Bisma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Citra (bicara | kontrib)
k hapus perulangan
Baris 67:
Setelah menikahkan [[Chitrāngada]] dan [[Wicitrawirya]], Prabu Santanu turun tahta menjadi pertapa, dan digantikan anaknya. Sayang kedua anaknya kemudian meninggal secara berurutan, sehingga tahta kerajaan Astina dan janda Chitrāngada dan Wicitrawirya diserahkan pada Wiyasa, putra Durgandini dari suami pertama. [[Wiyasa]]-lah yang kemudian menurunkan Pandu dan Dretarata, orangtua Pandawa dan Kurawa.
 
Dalam [[perang Bharatayuddha]], Bisma berpihak pada [[Korawa]]. Beliaudan pernahmati dikutukterbunuh oleh seseorang yang mencintainya dan tak sengaja dibunuhnya yaitu Dewi [[Amba]]. Putri ini lalu menitis pada [[Srikandi]] dan membunuhnya di perang [[Bharatayuddha]].
 
Bisma memiliki kesaktian tertentu, yaitu ia bisa menentukan waktu kematiannya sendiri. Maka ketika sudah sekarat terkena panah, ia minta sebuah tempat untuk berbaring. [[Korawa]] memberinya tempat pembaringan mewah namun ditolaknya, akhirnya [[Pandawa]] memberikan ujung panah sebagai alas tidurnya (kasur panah) (<i>sarpatala</i>). Tetapi ia belum ingin meninggal, ingin melihat akhir daripada perang Bharatayuddha.