Suku Pakpak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 15:
Suku bangsa Pakpak kemungkinan besar berasal dari keturunan tentara kerajaan Chola di [[India]] yang menyerang kerajaan [[Sriwijaya]] pada abad 11 Masehi.
== Sejarah ==
Diceritakan dalam sejarah, bahwa asal-usul [[Suku Pakpak]] adalah dari
India Selatan yaitu dari India Tondal yang kemudian menetap di Muara
Tapus dekat Kota Barus lalu berkembang di [[tanah Pakpak]] dan kemudian
menjadi suku Pakpak. Pada dasarnya nenek moyang [[suku Pakpak]] ini sudah
mempunyai marga sejak dari negeri asal mereka, namun kemudian membentuk
marga baru yang tidak jauh berbeda dari marga aslinya.
<nowiki> [[Suku Pakpak]]
tersebar di beberapa daerah. Secara administratif masyarakat Pakpak
tersebar di dua Propinsi dan beberapa Kabupaten, yang dikenal dengan
sebutan Suak atau Lebbuh. Wilayah Pakpak terbagi menjadi 5 suak yaitu :
[[Suak Simsim]], [[Suak Kelasen]], [[Suak Keppas]], [[Suak Pegagan]] dan [[Suak Boang]].
Suak Simsim terletak di wilayah Kabupaten Pakpak Bharat, Suak Keppas dan
</nowiki>Suak Pegagan terletak di wilayah [[Kabupaten Dairi]], Suak Kelasen menetap
di wilayah Kabupaten [[Humbang Hasundutan]] dan Kabupaten [[Tapanuli Tengah]]
khususnya Kecamatan Barus, dan [[Suak Boang]] secara administratif terletak
di wilayah Kabupaten [[Aceh Singkil]] dan [[Kota Subulussalam]] [[Provinsi Aceh]].
<nowiki> </nowiki>Tidak semua orang Pakpak orang Pakpak berdiam di
<nowiki> </nowiki>tanah Pakpak, namun mereka juga berdiaspora, meninggalkan negerinya dan
<nowiki> </nowiki>menetap di daerah baru. Sebagian tinggal di tanah Pakpak dan menjadi
Suku Pakpak. Mereka menjadi "Situkak Rube", Sipungkah Kuta, dan Sukut
Nitalun di tanah Pakpak. Sebagian lagi pergi merantau ke daerah lain,
membentuk komunitas baru. Mereka mengetahui bahwa asalnya adalah dari
daerah Pakpak dan mengaku bahwa Pakpak adalah sukunya, namun sudah
menjadi marga di suku lain.
<nowiki> Menurut cerita, nenek moyang dari
Suku Pakpak adalah si Kada dan si Lona dari India Selatan. Mereka pergi
merantau meninggalkan kampungnya dan terdampar di Pantai Barus dan terus
</nowiki>masuk hingga ke tanah Pakpak. Dari pernikahan mereka mempunyai seorang
anak yang bernama HYANG. Itulah sebabnya nama Hyang adalah nama yang
dikeramatkan di Suku Pakpak. Hyang pun dewasa dan kemudian menikah
dengan putri Raja Barus. Dari pernikahan mereka, lahir 7 orang anak
laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Adapun nama dari anak Hyang dan
putri raja Barus adalah :
<nowiki> </nowiki>1. Si Haji;
<nowiki> </nowiki>2. Perbaju Bigo;
<nowiki> </nowiki>3. Ranggar Jodi;
<nowiki> </nowiki>4. Mpu Bada;
<nowiki> </nowiki>5. Raja Pako;
<nowiki> </nowiki>6. Bata;
<nowiki> </nowiki>7. Sanggir;
<nowiki> </nowiki>8. Suari (anak perempuan).
<nowiki> </nowiki>Pada urutan ke empat terdapat nama Mpu Bada, Mpu Bada adalah yang
terbesar di antara saudara-saudaranya yang lain, bahkan dari pihak suku
Toba pun kadangkala mengklaim bahwa Mpu Bada adalah keturunan dari Parna
<nowiki> </nowiki>dari Marga Sigalingging. Bagaimana bisa ya...??? Sedangkah pada
sejarahnya sudah jelas-jelas bahwa Mpu Bada adalah anak keempat dari
Hyang.
<nowiki> </nowiki>Si anak Sulung, yaitu Si Haji mempunyai kerajaan di Banua
Harhar, yang saat ini dikenal dengan Hulu Lae Kombih, Kecamatan Siempat
Rube Kabupaten Pakpak Bharat. Perbaju Bigo pergi ke arah timur dan
membentuk kerajaan SIMBELLO di Silaan, yang saat ini dikenal dengan
Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu. Ranggar Jodi pergi ke arah utara dan
membentuk kerajaan yang bertempat di Buku Tinambun dengan nama kerajaan
<nowiki> </nowiki>JODI BUAH LEUH dan NANTAMPUK MAS, saat ini masuk ke dalam Kecamatan
Sitellu Tali Urang Jehe. Mpu Bada pergi ke arah barat melintasi Lae
Cinendang dan tinggal di Mpung Simbentar Baju. Raja Pako pergi ke arah
timur laut membentuk Kerajaan Siraja Pako dan bermukir di Sicike-cike.
Bata pergi ke arah Selatan dan menikah, kemudian hanya mempunyai seorang
<nowiki> </nowiki>anak perempuan yang menikah dengan Putra keturunan Tuan Nahkoda Raja.
Dari pernikahan ini menurunkan marga Tinambunan, Tumangger, Maharaja,
Turuten, Pinayungen dan Anakampun. Sanggir pergi ke arah Selatan tapi
lebih jauh dari Bata dan membentuk kerajaan di sana. dipercaya menjadi
nenek moyang marga Meka dan Mungkur. Sedangkah yang perempuan yaitu
Suari menikah dengan Putra Raja Barus dan mempunyai empat orang anak,
yaitu : Tndang, Rea yang sekarang menjadi Banurea, Manik dan Permencuari
<nowiki> </nowiki>yang kemudia menurunkan marga Boangmanalu dan Bancin.
<nowiki> </nowiki>PERSEBARAN ORANG PAKPAK
<nowiki> </nowiki>Wilayah suku Pakpak dapat dibagi menjadi 5 kelompok berdasarkan wilayah
<nowiki> </nowiki>komunitas marga dan dialek bahasanya, yaitu : (Berutu dan Nurani,
2007:3-4)
<nowiki> </nowiki>Pakpak Simsim, yaitu orang Pakpak yang menetap dan
memiliki hak ulayat di daerah Simsim. Terdiri dari marga Berutu, Sinamo,
<nowiki> </nowiki>Padang, Solin, Banurea, Boangmanalu, Cibro, Sitakar dan lain-lain.
Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam
wilayah Kabupaten Pakpak Bharat.
<nowiki> Pakpak Keppas, yaitu orang Pakpak
yang menetap dan berdialek Keppas. Antara lain marga Ujung, Bintang,
Bako, Maha dan lain-lain. Ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Dairi.</nowiki>
<nowiki> </nowiki>Pakpak Pegagan, yaitu orang Pakpak yang berasal dan berdialek Pegagan,
antara lain marga Lingga, Mataniari, Maibang, Manik, Sikettang dan
lain-lain, termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sumbul, Pegagan Hilir
Kabupaten Dairi.
<nowiki> </nowiki>Pakpak Kelasen, yaitu orang Pakpak yang berasal
dari dan berdialek Kelasen. Antara lain marga Tumangger, Siketang,
Tinambunan, Anakampun, Kesogihen, Maharaja, Meka, Berasa dan lain-lain.
Termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Parlilitan dan Kecamatan Pakkat
(Kabupaten Humbang Hasundutan), serta Kecamatan Barus (Kabupaten
Tapanuli Tengah).
<nowiki> </nowiki>Pakpak Boang, yaitu orang Pakpak yang berasal dan
berdialek Boang, antara lain marga Saraan, Sambo, Penarik dan lain-lain.
<nowiki> </nowiki>Termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Nanggroe Aceh
<nowiki> </nowiki>Darussalam.
<nowiki> </nowiki>Meskipun para Antropolog memasukkan suku Pakpak ke
dalam salah satu Subetnis Batak, sebagaimana suku Mandailing, Karo,
Toba, dan Simalungun. Namun, suku Pakpak mempunyai versi tersendiri
tentang asal-usul dan jati dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut
sumber-sumber tutur menyebutkan antara lain (Sinuhaji dan Hasanuddin,
1999/2000:16) :
<nowiki> </nowiki>Keberadaan orang-orang Simbello, Simbacang, Siratak
dan Purbaji yang dianggap telah mendiami daerah Pakpak sebelum
kedatangan orang-orang Pakpak;
<nowiki> Penduduk awal daerah Pakpak adalah
orang-orang yang bernama Simargaru, Simorgarorgar, Sirumumpur, Silimbiu,
</nowiki>Similang-ilang dan Purbaji.
<nowiki> Dalam Lapihen/Laklak (buku berbahan
kulit kayu) disebutkan penduduk pertama daerah Pakpak adalah pendatang
dari India yang memakai rakit kayu besar yang terdampar di Barus.</nowiki>
<nowiki> </nowiki>Persebaran orang Pakpak Boang dari daerah Aceh Singkil ke daerah Simsim, Keppas, dan Pegagan.
<nowiki> </nowiki>Terdamparnya armada dari India Selatan di pesisir barat Sumatera,
tepatnya di Barus yang kemudian berasimilasi dengan penduduk setempat.
<nowiki> </nowiki>Berdasarkan sumber tutur serta sejumlah nama marga yang ada di Suku
Pakpak yang mengandung ke India-an seperti marga Lingga, Maha dan
Maharaja, boleh jadi di masa lalu memang pernah terjadi kontak antara
penduduk pribumi Pakpak dengan para pendatang dari India. Jejak kontak
itu tentunya tidak hanya dibuktikan lewat dua hal tersebut, dibutuhkan
data lain yang lebih kuat mendukung dugaan tadi. Oleh karena itu
pengamatan terhadap produk-produk budaya baik yang tangible maupun
intangible diperlukan untuk memaparkan fakta adanya kontak tersebut.
== Pembagian ==
|