskan ketiadaan sosok Buddha dalam lima abad pertama perkembangannya. Salah satu teori menyebutkan Buddha Gautama sendiri melarang perwujudan dirinya, meskipun teori ini tidak didukung oleh literatur Buddhis. Kutipan dari Vinaya Sarvastivadin menyebutkan murid Sang Buddha, Anathapindika, bertanya kepada Sang Guru Agung, "Dunia menghormatimu, jika citra dirimu tidak boleh dibuat, bagaimanakah sebaiknya? setidaknya bolehkah kami membuat citra Bodhisatwa{{efn|''[[Bodhisatwa]]'' adalah calon Buddha, yaitu Buddha sebelum mencapai pencerahan, maka sosok Bodhisatwa disini adalah sosok [[Siddharta Gautama]] sebelum mencapai tingkat kebuddhaan, artinya wujudnya pada masa awal kehidupannya sebagai Pangeran dari Kapilawastu.}} perwakilan dirimu?" Buddha kemudian memberikan persetujuannya.<ref name="ExoticIndia"/> Teori yang lain menggunakan pendekatan berbeda, yaitu pendekatan filsafati sebagai latihan mental, bahwa melalui "ketiadaan" sosok Buddha, para murid Sang Buddha justru harus menyadari "keberadaan" Buddha.<ref name="ExoticIndia"/>
 
Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa perwujudan Buddha sudah ada sejak masa hidup Buddha Gautama. Akan tetapi pada masa awal ini wujud Buddha dibuat dari patung kayu, dan mungkin telah lapuk dan musnah ditelan waktu. Menurut tradisi Tibet, China, dan Jepang, patung pertama Buddha diukir dari kayu [[cendana]],<ref name="ExoticIndia"/> dan tradisi pemujaan dengan memberikan sesaji persembahan sekantung serbuk kayu cendana, hingga kini masih bertahan di Jepang. Meskipun demikian, tidak ada bukti arkeologi yang mendukung pendapat ini, karena bukti arkeologi perwujudan sosok Buddha tertua ditemukan pada koin emas [[Kekaisaran Kushan|wangsa Kushan]], dari kurun 150 sampai 50 SM.<ref name="ExoticIndia"/>
 
Contoh paling awal dari seni rupa Buddha di India berasal dari abad ke-1 SM. [[Bodh Gaya#Vihara Mahabodhi|Vihara Mahabodh]] di [[Bodh Gaya]], yang kemudian menjadi contoh bangunan serupa di Myanmar dan Indonesia. [[Fresko]] di [[Sigiriya]] disebutkan berusia lebih tua daripada fresko di [[Gua Ajanta]].<ref>[http://www.frontline.in/archives.htm Buddhist Art] Frontline Magazine May 13–26, 1989</ref>
Baris 29:
Seni rupa Gandhara diuntungkan karena selama berabad-abad bersentuhan dengan [[Yunani Kuno|kebudayaan Yunani]] sejak penaklukan [[Aleksander Agung]] pada tahun 332 SM. Tumbuhnya kerajaan Yunani-Baktria dan kerajaan Indo-Yunani mendorong tumbuhnya [[Seni Buddha-Yunani]]. Arca-arca Buddha dari Gandhara menampilkan pengaruh artistik Yunani, dan disebutkan bahwa gagasan "[[setengah dewa|manusia-dewa]]" sesungguhnya diilhami oleh budaya [[Mitologi Yunani]].<ref name="AsianArt">{{cite book|Author=MobileReference|title=Asian Art, Mobi History Series|author=|url=http://books.google.co.id/books?id=NWJI4bK9kQ8C&pg=PT87&lpg=PT87&dq=man-god+greco+Buddha&source=bl&ots=KTa4yTVew8&sig=OafTfvx3i1sX6PMlkm18ZR7cXjk&hl=id&sa=X&ei=R4HnUuj1Fs6xrgfShIGADg&ved=0CC4Q6AEwADgK#v=onepage&q=man-god%20greco%20Buddha&f=false|publisher=MobileReference|isbn=9781605011875|date= 1 Jan 2007 |accessdate=28 Januari 2014}}</ref> Sebagai contoh, [[Herakles]] dengan jubah dan cawat kulit singa (dewa pelindung Demetrius I dari Baktria) "dijadikan sebagai model penggambaran bodhisatwa [[Wajrapani]], pengawal Buddha."<ref>Foltz, ''Religions of the Silk Road'', p. 44</ref>{{efn|Pengaruh Yunani dalam kesenian Buddhis dapat dilihat dari penggambaran Wajrapani yang dipengaruhi Herakles: [http://www.exoticindiaart.com/artimages/BuddhaImage/greece_sm.jpg Gambar 1], [http://faculty.maxwell.syr.edu/gaddis/HST210/Oct21/Heracles-Vajrapani.jpg Gambar 2].}}
 
Secara artistik, disiplin aliran seni patung Gandhara telah menyumbangkan beberapa karakteristik pada perwujudan Buddha, seperti rambut ikal bergelombang, pakaian berjubah, sepatu dan sandal, serta hiasan sulur bunga pada kesenian Buddha. Selain penggambaran wujud Buddha, seni rupa Buddha juga diperkaya penggambaran tokoh-tokoh lain, seperti [[Bodhisatwa]], [[Tara (Bodhisatwa)|Tara]], serta makhluk-makhluk mitologis seperti [[yaksa]], [[kinnara]] dan kinnari, [[gandarwa]], [[apsara]], [[Bidadari|widyadhara]], [[asura]], [[dwarapala]], [[kala]], [[makara]], serta pohon [[Kalpawreksa]].<ref>{{cite web|title=The Indian Buddhist Iconography|author=Benoytosh Bhattacharyya, M.A.,Ph.o.|url=http://archive.org/stream/indianbuddhistic033312mbp/indianbuddhistic033312mbp_djvu.txt|publisher=Osmania University Library|website=Internet Archive|accessdate=29 Januari 2014}}</ref>
 
Seni Mathura tampaknya lebih berdasarkan pada tradisi India yang kuat, dengan contoh penggambaran dewata dan makhluk suci seperti Yaksa, meskipun secara gaya masih terlihat kaku dibandingkan perwujudan Buddha kemudian. Seni aliran Mathura menyumbangan pengaruhnya pada seni rupa Buddha, seperti jubah yang menutup bahu kiri dan terbuka pada bahu kanan dari bahan muslin tipis, cakra pada telapak tangan, singgasana teratai, dan lain-lain.
Baris 117:
 
===Korea===
Seni rupa Buddha di [[Korea]] umumnya mencerminkan interaksi antara pengaruh Buddha lainnya dengan budaya Korea asli. Sebagai tambahan, ditemukan juga pengaruh kebudayaan stepa Siberia dan kebudayaan [[Skithia]] yang terbukti melalui penemuan artefak dan benda bekal kubur, seperti mahkota Silla, sabuk, dan pisau.<ref>{{cite web|url=http://www.metmuseum.org/explore/Korea/koreaonline/crown.htm|title= Crown| publisher=The Metropolitan Museum of Art| work=Arts of Korea| accessdate=9 Januari 2007}}</ref><ref>Grayson (2002), hal. 21.</ref> Kaya seni rupa warga pribumi ini berupa pola-pola geometrik, abstrak, dan hiasan kaya yang mewah. Meskipun pengaruh lain cukup kuat, karya seni Buddha Korea disebut, "menggambarkan ketenangan, rasa nada warna yang tepat, rasa abstraksi tetapi juga pilihan warna yang anehnya sejalan dengan selera kontemporer" (Pierre Cambon, ''Arts asiatiques- Guimet'''). Ajaran dan seni Buddha ini kemudian menjadi tali penghubung antara Korea dan Jepang.<ref name="Longman"/>
 
====Tiga kerajaan Korea====
[[Berkas:Pensive Bodhisattva 02.jpg|upright|thumb|right|Bangasayusang, Maitreya tengah merenung setengah terduduk, mungkin dari periode Silla sekitar awal abad ke-7.]]
Di antara [[Tiga Kerajaan Korea]], kerajaan [[Goguryeo]] adalah yang pertama kali menerima ajaran Buddha pada tahun 372.<ref name=graysonp25>Grayson (2002), hal. 25.</ref> Akan tetapi, menurut catatan Cina dan penggunaan motif Buddha di mural Goguryeo menunjukkan bahwa pengaruh Buddha datang lebih awal.<ref>Grayson (2002), hal. 24.</ref> Kerajaan [[Baekje]] secara resmi mengakui agama Buddha pada tahun 384.<ref name=graysonp25/> Kerajaan [[Silla]] yang terisolasi dan tidak memiliki akses laut dan daratan langsung ke Tiongkok, secara resmi baru mulai menerima ajaran Buddha pada tahun 535 meskipun agama asing ini sudah dikenal melalui karya biksu Goguryeo sejak awal abad ke-5 M.<ref>{{cite encyclopedia|title=The Encyclopedia of World History: ancient, medieval, and modern, chronologically arranged| author=Peter N. Stearns and William Leonard Langer| publisher=Houghton Mifflin Books| year=2001| isbn=0-395-65237-5}}; {{cite web|url=http://www.metmuseum.org/toah/ht/06/eak/ht06eak.htm| title=Korea, 500&ndash;1000 A.D.| publisher=The Metropolitan Museum of Art| work=Timeline of Arts History| accessdate=9 Januari 2007}}</ref>
 
Diperkenalkannya ajaran Buddha memicu kebutuhan akan seniman untuk menciptakan citra dan [[Buddharupa]] untuk pemujaan, arsitek kuil, dan sastra kitab suci Buddha yang akhirnya mengubah peradaban Korea. Hal penting dalam penyebaran gaya seni Buddhis mutakhir pada masa itu adalah kesenian suku Tuoba, suku non-Han (bukan suku mayoritas Cina) yang mendirikan Dinasti Wei Utara di Tiongkok pada tahun 386. Gaya Wei Utara secara khusus sangat memengaruhi kesenian Goguryeo dan Baekje. Seniman Baekje kemudian meneruskan gaya ini bersama dengan elemen dinasti Song Selatan dan elemen Korea yang khas ke Jepang. Seniman Korea sangat selektif dalam gaya yang diambilnya dan menerapkannya dalam gaya yang merupakan perbaduan gaya regional untuk menciptakan gaya seni rupa Korea yang khas.<ref>Grayson (2002), pp. 27 & 33.</ref><ref>{{cite web|url=http://www.metmuseum.org/toah/hd/kobs/hd_kobs.htm| title=Korean Buddhist Sculpture, 5th&ndash;9th Century| publisher=The Metropolitan Museum of Art| work=Timeline of Arts History| accessdate=9 Januari 2007}}</ref>
Baris 129:
|first=Holland|last=Cotter|url=http://www2.kenyon.edu/Depts/Religion/Fac/Adler/Reln275/Jap-Kor-art.htm|date=April 6, 2003|publisher=The New York Times|accessdate=28 Januari 2014}}</ref> Perkembangan Buddha di periode Tiga Kerajaan Korea menggugah giatnya proyek pembangunan kuil, seperti kuil Mireuksa di kerajaan Baekje dan kuil Hwangnyongsa di Silla. Arsitek Baekje terkenal akan kemampuannya dalam membangun pagoda besar bertingkat sembilan di Hwangnyongsa dan kuil Buddha awal di Yamato (Jepang), seperti kuil Hōkō-ji (Asuka-dera) dan [[Hōryū-ji]].<ref>{{cite book|title=Sir Banister Fletcher's a History of Architecture|author=Sir Banister Fletcher, Dan Cruickshank
|url=http://books.google.com/books?vid=ISBN0750622679&id=Gt1jTpXAThwC&pg=PA716&lpg=PA716&vq=horyuji&dq=horyuji&sig=hiMUDjxVEe938FZSZioeaLY_eGg|publisher=Architectural Press, 1996|isbn=9780750622677|accessdate=28 Januari 2014}}</ref><ref>{{cite web|title=Hōryū-ji Temple - 法隆寺 (built 7th-9th centuries onward)
|url=http://www.orientalarchitecture.com/nara/horyujiindex.htm orientalarchitecture.com|publisher=Asian Historical Architecture|accessdate=28 Januari 2014}}</ref>
 
Seni Rupa Buddha Korea abad ke-6 menampilkan pengaruh budaya Cina dan India, tetapi mulai menunjukkan karakteristik aslinya. Karakteristik asli ini dapat dilihat pada kesenian awal Buddha di Jepang dan beberapa kitab suci Buddha dipercaya berasal dari Korea, khususnya Baekje. Seniman Korea juga ada yang hijrah ke Yamato, Jepang. Contoh khususnya adalah [[Maitreya]] teremenung setengah terduduk bergaya Korea yang dibawa ke Jepang sebagai Miroku Bosatsu dan arca Siddhartha Chugu-ji. Meskipun kebanyakan sejarawan hanya menggambarkan Korea sebagai penerus ajaran Buddha, namun Tiga Kerajaan Korea, khususnya Baekje, berperan penting sebagai agen yang membentuk tradisi Buddha di Jepang pada kurun 538 atau 552.<ref>{{cite book|title=Korea: A Religious History|last=Grayson|first=James Huntley|url=http://books.google.com/books?vid=ISBN070071605X&id=e1BzL2lwPqEC&pg=PA33&lpg=PA33&dq=korean+buddhist+art&sig=4XlpYzvL4PF3TKAR7BO3ZwFBXbg|publisher=Psychology Press, 2002|isbn=9780700716050|page=33|accessdate=28 Januari 2014}}</ref>
Baris 167:
Vietnam adalah titik pertemuan cabang seni rupa Buddha utara dan selatan. [[Etnis Vietnam|Bangsa Viet]] di utara lebih dipengaruhi Buddhisme Cina, sementara [[Suku Cham|bangsa Cham]] di Vietnam Selatan lebih dipengaruhi Buddhisme langsung dari India dan beberapa negara tetangganya di Asia Tenggara (Kamboja, Jawa, dan Sriwijaya). Kedua cabang yang bertemu di Vietnam ini adalah aliran Mahayana, yang dicirikan dengan perwujudan tokoh Bodhisatwa yang kaya.
 
Kesenian Buddha Cina sangat kuat memengaruhi [[Vietnam]] utara (Tonkin) antara abad pertama dan ke-9 M, dan ajaran [[Konghucu]] serta Buddha Mahayana paling menonjol. Secara umum, kesenian Vietnam sangat dipengaruhi kesenian Cina.<ref name="Longman"/> Pengaruh Cina juga terlihat dari bentuk arca, kuil dan wihara Buddha Vietnam yang mencontoh gaya Cina.
 
Di Vietnam Selatan berkembang kerajaan [[Champa]] (sebelum akhirnya negerinya direbut oleh bangsa Vietnam dari utara). Champa memiliki tradisi kesenian Hindu-Buddha yang kuat,<ref>{{cite web|title=Hindu-Buddhist Art Of Vietnam: Treasures From Champa |url=http://www.amazon.com/Hindu-Buddhist-Art-Of-Vietnam-Treasures/dp/0834804859 |first=Emmanuel |last=Guillon |date=1 Mei 2001 |accessdate=29 Januari 2014}}</ref> sebagaimana negeri tetangganya, Kamboja. Meskipun secara umum peradaban Champa lebih bersifat Hindu aliran Siwa, beberapa peninggalan menunjukkan bahwa Buddha Mahayana pun mendapat tempat di negeri ini, seperti ditemukannya arca kepala Awalokiteswara gaya Champa.<ref>{{cite web|title=Head of Avalokiteshvara|url=http://www.philamuseum.org/collections/permanent/306583.html?mulR=649261602|publisher=Philadelphia Museum of Art|accessdate=3 Februari 2014}}</ref> Banyak arca Champa dicirikan dengan perhiasan yang kaya. Kerajaan Champa kemudian direbut dan dijajah Vietnam pada tahun 1471, dan benar-benar runtuh pada tahun 1720, sementara [[orang Cham]] tetap menjadi minoritas yang signifikan di beberapa negara Asia Tenggara.
Baris 186:
 
===Sri Lanka===
Menurut tradisi, ajaran Buddha sampai ke Sri Lanka pada abad ke-3 masehi, disebarkan oleh penyebar ajaran Buddha di bawah bimbingan Thera Mahinda, putra Kaisar [[Ashoka]] dari wangsa [[Maurya]]. Sebelum penyebaran Buddha, rakyat Sri Lanka hidup dalam ajaran animisme yang dipenuhi takhayul. Asimilasi dan perpindahan iman dari kepercayaan pra-Buddha ini berlangsung lambat. Agar mendapat pijakan yang kuat, maka Buddhisme di Sri Lanka harus menyerap berbagai kepercayaan akan dewata, roh atau makhluk supernatural. Kompleks biara paling awal dibangun oleh Devānampiyatissa dan didedikasikan untuk Mahinda Thera. Biara Mahāvihāra menjadi pusat doktrin ortodoks Theravada, dan posisi unggulnya tetap tak terkalahkan hingga dibangunnya Abhayagiri Vihāra sekitar tahun 89 SM oleh Vaţţagāmaņĩ. Abhayagiri Vihāra menjadi pusat doktrin reformasi Mahayana. Persaingan antara biksu Mahāvihāra dan Abhayagiri mengarah kepada perpecahan lebih lanjut dan pembangunan Jetavanarama dekat Mahāvihāra. Sifat umum Buddha Sinhala adalah pembagian menjadi tiga kelompok utama ''nikāyas'', dinamai berdasarkan tiga kompleks biara utama di Anurādhapura; yaitu aliran Mahāvihāra, Abhayagiri, dan Jetavanārāma. Hal ini merupakan hasil dari penyimpangan disiplin (''vinaya'') dan pertikaian doktrin dari ketiga aliran ini. Sri Lanka termasyhur atas karya arca Buddha dari batu dan cetakan logam perunggu.{{efn|Monografi komprehensif pertama atas gaya dan perkembangan ikonografi arca Buddha di Sri Lanka adalah kitab 752 halaman dengan 1620 ilustrasi (20 berwarna dan 1445 ilustrasi hitam putih; 144 gambar dan 5 peta)<ref>von Schroeder, Ulrich. 1990. ''Buddhist Sculptures of Sri Lanka''. </ref>}}<ref>{{cite book|publisher=Hong Kong: Visual Dharma Publications, Ltd.|author=von Schroeder, Ulrich|date=1992|title=''The Golden Age of Sculpture in Sri Lanka - Masterpieces of Buddhist and Hindu Bronzes from Museums in Sri Lanka'', catalogue of the exhibition held at the Arthur M. Sackler Gallery, Washington, D. C.,|date= November 1992–26 September 1993.}}</ref>
 
===Myanmar===
Baris 243:
 
==Seni rupa Buddha kontemporer==
Banyak seniman kontemporer terilhami oleh spiritualisme Buddha dan mengangkat tema Buddhisme dalam karya mereka. Contohnya adalah karya Bill Viola, berupa instalasi video,<ref>Buddha Mind in Contemporary Art, University of California Press, 2004</ref> karya seni patung John Connell,<ref>ARTlines, April 1983</ref> dan karya Allan Graham berupa seni rupa multi-media "Time is Memory".<ref>The Brooklyn Rail, December 2007</ref> Sementara beberapa seniman kontemporer tergerak untuk mencontoh dan melestarikan mahakarya seni rupa Buddha klasik, misalnya Paul Hendrick (Biksu Ajahn Vimalo) yang membut replika arca [[Prajnaparamita]] dari Jawa Kuno.<ref>{{cite web|title=Prajna Paramita|author=Ajahn Vimalo|publisher=Forest Sangha|url=http://www.fsnewsletter.amaravati.org/html/84/perfection_wisdom.htm|accessdate=29 Januari 2014}}</ref>{{efn|Lihat [http://picasaweb.google.com/Forest.Sangha.Newsletter/July2008PrajnaParamita# foto proses pembuatan model, cetakan karet, dan replika resin batu pasir arca Prajnaparamita]}}
 
Di Inggris Raya The Network of Buddhist Organisations tertarik untuk memperhatikan penganut Buddha melalui berbagai jalur seni. Pada tahun 2005 organisasi ini menggelar festival seni Buddha seluruh Inggris bertajuk "A Lotus in Flower"; pada tahun 2009 membantu untuk menggelar konferensi dua hari bertema "Buddha Mind, Creative Mind". Sebagai hasilnya, asosiasi seniman Buddhis akhirnya terbentuk.<ref>{{cite web|title=Launched at Buddha Mind - Creative Mind ?
Baris 294:
 
{{artikel pilihan}}
 
{{Link FA|de}}
{{Link FA|es}}
{{Link FA|zh}}
[[Kategori:Buddhisme]]
[[Kategori:Seni rupa Buddha]]