Laweyan, Laweyan, Surakarta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Migrasi pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q13094634 |
Kembangraps (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{RedireksiIndoKelKec|
{{kelurahan
|nama=
|kecamatan=
|dati2=Kota
|nama dati2=Surakarta
|provinsi=Jawa Tengah
}}
[[Berkas:Kelurahan Laweyan, Surakarta.jpg|thumb|Kantor kelurahan
'''Kelurahan Lawiyan''' adalah sebuah kelurahan di [[kecamatan Lawiyan]], [[kota Surakarta|Surakarta]]. Kelurahan ini memiliki [[kode pos]] 57148.▼
▲'''Kelurahan
Kelurahan ini berada di pusat kecamatan Lawiyan dan bisa dikatakan jantung kecamatan ini. Di kawasan Laweyan ada Kampung Laweyan, Tegalsari, Tegalayu, Batikan, dan Jongke, yang penduduknya banyak yang menjadi produsen dan pedagang [[batik]], sejak dulu sampai sekarang. Di sinilah tempat berdirinya [[Syarekat Dagang Islam]], asosiasi dagang pertama yang didirikan oleh para produsen dan pedagang batik pribumi, pada [[1912]]. Bekas kejayaan para pedagang batik pribumi ''tempo doeloe''▼
ini bisa dilihat dari peninggalan rumah mewahnya. Di kawasan ini, mereka memang menunjukkan kejayaannya dengan berlomba membangun rumah besar yang mewah dengan arsitektur cantik.▼
▲Kelurahan ini berada di pusat kecamatan
Kawasan Laweyan dilewati Jalan Dr Rajiman (yang berada di poros Keraton Kasunanan Surakarta-bekas Keraton Mataram di Kartasura). Dari jalan Dr Rajiman ini, banyak terlihat tembok tinggi yang menutupi rumah-rumah besar, dengan pintu gerbang besar dari kayu yang disebut ''regol''.▼
▲
▲Kawasan Laweyan dilewati Jalan Dr Rajiman (yang berada di poros Keraton Kasunanan Surakarta-bekas Keraton Mataram di Kartasura). Dari jalan Dr Rajiman ini, banyak terlihat tembok tinggi yang menutupi rumah-rumah besar, dengan pintu gerbang besar dari kayu yang disebut ''regol'' ("gerbang"). Sepintas tak terlalu menarik, bahkan banyak yang kusam. Tapi begitu regol dibuka, barulah tampak bangunan rumah besar dengan arsitektur yang indah. Biasanya terdiri dari bangunan utama di tengah, bangunan sayap di kanan-kirinya, dan bangunan pendukung di belakangnya, serta halaman depan yang luas.
Dengan bentuk arsitektur, kemewahan material, dan keindahan ornamennya, seolah para raja batik zaman dulu mau menunjukkan kemampuannya untuk membangun istananya, meski dalam skala yang mini. Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah rumah besar bekas saudagar batik yang terletak di pinggir Jalan Dr Rajiman, yang sekarang dibeli oleh Nina 'Akbar Tanjung', dirawat dan dijadikan ''homestay Roemahkoe'' yang dilengkapi restoran Lestari.▼
▲Dengan bentuk arsitektur, kemewahan material, dan keindahan ornamennya, seolah para raja batik zaman dulu mau menunjukkan kemampuannya untuk membangun istananya, meski dalam skala yang mini. <!--Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah rumah besar bekas saudagar batik yang terletak di pinggir Jalan Dr Rajiman, yang sekarang dibeli oleh Nina 'Akbar Tanjung', dirawat dan dijadikan ''homestay Roemahkoe'' yang dilengkapi restoran Lestari. -->
Tentu saja tak semuanya bisa membangun "istana" yang luas, karena di kanan-kirinya adalah lahan tetangga yang juga membangun "istana"-nya sendiri-sendiri. Alhasil, kawasan ini dipenuhi dengan berbagai istana mini, yang hanya dipisahkan oleh tembok tinggi dan gang-gang sempit. Semangat berlomba membangun rumah mewah ini tampaknya mengabaikan pentingnya ruang publik. Jalan-jalan kampung menjadi sangat sempit. Terbentuklah banyak gang dengan lorong sempit yang hanya cukup
|