Pascamodernisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 5:
Postmodernisme adalah faham yang berkembang setelah era modern dengan [[modernisme]]-nya.<ref name="Sugiharto">{{id}}Bambang Sugiharto., ''Postmodernisme - Tantangan bagi Filsafat'', Yogyakarta: Kanisius, 1996</ref> Postmodernisme bukanlah faham tunggal sebuah teori, namun justru menghargai teori-teori yang bertebaran dan sulit dicari titik temu yang tunggal.<ref name="Sugiharto"/> Banyak tokoh-tokoh yang memberikan arti postmodernisme sebagai kelanjutan dari modernisme.<ref name="Sugiharto"/> Namun kelanjutan itu menjadi sangat beragam. Bagi [[Jean-François Lyotard|Lyotard]] dan [[Geldner]], modernisme adalah pemutusan secara total dari modernisme.<ref name="Sugiharto"/> Bagi [[Jacques Derrida|Derrida]], [[Michel Foucault|Foucault]] dan [[Jean Baudrillard|Baudrillard]], bentuk radikal dari kemodernan yang akhirnya bunuh diri karena sulit menyeragamkan teori-teori<ref name="Sugiharto"/>. Bagi [[David Graffin]], Postmodernisme adalah koreksi beberapa aspek dari moderinisme. Lalu bagi [[Anthony Giddens|Giddens]], itu adalah bentuk modernisme yang sudah sadar diri dan menjadi bijak.<ref name="Sugiharto"/> Yang terakhir, bagi [[Jurgen Habermas|Habermas]], merupakan satu tahap dari modernisme yang belum selesai.<ref name="Sugiharto"/>
 
== EtimologieEtimologi ==
Berdasarkan asal-usul kata, postmodernisme, berasal dari bahasa Inggris yang artinya faham (-isme), yang berkembang setelah (post) modern.<ref name="Sugiharto"/> Istilah ini muncul pertama kali pada tahun 1930 pada bidang [[seni]] oleh Federico de Onis untuk menunjukkan reaksi dari moderninsme.<ref name="Sugiharto"/> Kemudian pada bidang Sejarah oleh Toyn Bee dalam bukunya Study of History pada tahun 1947.<ref name="Sugiharto"/> Setelah itu berkembanga dalam bidang-bidang lain dan mengusung kritik atas modernisme pada bidang-bidangnya sendiri-sendiri.<ref name="Sugiharto"/>